Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Pasien Covid-19 yang Terinfeksi Jamur Hitam Ini dari Sri Lanka

Kamis, 3 Juni 2021 20:42 WIB

Keliru, Pasien Covid-19 yang Terinfeksi Jamur Hitam Ini dari Sri Lanka

Foto close-up seorang pria di mana kulit yang berada di bawah matanya mengeras dan menghitam beredar di Facebook. Foto ini diklaim sebagai foto pasien Covid-19 yang juga terinfeksi jamur hitam dari Ampara, Sri Lanka. Foto tersebut menyebar saat kasus mucormycosis, atau infeksi jamur hitam, meningkat tajam di India di tengah pandemi Covid-19.

Akun ini membagikan foto itu pada 23 Mei 2021. Akun tersebut menulis narasi dalam bahasa Sinhala, Sri Lanka, yang jika diterjemahkan berarti: "Penyakit jamur hitam dari Ampara. Jamur hitam perlu dihilangkan dari mata, saya tidak tahu persis. Karena penyakitnya baru, mungkin banyak mempengaruhi mata. Semuanya hati-hati semuanya. Bencana besar itu akan terjadi. Saya harus memberi tahu semua orang."

Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait infeksi jamur hitam di Sri Lanka.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto di atas dengan reverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu pernah dimuat oleh sejumlah situs berbahasa India, salah satunya Asia News Tamil pada 21 Mei 2021. Dalam artikelnya yang memuat foto itu, dijelaskan bahwa jamur hitam telah menginfeksi 7 ribu orang di India dan menyebabkan 200 orang meninggal.

Dikutip dari Colombo Gazette, pemerintah Sri Lanka telah membantah klaim bahwa jamur hitam terdeteksi di Sri Lanka. Hingga kini, tidak ada laporan kasus jamur hitam di Sri Lanka. Menteri Perawatan Kesehatan Dasar, Epidemi, dan Pengendalian Covid-19 Sri Lanka, Sudarshani Fernandopulle, juga mengatakan klaim bahwa ada seorang pasien Covid-19 di Ampara yang tertular jamur hitam, keliru.

Menurut Fernandopulle, pria tersebut adalah seorang pasien tuberkulosis (TBC) yang belum meminum obatnya. Pasien tersebut memang didiagnosis dengan infeksi jamur, tapi bukan jamur hitam. Pasien itu juga belakangan dinyatakan positif Covid-19.

Dilansir dari AFP, seorang dokter di Sri Lanka mengatakan bahwa ada seorang pria di Ampara yang meninggal karena infeksi jamur, tapi bukan jamur hitam. “Tidak ada kebenaran untuk klaim itu. Ahli mikrobiologi Rumah Sakit Ampara mengkonfirmasi kepada kami bahwa kematian yang dimaksud disebabkan oleh spesies jamur ragi yang umum ditemukan,” kata Wajira Rajapakse, ahli epidemiologi regional di Ampara.

Dikutip dari The National News, selama beberapa bulan terakhir, tercatat sekitar 12 ribu kasus infeksi jamur hitam, dengan lebih dari 300 kematian, di India. Negara-negara lain juga dilaporkan telah mencatatkan banyak kasus infeksi jamur hitam yang terkait dengan Covid-19, termasuk Pakistan dan Rusia.

Pada 25 Mei 2021, Bangladesh melaporkan kematian pertamanya yang disebabkan oleh infeksi jamur hitam. Infeksi jamur hitam atau mucormycosis sendiri merupakan gangguan jamur yang, dalam beberapa kasus, membuat pasien harus diangkat mata dan tulang rahangnya untuk membendung infeksi. Penyakit ini lebih umum muncul di negara berkembang, dan sering terjadi pada pasien diabetes dan transplantasi organ.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pasien Covid-19 yang juga terinfeksi jamur hitam di atas dari di Sri Lanka, keliru. Pemerintah Sri Lanka menyatakan tidak ada laporan kasus infeksi jamur hitam di Sri Lanka hingga kini. Pemerintah Sri Lanka juga menyatakan klaim bahwa ada seorang pasien Covid-19 di Ampara yang tertular jamur hitam, keliru. Pria tersebut adalah pasien TBC yang didiagnosis dengan infeksi jamur, tapi bukan jamur hitam.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id