Keliru, Vaksin Flu Sebabkan Infeksi HIV dan Kanker

Jumat, 19 Februari 2021 18:32 WIB

Keliru, Vaksin Flu Sebabkan Infeksi HIV dan Kanker

Klaim bahwa vaksin flu sama dengan vaksin Covid-19 dan bisa menyebabkan infeksi HIV serta kanker beredar di Instagram pada 17 Februari 2021. Klaim itu dilengkapi dengan gambar sebuah diagram yang berisi berbagai nama penyakit dan gangguan yang terjadi pada manusia, yang diklaim disebabkan oleh vaksin.

Penyakit itu antara lain kanker, infeksi HIV/AIDS, stroke, diabetes, arthritis, dan serangan jantung. Terdapat pula gangguan autisme dalam diagram tersebut. Bahkan, di bagian bawah, disebutkan bahwa kematian adalah salah satu akibat dari pemberian vaksin.

"Inilah daftar penyakit akibat semua Vaksin!! Vaksin Flu sama dgn vaksin Covid. Mereka cuma pura2 aja meneliti. Buktikan bhw setelah di vaksin maka kasus HIV dan kanker akan meledak!! Vaksin FLu Vaksin paling beracun di dunia!" demikian narasi yang ditulis oleh sebuah akun Instagram.

Gambar tangkapan layar unggahan sebuah akun Instagram yang berisi klaim keliru terkait vaksin flu.

PEMERIKSAAN FAKTA

Dikutip dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), influenza atau flu adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza. Virus ini menginfeksi hidung, tenggorokan, dan terkadang paru-paru. Influenza juga bisa menyebabkan penyakit ringan hingga parah. Komplikasi serius dari influenza dapat membuat pengidapnya menjalani rawat inap, bahkan meninggal.

Ada dua jenis vaksin yang digunakan untuk influenza. Pertama, vaksin flu suntik. Vaksin ini terdiri dari vaksin influenza yang tidak aktif (IIV) dan vaksin influenza rekombinan (RIV). Vaksin tersebut tidak mengandung virus flu hidup. Vaksin ini hadir dalam berbagai jenis formulasi trivalen, kuadrivalen, dosis tinggi, adjuvan, berbasis sel, dan rekombinan.

Sementara yang kedua adalah vaksin flu semprotan hidung. Vaksin ini juga dikenal sebagai vaksin influenza hidup yang telah dilemahkan (LAIV). Vaksin yang digunakan dengan cara disemprotkan ke hidung tersebut mengandung virus hidup. Namun, virus itu telah dilemahkan sehingga tidak menyebabkan influenza.

Dilansir dari Health Line, selama setengah abad terakhir, jutaan orang telah mendapatkan vaksin flu. Namun, sangat sedikit orang yang mengalami masalah serius. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin flu dan bahan kimia yang terkandung di dalamnya aman.

Sebagaimana vaksin lainnya, efek samping dari vaksin flu kebanyakan ringan. Orang yang telah mendapatkan vaksin ini biasanya melaporkan gejala seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak pada kulit di sekitar tempat suntikan, demam, kelelahan, dan sakit kepala.

Beberapa penyakit dan gangguan yang tercantum dalam diagram pada unggahan akun Instagram di atas tidak disebabkan atau berkaitan dengan vaksin flu. Berikut ini penjelasannya:

Kanker

Sekitar 40 persen kasus kanker disebabkan oleh virus. Beberapa virus memang telah diketahui sejak lama menjadi penyebab kanker. Namun, kasusnya diduga hanya 10 atau 20 persen. Virus yang dikenal luas terkait kanker adalah virus hepatitis B dan C, yang bisa menyebabkan kanker hati dan human papilloma virus (HPV), lalu memicu kanker serviks. Penyebab kanker lainnya adalah sering mengkonsumsi daging olahan, menghirup udara berpolusi, dan stres.

Dikutip dari situs resmi Preventive Medicine Cancer Care (PMCC) Denver, hingga kini, belum ada penelitian yang menemukan bukti bahwa vaksin mengarah pada risiko kanker yang lebih tinggi. Menurut sebuah publikasi, selama 1955-1963, memang terdapat sebuah virus yang dikaitkan dengan vaksin polio. Virus itu dikenal sebagai SV40, yang kemungkinan terkait dengan peningkatan risiko kanker.

Namun, publikasi itu juga menyatakan tidak ada bukti yang cukup soal peningkatan risiko tersebut. "Penting untuk dicatat bahwa satu-satunya alasan adalah kontaminasi virus SV40, yang bukan merupakan bagian dari vaksin polio. Kontaminasi juga tidak ada lagi dalam vaksin polio modern yang diberikan kepada pasien," demikian penjelasan PMCC Denver.

Justru, menurut PMCC Denver, banyak penelitian saat ini yang mulai memberikan bukti bahwa vaksin bisa bermanfaat dalam menurunkan risiko kanker. Alasan utama di balik ini adalah karena ada virus tertentu yang diketahui menyebabkan perubahan pada DNA tubuh manusia (seperti HPV).

Ketika perubahan ini terjadi, hal itu dapat menyebabkan perubahan tertentu dalam aktivitas genetik yang diekspresikan oleh sel-sel tubuh. Akibatnya, sel-sel ini kemungkinan besar menjadi kanker. Ketika vaksin diberikan untuk melindungi dari virus, risiko terinfeksi mikroorganisme ini berkurang. Perlindungan itu juga dapat mengurangi risiko pengembangan kanker yang dikaitkan dengan virus.

HIV/AIDS

Dikutip dari situs kesehatan Alodokter, AIDS disebabkan oleh virus HIV. Virus HIV yang masuk ke tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, semakin lemah sistem kekebalan tubuh seseorang. Infeksi HIV terjadi saat darah, sperma, atau cairan vagina dari pengidap masuk ke dalam tubuh orang lain.

Pada Desember 2020 lalu, memang sempat beredar klaim bahwa uji coba salah satu vaksin Covid-19 di Australia telah membuat para relawan positif terinfeksi HIV. Namun, menurut verifikasi Reuters, klaim ini keliru. Vaksin yang dimaksud adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi CSL dan University of Queensland, Australia.

Vaksin Covid-19 ini menggunakan fragmen kecil protein virus HIV untuk menstabilkan vaksin. Produksi dihentikan setelah uji coba menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap fragmen protein itu dapat menyebabkan hasil positif palsu dalam beberapa tes HIV.

CSL mengatakan “kandidat vaksin tidak mengandung virus HIV dan tidak ada kemungkinan dapat menyebabkan HIV". Tes lanjutan pun menunjukkan tidak ada virus HIV di tubuh para relawan. Sementara dikutip dari laporan Live Science, tidak ada cara bagi vaksin untuk menyebabkan infeksi HIV, karena mengandung fragmen protein yang tidak berbahaya.

Autisme

Dilansir dari situs kesehatan Halodoc, autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) merupakan gangguan pertumbuhan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku. Beberapa faktor yang dapat memicu autisme adalah faktor keturunan, efek samping dari minuman beralkohol atau obat-obatan selama dalam kandungan, pengaruh gangguan lain (sindrom down, lumpuh otak, dan sebagainya), serta kelahiran prematur.

Hingga kini, penyebab autisme belum diketahui. Namun, para ahli mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Kadang-kadang, gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Tapi, dalam kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orang tua. Dalam kasus anak kembar, autisme bisa terjadi akibat gen kembar.

Dikutip dari Republika.co.id, vaksinolog sekaligus dokter spesialis penyakit dalam Dirga Sakti Rambe membantah kabar lawas yang kembali muncul bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme. Dirga menegaskan bahwa mitos tersebut sama sekali tidak benar. Menurut Dirga, isu itu pertama kali diungkapkan oleh seorang dokter bedah asal Inggris, Andrew Wakefield, pada 1998.

Dokter ini menyebut vaksin MMR (gondong, campak, dan rubella) terkait dengan autisme. Namun, belakangan diketahui bahwa penelitian tersebut palsu. "Setelah itu, dilakukan penelitian luas untuk membuktikan benar atau tidaknya klaim dokter tersebut. Ternyata tidak benar dan dia terbukti memalsukan data," ujar Dirga pada 15 Desember 2020.

Stroke

Stroke adalah penyakit yang menyerang otak. Stroke terjadi bila aliran darah dari otak terhambat, bisa juga karena pendarahan pada atau di sekitar otak. Penyebabnya adalah pembuluh darah yang mengeras, menyempit, atau tersumbat. Penyebab stroke antara lain karena tekanan darah tinggi, kurang berolahraga, makanan tak sehat, obesitas, dan merokok.

Diabetes

Diabetes bukan penyakit menular, tapi membahayakan nyawa bila tidak dikontrol. Di Inggris saat ini, terdapat sekitar 3,7 juta kasus diabetes yang didiagnosis dengan banyak risiko karena faktor seperti obesitas di masa kecil. Diabetes disebabkan karena berlebihnya glukosa dalam darah.

Ketika seseorang menderita diabetes, pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk memecah glukosa dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah secara drastis. Pasalnya, insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah.

Jumlah glukosa darah dalam tubuh biasanya tergantung pada makanan yang dikonsumsi. Orang-orang yang mengkonsumsi gula dalam jumlah lebih banyak cenderung mengembangkan bentuk diabetes yang parah. Namun, apakah seseorang didiagnosis diabetes atau tidak, mungkin juga bergantung pada susunan genetik.

Arthritis/radang sendi

Di dunia medis, radang sendi disebut juga arthritis. Jenis radang sendi yang kerap terjadi antara lain osteoarthritis, rheumatoid arthrtitis, dan gout. Penyebab radang sendi bisa bermacam-macam, mulai dari gangguan sistem imunitas tubuh hingga gangguan yang terjadi karena salah posisi. Penyebab radang sendi yang dipicu oleh penyakit autoimun terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang seharusnya berfungsi melindungi sel dan jaringan justru berbalik menyerang sel sehat. Akibatnya, terjadi kerusakan tulang yang berujung pada radang sendi.

Serangan jantung

Serangan jantung terjadi ketika arteri yang memasok darah dan oksigen ke jantung tersumbat. Hal ini memang terjadi tiba-tiba, tapi prosesnya bertahap. Penyakit jantung koroner (PJK), penyebab utama serangan jantung, adalah suatu kondisi di mana arteri koroner atau pembuluh darah utama yang memasok jantung dengan darah tersumbat oleh endapan kolesterol. Penyebabnya adalah faktor keturunan, merokok, tekanan darah tinggi, gaya hidup, kolesterol, dan sebagainya.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksin flu dapat menyebabkan infeksi HIV dan kanker, maupun penyakit serta gangguan serius lainnya, keliru. Vaksin flu telah banyak digunakan di berbagai negara, termasuk Indonesia, dan belum pernah dilaporkan menyebabkan infeksi HIV maupun kanker.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke [email protected]