Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Narasi bahwa Mendidihkan Air dengan Panci Tertutup Menyebabkan Bahaya Klorin yang Memicu Kanker

Jumat, 26 April 2024 06:39 WIB

Keliru, Narasi bahwa Mendidihkan Air dengan Panci Tertutup Menyebabkan Bahaya Klorin yang Memicu Kanker

Sebuah narasi beredar di WhatsApp dan akun Facebook ini, ini, dan ini, yang mengatakan mengukus makanan dengan cara mendidihkan air dalam kondisi panci tertutup bisa menimbulkan bahaya, yakni kandungan klorin dalam air tidak keluar yang bisa menyebabkan kanker.

Air keran diklaim mengandung klorin Tri Hallow Metan (THM) yang bersifat karsinogenik alias bisa menyebabkan kanker. Narasi yang beredar menyatakan klaim itu dari Profesor Qi yang bekerja di rumah sakit Xuanwu, Beijing, Cina. Disebutkan juga bahwa cara mengukus makanan yang aman, harus dilakukan dengan mendidihkan air terlebih dahulu beberapa saat, sambil tutup panci dibuka agar klorin keluar. Setelah itu baru makanan dimasukkan.

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah mengukus harus mendidihkan air terlebih dahulu dengan tutup panci dibuka, baru memasukkan makanan, agar terhindar dari klorin yang menyebabkan kanker?

PEMERIKSAAN FAKTA

Dilansir Detik.com, narasi yang sama beredar tahun 2019. Dikatakan bahwa cara mengukus dengan selalu menutup panci bisa menyebabkan klorin terperangkap di dalam dan mencemari makanan.

Namun, sesungguhnya peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sekarang BRIN, Dr Agus Haryono, MSc, telah menyatakan bahwa narasi tersebut keliru. 

Ia menuturkan air keran dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) telah melalui serangkaian tahap dan diwajibkan memenuhi standar kesehatan atau keamanan untuk dikonsumsi.

"Termasuk kandungan klorin atau total senyawa kloridanya tidak boleh melampaui baku mutu batas maksimum. Oleh karena itu tidak perlu menunggu air mendidih sebelum merebus atau mengukus makanan," kata Agus, Rabu, 14 Agustus 2019.

Narasi yang sama sebelumnya juga sudah beredar pada tahun 2017, sebagaimana diberitakan Jawa Pos. Saat itu, Agus sebagai Plt Kepala LIPI, juga telah membantah klaim tersebut.

Risiko Klorin

Kekhawatiran atas bahaya klorin sesungguhnya telah lama beredar di negara-negara barat, sebagaimana dinyatakan Analis Cancerresearchuk.org, Henry Scowcroft, pada 17 Maret 2011. Di sana, narasi beredar dari peneliti yang mengatakan klorin yang terkandung dalam air kolam renang dan air ledeng bisa meningkatkan risiko kanker.

Namun, menurut Scowcroft, narasi tersebut beredar karena media di sana keliru dalam memberitakan penelitian. Penelitian yang dimaksud ialah yang dilakukan sebuah tim di Spanyol, yang dipimpin Dr Gemma Castaño-Vinyals.

Mereka menganalisa data dari penelitian sebelumnya, terkait penderita kanker kandung kemih di Spanyol, yang dikumpulkan tahun 1998 sampai 2001. Mereka juga mewawancarai lebih dari seribu orang yang tidak menderita penyakit tersebut, untuk dijadikan data pembanding.

Termasuk data yang dikumpulkan ialah, air jenis apa yang biasa mereka minum dan bagaimana kebiasaan aktivitas mandi mereka. Informasi latar belakang sosial dan lingkungan tempat tinggal mereka pun dikumpulkan.

Tim peneliti juga mengumpulkan data dari perusahaan air ledeng Spanyol serta memeriksa kandungan kimia air ledeng mereka. Data-data itu kemudian mereka olah, hingga memunculkan sejumlah kesimpulan.

Kesimpulan itu di antaranya orang-orang Spanyol yang berpendidikan tinggi tidak terpapar air dan klorin saat minum, melainkan saat mereka mandi. Artinya mereka terpapar klorin melalui kulit saat mandi. Peneliti tidak mengaitkannya secara langsung pada risiko kanker.

Penyebab Kanker Kandung Kemih

Klorin merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menjernihkan air ledeng, serta berfungsi sebagai disinfektan untuk mematikan bakteri seperti E. coli atau Giardia yang bisa mengganggu pencernaan. Saat klorin bertemu air, akan memunculkan zat kimia bernama Trihalomethanes (THM).

Scowcroft menjelaskan kekhawatiran THM turut masuk ke dalam tubuh dan mengganggu kesehatan bisa dipahami. Namun, belum ada bukti kuat yang mendukung klaim THM berbahaya bagi manusia. Jikapun berdampak, efeknya masih sangat kecil.

Sementara penyebab sakit kanker kandung kemih, dua per tiga di antaranya adalah karena penggunaan tembakau. Konsumsi pewarna makanan dalam jangka waktu lama juga dikatakan bisa menyebabkan timbulnya penyakit tersebut.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang beredar yang mengatakan klorin dalam air keran PDAM bisa menyebabkan kanker, sehingga harus dididihkan dulu dengan panci terbuka agar klorinnya menguap sebelum digunakan memasak, adalah klaim keliru.

Sesungguhnya belum ada bukti kuat pada kekhawatiran penggunaan klorin pada air keran berdampak bahaya pada manusia. Desinfeksi air ledeng menggunakan klorin, dianggap lebih penting untuk mengurangi risiko penyakit pada masyarakat.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id