Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyesatkan, Tanaman Kenikir adalah Artemisinin yang Bisa Bunuh 98 persen Sel Kanker dalam 16 Jam

Rabu, 7 Juni 2023 19:58 WIB

Menyesatkan, Tanaman Kenikir adalah Artemisinin yang Bisa Bunuh 98 persen Sel Kanker dalam 16 Jam

Sebuah narasi tersebar secara berantai di aplikasi perpesanan WhatsApp yang membahas tanaman Artemisinin yang disebut mampu membunuh sel kanker payudara sebanyak 98 persen, kurang dari 16 jam setelah dikonsumsi.

Pesan itu mengklaim bahwa informasi itu berdasarkan penelitian Henry Lai dan Narendra Singh dari University of Washington, Amerika Serikat. Tanaman yang hasil ekstraksinya berharga mahal itu, dikatakan bisa membuat sel kanker payudara hancur dengan sendirinya.

Sebelumnya artemisinin menjadi obat malaria yang berasal dari Cina. Di Indonesia, artemisinin disebut sebagai kenikir yang menjadi salah satu bahan makanan. Kenikir juga dikatakan bisa mengobati penyakit lambung, lemah jantung, kanker, gondongan, dan payudara bengkak.

Tempo mendapatkan permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran klaim-klaim tersebut melalui saluran chatbot. Sebuah akun di Facebook pun menyebarkan narasi yang sama. Benarkah klaim-klaim dalam pesan berantai itu?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memeriksa penelitian Henry Lai dan Narendra Singh University of Washington, Amerika Serikat yang diklaim menemukan khasiat tanaman artemisinin. Artikel tersebut menyebut bahwa artemisinin mampu membunuh sel kanker payudara sebanyak 98 persen setelah dikonsumsi kurang dari 16 jam. 

Henry Lai dan Narendra Singh memang pernah melakukan uji senyawa artemisinin (turunan apsintus) yang dinilai menjanjikan sebagai obat kanker. Senyawa ini rupanya diekstrak dari tanaman Artemesia annua L., umumnya dikenal sebagai apsintus yang ribuan tahun yang lalu oleh orang Cina digunakan untuk memerangi malaria. Senyawa ini membantu mengendalikan malaria karena bereaksi dengan konsentrasi zat besi yang tinggi yang ditemukan dalam parasit malaria.

Klaim: Penelitian menunjukkan artemisinin mampu membunuh sel kanker payudara sebanyak 98 persen setelah dikonsumsi kurang dari 16 jam

Fakta 1: Laporan hasil penelitian tersebut tidak menjelaskan percobaan senyawa artemisinin pada manusia

Laporan mengenai studi mereka dipublikasikan di situs University of Washington pada 2011. Dalam ujinya itu, dua peneliti itu menyiapkan sel kanker payudara dan sel payudara normal, (yang berikatan dengan reseptor transferin untuk mengangkut zat besi ke dalam sel), dihidroartemisinin (bentuk artemisinin yang lebih mudah larut dalam air), dan kombinasi kedua senyawa tersebut.

Hasilnya, pada sel payudara normal tidak menunjukkan efek yang signifikan. Namun pada sel kanker payudara, campuran zat besi dan artemisinin didalamnya membuatnya hancur 75 persen dalam delapan jam dan hampir musnah dalam 16 jam.

Artikel yang diunggah tahun 2001 itu mengatakan percobaan berlanjut pada hewan, yakni seekor anjing yang mengalami kanker tulang. Hasilnya hewan itu sembuh dalam lima hari. 

Pakar Farmakologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Malang, dr. Hikmawan Wahyu Sulistomo, Ph.D menjelaskan terdapat sekitar 90 penelitian yang menguji reaksi sel kultur atau sampel tes pada artemisinin. Lalu, sekitar 70 penelitian tes tersebut dilakukan pada hewan dan delapan penelitian pada manusia.

Menurut dia, secara umum artemisinin dianggap berpotensi menjadi obat anti kanker. Selain itu, telah dijadikan terapi tambahan kemoterapi pada pasien kanker payudara, kanker kulit dan kanker usus. Namun penelitian yang ada belum memadai untuk menjadikannya sebagai obat kanker secara resmi.

“Hasilnya belum dapat disimpulkan karena jumlah pasien yang diteliti sangat kecil (belasan pasien), dengan desain (konsep) penelitian dan hasil yang bervariasi,” kata pria yang kerap disapa dr Wawan itu, melalui jawaban tertulis, Selasa, 6 Juni 2023.

Klaim 2: Tanaman artemisinin di Indonesia biasa disebut kenikir  

Fakta 2: Artemisinin dan kenikir adalah tanaman yang berbeda. 

Pakar Farmakologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Malang, dr. Hikmawan Wahyu Sulistomo menjelaskan bahwa artemisinin adalah kandungan dari tanaman bernama latin artemisia annua. Dalam Bahasa Indonesia, tanaman ini sering disebut ganjo lalai atau secara umum juga disebut tanaman artemisinin. 

Sementara kenikir memiliki nama latin cosmos caudatus. “Walaupun mempunyai penampakan daun yang mirip, namun dua tanaman ini sangatlah berbeda,” katanya.

Klaim 3: Kenikir bisa dimanfaatkan untuk mengobati penyakit lambung, lemah jantung, kanker, gondongan, dan payudara bengkak, dengan pengolahan oleh masyarakat sendiri.

Fakta 3: Belum ada penelitian yang menyimpulkan kenikir bisa digunakan untuk mengobati penyakit lambung, lemah jantung, kanker, gondongan, dan payudara bengkak. Penelitian yang memadai dibutuhkan untuk menjadikan kenikir sebagai bahan obat.

Dokter Wawan menjelaskan bahwa penelitian obat berbahan kenikir selama ini diujikan pada tikus, sebagai anti diabetes, anti hipertensi dan anti inflamasi. Namun belum diujikan pada manusia yang memiliki pemicu penyakit yang lebih kompleks daripada hewan.

“Selama ini kenikir digunakan sebagai pendamping makan, namun kalau dipergunakan sebagai obat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” kata dr Wawan lagi.

Ia mengimbau agar masyarakat cermat dalam memilah informasi, terutama terkait kesehatan dan obat herbal. Ini dikarenakan tidak semua tanaman memiliki kandungan yang baik untuk tubuh manusia. Bila salah pilih tanaman atau dikonsumsi secara tidak tepat, kata dia, bisa menimbulkan bahaya.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim tanaman kenikir adalah artemisinin yang bisa membunuh 98 persen sel kanker dalam 16 jam adalah menyesatkan

Artemisinin merupakan bahan aktif dalam tanaman artemisia annua yang berbeda dengan kenikir yang memiliki nama latin cosmos caudatus.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id