Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyesatkan, Klaim Kemunculan Raja Tikus di Rusia Sebagai Pertanda Datangnya Wabah

Senin, 5 Juni 2023 17:13 WIB

Menyesatkan, Klaim Kemunculan Raja Tikus di Rusia Sebagai Pertanda Datangnya Wabah

Sebuah video disertai narasi bahwa kemunculan fenomena raja tikus di Rusia merupakan pertanda bakal datangnya wabah. Video ini beredar di media sosial dengan memperlihatkan fenomena raja tikus atau rat kings.

Di Facebook, video berdurasi 7 menit 59 detik itu diunggah akun ini pada 28 Mei 2023. "Raja tikus sudah muncul di Rusia," tulis akun tersebut.

Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 900 ribu kali dan mendapat lebih dari 200 komentar. Apa benar kemunculan fenomena raja tikus merupakan pertanda bakal datangnya wabah?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menggunakan tool InVid. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex.

Hasilnya, klaim bahwa kemunculan raja tikus yang diklaim merupakan pertanda datangnya wabah hanyalah mitos. Mitos tersebut merupakan bagian dari dongeng rakyat yang telah berkembang di Eropa sejak abad pertengahan.

Video di atas identik dengan video yang pernah diunggah ke Instagram oleh akun @_alibulat_rasulov_ pada 21 Agustus 2021. Video ini memperlihatkan seorang petani petani Rusia yang menemukan raja tikus yang terdiri dari lima kawanan tikus yang basah kuyup dalam genangan air di kebun semangkanya. "Raja tikus ditemukan hidup. Bagian satu," tulis akun tersebut.

Keesokan harinya, 22 Agustus 2023, Alibulat Rasulov kembali mengunggah video raja tikus lainnya. Kali ini kawanan tikus malang itu berada di ruangan dengan lantai keramik berwarna putih. "Raja tikus ditemukan hidup untuk pertama kalinya. Bagian dua," demikian keterangan video.

Sumber: Instagram

"Namun, tidak semua raja tikus seberuntung itu," tulis situs livescience.com pada 20 September 2021, menanggapi video Alibulat Rusalov itu. 

Beberapa raja tikus yang telah meninggal dengan ekor masih terikat erat, diawetkan dalam koleksi museum sejarah alam, seperti Museum Zoologi Strasbourg di Prancis. Museum ini memiliki spesimen "roi de rats" 10 tikus yang ditemukan di Dellfeld, Jerman, dan disumbangkan ke museum pada tahun 1895.

"Fenomena aneh" dari ekor kusut ini dikenal pada dua spesies tikus hitam (Rattus rattus) dan tikus Norwegia (Rattus norvegicus). Tetapi fenomena ekor hewan yang saling terikat juga telah diamati pernah terjadi pada tupai dan kucing.

Pada tahun 2017, empat bayi tupai lahir dengan ekor yang terjerat di Bangor, Maine. Seorang pengamat merekam bagaimana sulitnya para bayi tupai itu melepaskan diri, menurut laporan Live Science pada tahun tersebut.

Tupai muda itu tidur meringkuk berdekatan di sarang mereka dengan ekor yang saling melilit saudara mereka. Kemungkinan saja ekor mereka lengket karena adanya getah pohon yang kemudian mengeras. Semakin banyak bayi berjuang untuk membebaskan diri, semakin erat ikatannya, kata para ahli kepada Live Science pada 2017.

The Sun melaporkan, fenomena raja tikus, yang biasanya umum di Jerman telah membingungkan para ilmuwan yang tidak tahu bagaimana hewan pengerat itu bisa terikat menjadi satu. Tapi salah satu ahli, Rasulov, yakin cara itu digunakan oleh induk mereka agar mereka tidak  jatuh ke air yang membanjiri ladang.

Emma Burns, kurator ilmu pengetahuan alam di Museum Otago, mengatakan kepada Atlas Obscura bahwa Raja Tikus secara teori bisa saja terjadi secara alami. Dia menjelaskan bahwa beberapa tikus memiliki ekor yang memiliki refleks "menggenggam" alami yang dapat menyebabkan mereka saling terikat.

Tontonan yang tidak biasa juga terlihat di antara kelompok tupai, menunjukkan itu bisa menjadi hal yang langka di antara hewan pengerat. Scurry yang diikat dianggap telah saling menempel setelah bersentuhan dengan getah dari pohon yang sering mereka kunjungi.

Namun, Matthew Combs, seorang mahasiswa doktoral yang berfokus pada tikus di Universitas Fordham, mengatakan kepada publikasi tersebut: "Rat kings mungkin hanya mitos yang diabadikan oleh beberapa orang dengan contoh palsu."

Museum Sejarah Alam Universitas Tartu menyimpan kasus terakhir yang diidentifikasi di Eropa yakni raja tikus yang ditemukan pada tahun 2005 di sebuah peternakan Estonia. Dalam penelitiannya, Andrei Miljutin berkesimpulan bahwa raja tikus akan terbentuk dari tikus yang dikelompokkan dalam ruang terbatas yang ekornya akan diaglomerasi oleh zat dingin atau lengket karena darah atau sisa makanan.

Setidaknya terdapat enam fenomena Raja Tikus yang telah disimpan sebagai koleksi museum. Kawanan raja tikus bervariasi, mulai dari 3 hingga 32 ekor. Sebagian besar penemuan dilakukan di Jerman. Lainnya di Prancis, Polandia, Belanda, Belgia, dan Indonesia (Jawa). Semua raja tikus yang diteliti terdiri dari tikus hitam, Rattus rattus L, kecuali satu temuan dari Jawa yang merupakan tikus sawah.

"Analisis geografis dari temuan raja tikus menunjukkan (kecuali temuan di Jawa) bahwa raja tikus terjadi di daerah-daerah di mana dua faktor bertepatan yakni musim dingin dan kehadiran tikus rumah (Rattus rattus)," kata Andrei Miljutin.

Mitos Raja Tikus

Pada tahun 1683, Museum Zoologi Strasbourg di Prancis telah ditemukan sebuah ukiran yang memperlihatkan sekelompok enam tikus yang ekornya saling terkait satu sama lain. Ukiran tersebut disertai dengan keterangan dalam bahasa Jerman dengan refleksi agama dan moral tentang dosa manusia, menurut Le Magasin Pittoresque tahun 1854.

Kemungkinan besar, menurut Le Magasin Pittoresque, legenda ukiran itu mengacu pada penaklukan Strasbourg oleh Louis XIV dua tahun sebelumnya. Pada zaman dahulu menemukan raja tikus diartikan sebagai pertanda buruk. Secara khusus, itu mengumumkan epidemi.

Beberapa lusin raja tikus yang sekarang dilestarikan oleh museum berasal dari abad ke-19 dan ke-20. Namun, jejak fenomena tersebut dapat ditemukan sejak akhir Abad Pertengahan; dalam ukiran, lukisan, tulisan, pada abad 16, 17 dan 18.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa kemunculan fenomena raja tikus merupakan pertanda bakal datangnya wabah adalah menyesatkan

Menurut peneliti dari Museum Sejarah Alam Universitas Tartu Estonia, Andrei Miljutin, analisis geografis dari temuan raja tikus menunjukkan (kecuali temuan di Jawa) bahwa fenomena raja tikus terjadi di daerah-daerah di mana dua faktor bertepatan yakni musim dingin dan kehadiran tikus rumah.

Jejak fenomena Raja Tikus telah ditemukan sejak akhir Abad Pertengahan dalam ukiran, lukisan, tulisan, pada abad 16, 17 dan 18. Pada masa itu, berkembang mitos maupun cerita rakyat di Eropa bahwa menemukan raja tikus diyakini sebagai pertanda buruk akan datangnya wabah.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id