Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Perubahan Iklim Hasil Rekayasa dan Hoax

Jumat, 10 Mei 2024 21:51 WIB

Keliru, Perubahan Iklim Hasil Rekayasa dan Hoax

Sebuah akun di Instagram [arsip] mengunggah video perbincangan dua orang yang mengklaim perubahan iklim tidak terjadi sendiri tapi hoax alias hasil rekayasa.

Berikut isi perbincangan dalam video tersebut: 

......saya pikir perubahan iklim adalah tipuan sebagai sebuah premis umum dan saya pikir lembaga-lembaga besar menggunakannya sebagai bentuk kontrol. Namun saya pikir kita sedang berada di titik di mana ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju hingga ke titik di mana orang mungkin mulai berperan sebagai Tuhan. Di luar sana sudah semakin gila. Kami memiliki miliaran dolar untuk penelitian dan pengembangan, semacam main-main. Kita mulai melakukan penyemaian awan, mulai melakukan beberapa hal gila dengan vaksin dan mulai melakukan beberapa hal gila dengan bereksperimen pada kloning dan semua hal aneh semacam ini”  

Benarkah perubahan iklim (climate change) merupakan hasil rekayasa? Berikut pemeriksaan faktanya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Tim Cek Fakta Tempo memeriksa pernyataan ini dengan menelusuri pernyataan otoritas, peneliti dan pemberitaan media kredibel serta sumber asli video.

Sumber Video

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, video tersebut merupakan cuplikan pembicaraan dari akun YouTube CapitalClubCuts tanggal 30 April 2023 dan kembali diunggah di akun YouTube lain. Video ini merupakan obrolan Luke Belmar dengan seseorang tentang perubahan iklim. Belmar dalam video ini mengatakan perubahan iklim adalah hoax yang dibuat institusi besar.

Luke Belmar merupakan seorang influencer dan pendiri Capital Club. Ia banyak membuat konten seputar investasi, digital marketing dan mata uang kripto.

Tentang Perubahan Iklim

Secara sederhana, perubahan iklim dipahami sebagai perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Perubahan ini terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, sejak penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim.

Laman UN Indonesia menuliskan, pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang bekerja seperti selimut yang melilit Bumi, menghasilkan panas matahari dan menaikkan suhu. Contoh emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim di antaranya karbon dioksida dan metana. Ini berasal dari penggunaan bensin untuk mengendarai mobil atau batu bara untuk listrik dan sebagainya. Pembukaan lahan dan hutan juga dapat melepaskan karbon dioksida. 

Data menunjukkan konsentrasi gas rumah kaca berada pada level tertinggi dalam kurun waktu 2 juta tahun dan emisi terus meningkat. Akibatnya, suhu bumi 1,1°C lebih hangat daripada di akhir tahun 1800-an. Dekade 2011-2020 adalah rekor terpanas.

Konsekuensi perubahan iklim saat ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan keanekaragaman hayati.

Dilansir NASA, penelitian menunjukkan bahwa "97 persen atau lebih" ilmuwan iklim aktif percaya bahwa pemanasan yang  sedang terjadi disebabkan oleh manusia. Badan ini menyebut fakta bahwa "iklim bumi memanas" sebagai "konsensus ilmiah".

"Pengamatan di seluruh dunia memperjelas bahwa perubahan iklim sedang terjadi, dan penelitian ilmiah yang ketat menunjukkan bahwa gas rumah kaca yang dipancarkan oleh aktivitas manusia adalah penyebab utamanya," dikutip NASA dari Pernyataan tentang Perubahan Iklim dari 18 Asosiasi Ilmiah.

Dalam Climate Change 2014 Synthesis Report Summary for Policymakers yang dibuat  U.N.’s Intergovernmental Panel on Climate Change, menyebutkan probabilitas antara 95 dan 100 persen, bahwa sebagian besar peningkatan suhu permukaan rata-rata global antara tahun 1951 dan 2010 disebabkan oleh aktivitas manusia.

Solusi Menghadapi Perubahan Iklim

Dalam laporan PBB tahun 2018, ribuan ilmuwan dan peninjau pemerintah sepakat bahwa membatasi kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5°C dapat meminimalkan dampak iklim terburuk dan mempertahankan iklim yang layak huni.

Para ilmuwan menawarkan solusi perubahan iklim yang dapat memberikan manfaat ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas kehidupan dan melindungi lingkungan. Salah satunya tertuang dalam  Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim dan Perjanjian Paris. Kerangka yang disepakati adalah  mengurangi emisi, beradaptasi dengan dampak iklim, dan mendanai proyek-proyek yang terkait usaha pengurangan resiko.

Selain itu, koalisi negara-negara berkomitmen untuk mencapai nol emisi bersih pada tahun 2050. Sekitar setengah dari pengurangan emisi harus dilakukan pada tahun 2030 untuk menjaga pemanasan di bawah 1,5°C. Dan produksi bahan bakar fosil harus turun sekitar 6 persen per tahun antara 2020 dan 2030.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim perubahan iklim adalah rekayasa dan hoax adalah keliru.

Perubahan iklim pada mulanya terjadi secara alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, sejak penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak gas, dan aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama perubahan iklim.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id