Belum Ada Bukti, Narasi tentang WhatsApp Bocorkan Data pada IDF untuk Bantai Warga Gaza
Senin, 6 Mei 2024 21:30 WIB
Sebuah video beredar di WhatsApp, serta akun Facebook ini dan ini, yang disertai narasi Whatsapp telah membocorkan data pengguna di Gaza pada Tentara Pertahanan Israel (IDF) untuk melakukan pembantaian.
Video memperlihatkan tayangan berita disertai tulisan Arab, tentang Meta, perusahaan induk yang mengelola Facebook, Instagram dan WhatsApp. Potongan video itu juga memperlihatkan foto pendiri perusahaan tersebut, Mark Zuckerberg.
Dikatakan bahwa data pengguna WhatsApp itu digunakan IDF untuk menentukan sasaran serangan mereka yang sedang berada di rumah masing-masing. Mereka kemudian menyerang sasaran-sasaran itu menggunakan bom.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah WhatsApp membocorkan data pengguna di Gaza pada IDF untuk membantu mengarahkan bom mereka?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Yandex, dan berhasil menemukan video asli konten dengan format berita TV tersebut.
Berikut hasil penelusurannya:
Verifikasi Video
Konten yang beredar memperlihatkan video berita yang menampilkan Zuckerberg. Video itu sesungguhnya konten media asal Mesir, Extra News, yang tayang pada tanggal 20 April 2024.
Berita itu menerangkan IDF menggunakan data yang diperoleh dari WhatsApp, dengan cara memasukkannya ke sistem AI yang mendukung serangan militer, yang bernama Lavender. Namun, berita tidak menyertakan sumber informasi tersebut.
Juru bicara WhatsApp kepada Anadolu Agency mengatakan bahwa dia tidak memiliki informasi yang akurat terkait adanya penyerahan data kepada IDF, sebagaimana narasi yang beredar. Laporan selengkapnya terkait isu itu dikatakan akan mereka publikasikan sekitar akhir Mei 2024.
“WhatsApp tidak memiliki pintu belakang dan kami tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah mana pun. Selama lebih dari satu dekade, Meta telah memberikan laporan transparansi yang konsisten dan itu termasuk keadaan terbatas ketika informasi WhatsApp diminta,” bunyi pernyataannya.
Peneliti dan jurnalis Sophia Goodfriend meyakini IDF mendapatkan data pengguna WhatsApp melalui peretasan. Menurutnya hal itu lebih memungkinkan dibanding kerjasama secara resmi.
Sebagaimana militer berbagai negara, Sophia mengatakan IDF juga memiliki kemampuan untuk melakukan peretasan. IDF juga memiliki rekam jejak penggunaan produk teknologi dengan melanggar aturan penggunaannya.
Sumber Narasi Beredar
Narasi yang beredar sesungguhnya mengutip sebuah artikel di blog seorang programmer dan pendiri Tech For Palestine, Paul Biggar. Dalam artikelnya, ia menuduh Meta memberikan data pada IDF untuk mengoperasikan Lavender.
Lavender adalah perangkat lunak berbasis AI yang digunakan IDF untuk merencanakan serangan terhadap warga sipil di Gaza. Untuk beroperasi, Lavender membutuhkan masukan atau umpan banyak data, sehingga bisa memprediksi identitas dan lokasi sasaran serangan mereka.
Salah satu yang digunakan ialah data pengguna WhatsApp. Misalnya orang-orang yang berada dalam satu grup WhatsApp dengan musuh-musuh IDF, juga akan dianggap sebagai musuh, sekaligus sasaran baru untuk diserang.
Dalam artikelnya, Biggar mempertanyakan kenapa Meta melakukan penyerahan data itu. Namun saat wawancara dengan Anadolu Agency, dia mengatakan mungkin IDF tidak mendapatkan data itu secara resmi dari Meta, mungkin melalui pintu belakang atau cara lain yang bersifat rahasia.
Biggar membuat tulisannya berdasarkan hasil investigasi +972 and Local Call tentang pengoperasian Lavender oleh IDF dalam pembantaian di Gaza. Laporan itu berdasarkan keterangan beberapa personil IDF yang mengoperasikan Lavender, sebagai narasumber anonim.
Laporan investigasi itu mengatakan data pengguna WhatsApp adalah salah satu yang dimasukkan IDF ke dalam sistem Lavender. Namun, laporan tidak mengatakan bagaimana IDF mendapatkan data pengguna WhatsApp itu.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Meta menyerahkan data pengguna WhatsApp di Gaza kepada IDF untuk menetapkan sasaran pembantaian merupakan klaim yang belum ada bukti.
Paul Biggar yang menghembuskan isu tersebut tidak konsisten dalam memberikan keterangan. Kadang ia seakan-akan yakin WhatsApp memberikan data tersebut, kadang ia menyatakan mungkin data didapatkan IDF dengan cara lain. Pendapat lain mengatakan data itu didapat IDF dengan cara meretas.
Biggar menghembuskan isu itu berdasarkan laporan investigasi +972 and Local Call yang menyatakan data pengguna WhatsApp di Gaza menjadi salah satu masukan perangkat lunak AI milik IDF untuk menetapkan sasaran pembantaian, yang bernama Lavender. Namun, tak disertakan informasi bagaimana IDF mendapatkannya.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]