Belum Ada Bukti: Donald Trump Alami Gangguan Jiwa
Selasa, 22 April 2025 21:38 WIB

TEMPO menerima permintaan pembaca untuk memeriksa konten terkait Donald Trump yang diklaim mengalami gangguan mental narsistik dan sosiopat.
Konten tersebut beredar di WhatsApp, Instagram, Facebook, dan TikTok, memperlihatkan tiga orang berdiri di podium. Satu di antaranya menyatakan, Trump mengalami kesehatan mental berdasarkan buku berjudul The Dangerous Case of Donald Trump yang ditulis oleh 27 pakar psikologi.
“Trump repeated comments about annexing Canada and his actions reveal sociopathy, that was described in detail in the 2017 book The Dangerous Case of Donald Trump. In it, 27 psychiatrists and mental health professionals made it clear that Trump is a sociopath who poses a threat, not just to the US but to the entire world,” tulis narasi tersebut.
Benarkah Trump mengalami gangguan kesehatan mental seperti yang dituliskan dalam buku tersebut?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo berupaya menemukan video asli dari konten yang beredar itu menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Google, dan kolom pencarian YouTube.
Hasilnya, ditemukan klip yang beredar tersebut asli serta pengeditan yang terdeteksi hanyalah pemotongan dari versi aslinya yang berdurasi sekitar 19 menit 28 detik. Namun, narasi yang mengatakan Trump mengalami gangguan jiwa belum memiliki bukti medis yang kuat. Berikut hasil penelusurannya:
Verifikasi Video
Video yang beredar merupakan potongan dari versi aslinya yang tayang di saluran YouTube CPAC sejak pertengahan Februari 2025. CPAC memperkenalkan diri sebagai media independen dan non komersial yang berbasis di Kanada. Pria berkacamata yang pada video itu merupakan Fareed Khan aktivis anti-rasis dan pendiri grup Canadians United Against Hate yang mengatakan Trump telah menyatakan niatnya untuk mencaplok Kanada.
Hal itu, menurutnya sesuai dengan isi buku The Dangerous Case of Donald Trump yang menyatakan Trump mengalami sosiopat. Video itu direkam di kawasan yang menampung parlemen Kanada, yang disebut Parliament Hill, dalam rangka peringatan 60 tahun penggunaan bendera Kanada.
Buku The Dangerous Case of Donald Trump sesungguhnya diterbitkan karena kekhawatiran penulisnya atas kepemimpinan Trump sebagai Presiden AS di periode pertama pada 2017-2021. Isu tersebut kembali dibahas kini, ketika Trump melontarkan pernyataan dan kebijakan kontroversial di kepemimpinan periode keduanya. Buku kontroversial tersebut ditulis oleh 27 psikiater yang menilai seorang presiden, sebagaimana yang diulas Carlos Lozada dan tayang di Washingtonpost.com pada September 2017.
Buku itu berisi lebih dari 24 esai yang menganalisis pernyataan, sikap, dan perilaku Trump, yang mereka nilai sebagai pertanda buruk tersebut. Kemunculan buku itu ditambah tudingan dari sejumlah politikus dan kritikus yang menyebut emosi Trump tidak stabil dan pernyataannya tidak berdasar, bahkan ada sebutan gila dan tidak waras untuknya.
Politico.com menyatakan bahwa sesungguhnya langkah psikiater yang menyimpulkan kondisi mental seseorang tanpa memeriksa, mengadakan konsultasi dan asesmen secara langsung, pada umumnya tidak dilakukan di AS. Apalagi ada aturan Goldwater di mana komunitas psikiater di sana memandang tak layak bagi mereka untuk memberikan pernyataan tentang kesehatan mental politikus, tanpa memeriksanya sesuai prosedur dan mendapat izin mempublikasikannya.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Dr. Suryanto, M.Si., menyatakan bahwa menilai kondisi mental psikologis seseorang harus melalui asesmen profesional. Pemeriksaan seperti itu, akan menghasilkan penilaian yang akurat dan tepat bila asesmen dilakukan secara langsung atau tatap muka. Di sisi lain, saat ini telah ada metode asesmen secara online, yakni subyek mengisi kuesioner, tes skala tentang diri sendiri, dan lain sebagainya.
“Namun bila asesmen melalui gejala, apalagi tidak bersentuhan dengan orang, maka hasilnya kurang akurat,” kata Suryanto melalui WhatsApp, Sabtu, 19 April 2025.
Dijelaskannya asesmen online masih diperbolehkan secara etika profesi psikolog atau psikiater. Artinya ada kesepakatan antara kedua pihak untuk saling berkomunikasi jarak jauh, sebagai psikolog dan klien. Namun, menurutnya menganalisa dan memberi penilaian/penghakiman tentang kesehatan mental pada seseorang tanpa bertemu menjadi melanggar etika profesi. Jika tetap dilakukan, hasil penilaian itu dia anggap sebagai komentar non diagnostik.
Ada juga metode ilmiah untuk melihat karakter seseorang berdasarkan bukunya, catatan hariannya, atau artefak miliknya yang dikenal sebagai analisis biogragis. Namun, akurasinya bergantung pada sumber, kualitas informasi dan subjektivitas psikolog yang menginterpretasikan materi-materi itu.
“Sikap masyarakat juga harus netral dulu dan skeptis, sebelum memutuskan menerima atau menolak suatu informasi. Berpikir skeptis artinya tidak mudah percaya, lalu diikuti usaha memvalidasi informasi untuk mencari kebenaran. Bila memang ada fakta dan data barulah boleh menyetujui,” kata Suryanto lagi.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Presiden AS Donald Trump mengalami penyakit jiwa narsistik dan sosiopat adalah klaim yang belum ada bukti, bila berdasarkan pemeriksaan kesehatan mental sesuai standar dan etika psikolog.
Narasi itu bersumber dari buku yang menilai kesehatan mental Trump tanpa memeriksanya secara tatap muka, atau metode-metode yang memenuhi standar diagnosa kesehatan mental.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]