[Fakta atau Hoax] Benarkah Megawati Minta Jokowi Pecat TNI Perazia Buku Komunisme?
Rabu, 9 Januari 2019 11:21 WIB
![[Fakta atau Hoax] Benarkah Megawati Minta Jokowi Pecat TNI Perazia Buku Komunisme?](/images/cekfakta/keliru_teks.png)
Komando Distrik Militer 0809 Kediri pada 26 Desember 2018, menyita ratusan buku yang menyinggung PKI dan komunisme dari Toko Q Ageng dan Toko Abdi. Keduanya berada tak jauh dari kompleks pusat pembelajaran Bahasa Inggris atau yang dikenal dengan Kampung Inggris.
Dari pemeriksaan di dua toko tersebut, anggota Kodim menemukan 138 buku yang disebut-sebut berisi ajaran komunis. Saat ini buku-buku tersebut sebagian diamankan di Polres Kediri. Sedangkan sisanya dibawa ke markas Kodim 0809 Kediri dan Bakesbang Linmas Pemerintah Kabupaten Kediri.
Setelah razia buku tersebut, beredarlah informasi di media sosial oleh akun Laras Dwi Paramitha di Facebook pada 3 Januari 2018. Ia mengunggah pernyataan pakar hukum Dusri Mulyadi menanggapi video Presiden Joko Widodo yang melarang sweeping buku PKI oleh aparat keamanan.
Unggahan terkait pernyataan pakar hukum Dusri Mulyadi menanggapi video Presiden Joko Widodo yang melarang sweeping buku PKI oleh aparat keamanan.
Akun itu juga menyertakan sebuah gambar dan 4 video yang bertuliskan bahwa sejumlah politikus PDIP menentang razia buku yang bermuatan komunisme di Kediri itu.
Video-video tersebut bersumber dari akun Instagram babybee.antibong200_
Salah satu video itu menyebutkan bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri meminta Jokowi untuk memecat TNI yang melakukan sweeping tersebut.
Satu video lagi yang disertakan yakni video pemberitaan Berita Satu TV yang berisi pernyataan Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang meminta TNI-Polri menghentikan sweeping PKI.
Hingga 5 Januari 2019, informasi itu telah dibagikan 1,4 ribu kali di Facebook.
Benarkah informasi itu?
Penelusuran fakta
1. Pernyataan Megawati dan dua politisi PDIP lainnya hoaks
Lima video itu menyebutkan bahwa razia buku komunisme di Kediri membuat politisi PDIP bereaksi. Para politisi yang disebut yakni Eva Kusuma Sundari, Tjipta Rikaning, Puan Maharani dan terakhir adalah Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri.
Eva Kusuma Sundari benar telah membuat pertanyaan di media. Seperti dimuat oleh Harian Jogja, Eva Kusuma Sundari menilai, penyitaan buku-buku tersebut terlalu berlebihan alias lebai.
"Kalau buku-buku itu tidak dilarang kejaksaan, maka itu boleh beredar," kata Eva Sundari dikutip dari Harianjogja, Kamis (27/12/2018).
Sementara untuk pernyataan Ribka Tjiptaning, Puan Maharani dan Megawati bersumber dari media online, Opraind. Dalam video dan berita Opraind itu, Tjipta menyatakan bahwa Jokowi harus meluruskan sejarah Partai Komunis Indonesia.
Media Opraind tersebut tidak kredibel karena hanya beralamat di blogspot, serta tidak mencantumkan susunan redaksi, penanggung jawab dan alamat perusahaan sebagaimana yang diatur oleh UU Pers dan Pedoman Media Siber yang ditetapkan Dewan Pers.
Dari penelusuran Tempo, Ribka pernah menyatakan hal itu tapi tidak terkait dengan razia buku PKI di Kediri. Menurut beberapa media, seperti Tribunnews, pernyataan Ribka itu pernah dilontarkan pada 2015 saat Presiden Jokowi batal meminta maaf kepada keluarga korban 1965.
Terkait Puan Maharani yang dalam video dan tulisan Opraind itu menyatakan “PKI Tak Sepenuhnya Salah, Itu Ulah Mertua Prabowo Subianto” tak bisa dipercaya kebenarannya. Sebab Tempo tidak menemukan pernyataan ini dimuat oleh situs media kredibel.
Demikian juga pernyataan Megawati Soekarno Putri yang meminta Jokowi memecat TNI yang merazia buku PKI. Tidak ada sumber kredibel yang bisa menjadi rujukan atas pernyataan ini.
Tempo menemukan pernyataan tersebut bukan diucapkan oleh Megawati. Melainkan pernyataan dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Airlangga (Unair), Airlangga Pribadi, saat diwawancarai oleh situs berita VIVA. Berita tersebut dipublikasikan 15 Mei 2016, jauh sebelum TNI di Kediri merazia buku komunisme.
2. Video Jokowi larang sweeping PKI
Video tersebut memang pernah ditayangkan BeritaSatu TV. Akan tetapi, itu adalah berita lama yang telah dipublikasikan pada 13 Mei 2016.
Perintah Jokowi tersebut karena melihat anggota TNI dan Polri di lapangan yang bertindak berlebihan dalam menangani isu tersebut. Tempo menulis bahwa perintah Jokowi itu setelah kepolisian, salah satunya jajaran Polres Grobogan bertindak reaktif dengan menyita sejumlah buku berisi cerita sejarah maupun cerita tentang tokoh PKI.
Jadi, perintah Jokowi itu tidak terkait dengan razia buku komunisme di Kediri.
Kesimpulan
Dari penelusuran fakta itu bisa disimpulkan bahwa pernyataan Megawati agar Jokowi memecat TNI yang merazia buku PKI adalah keliru.
IKA NINGTYAS