Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, Foto dengan Klaim Munculnya Awan Pertanda Gempa Turki

Selasa, 7 Februari 2023 18:38 WIB

Keliru, Foto dengan Klaim Munculnya Awan Pertanda Gempa Turki

Foto penampakan awan menyerupai mata yang diklaim muncul menjelang gempa Turki, beredar di Facebook. Foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa penampakan awan menjadi pertanda datangnya gempa Turki pada 6 Februari 2023.

Akun ini mengunggah foto tersebut di Facebook pada 6 Februari 2023. Akun ini  menulis narasi, "Penampakan awan beberapa waktu lalu sebelum gempa terjadi".

Benarkah munculnya awan tersebut merupakan pertanda sebelum gempa dahsyat di Turki? 

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut di internet dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, foto-foto yang memperlihatkan awan menyerupai mata–bahkan ada yang menyebut menyerupai UFO, terlihat di Provinsi Bursa, Turki, pada 19 Januari 2023. 

Awan tersebut dikenal sebagai awan lenticularis, fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan. Awan tersebut bukan merupakan tanda akan terjadinya bencana alam, termasuk gempa.

Foto-foto yang identik tentang awan tersebut pernah diunggah laman Kantor Berita Turki, Anadolu Agency, pada 19 Januari 2023. Anadolu menulis bahwa awan lentikular mengambang di langit Provinsi Bursa, Turki, pada 19 Januari 2023.

Tentang Awan Lentikular

Mengutip The Washington Post, Bursa — tempat awan terlihat — terletak sekitar 50 mil selatan Istanbul, di seberang Laut Marmara. Ini rumah bagi sekitar 2 juta orang. Bursa terletak di kaki bukit sekitar Gunung Uludag setinggi 8.343 kaki di sebelah selatan.

Awan lentikular terbentuk di lingkungan yang bertingkat secara linier—atau yang dicirikan oleh lapisan atmosfer yang sempurna.  Dalam keadaan biasa, lapisan-lapisan itu tetap terpisah. Tetapi jika ada penghalang seperti gunung, akan membentang beberapa lapisan, udara dari bawah dapat dipaksa ke atas, mengganggu lingkungan yang sebenarnya berlapis sempurna. Hal ini terutama terjadi ketika angin yang lebih dekat ke tanah mendorong massa udara ke arah medan yang naik, sehingga mereka tidak punya pilihan selain naik juga.

Karena udara di dekat tanah biasanya menyimpan lebih banyak uap air daripada udara di atasnya, kantong udara di dekat permukaan itu menjadi lebih lembab daripada lingkungan sekitarnya. Dan karena suhu udara mendingin dengan ketinggian, parsel udara itu dapat didinginkan hingga titik embunnya saat naik. Saat itu terjadi, udara menjadi jenuh dan membentuk awan.

Namun pengaruh gunung tidak bertahan selamanya. Nyatanya, begitu gumpalan udara melewati gunung atau penghalang, ia turun ke tingkat aslinya. Dengan demikian, awan tersebut hanya ada di atas puncak gunung dan mengikuti arah angin, membentuk awan topi yang seringkali berbentuk lingkaran.

Bukan Tanda Bencana

Pakar Iklim Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Emilya Nurjani, menjelaskan kemunculan awan lentikular tidak terkait dengan pertanda akan terjadinya bencana. Namun begitu, awan ini berbahaya bagi aktivitas penerbangan karena bisa mengakibatkan turbulensi.

Awan lenticularis merupakan fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan. Awan yang berbentuk seperti UFO ini pernah terlihat di beberapa gunung di Pulau Jawa, seperti Gunung Merapi, Merbabu, Lawu, Arjuno, dan lain-lain.

Pembentukan awan lentikular, kata Emilya, dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi. Hal ini menyebabkan awan lentikularis sering muncul di daerah pegunungan atau perbukitan.

Awan lenticular biasanya terbentuk di sisi bawah angin atau sisi belakang lereng. Dengan demikian, udara lembab yang naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan hingga menghasilkan awan.

Gempa Turki

Berdasarkan arsip berita Tempo, gempa yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin, 6 Februari 2023, berepisentrum di perbatasan kedua negara. Gempa terjadi pukul 04.17 pagi waktu setempat atau 08.17 WIB dengan pusat gempa di Kahramanmaras di Provinsi Gaziantep, Turki, yang berjarak 33 km dari ibu kota provinsi itu yang juga bernama Gaziantep.

Gaziantep  berpenduduk dua juta orang yang juga menjadi tempat bagi ratusan ribu pengungsi korban perang saudara Suriah yang mulai pecah pada 2011. Gempa ini segera diikuti oleh 40 gempa susulan yang satu di antaranya bermagnitudo 6,7.

Menurut Chris Elders dari School of Earth and Planetary Sciences pada Universitas Curtin di Perth, Australia, gempa susulan ini membentang sekitar 200 km di sepanjang garis patahan besar, yakni Sesar Anatolia Timur, di sepanjang bagian tenggara Turki.

Elders mengungkapkan gempa ini amat dahsyat dan menghancurkan karena kedalamannya hanya 18 km dari permukaan bumi atau sangat dangkal. Akibatnya, tidak hanya menciptakan suara yang mengerikan, gempa ini juga melepaskan energi yang jauh lebih besar ketimbang gempa berkedalaman di dalam kerak bumi.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, foto awan berbentuk mata dengan klaim merupakan pertanda sebelum gempa dahsyat di Turki pada 6 Februari 2023 adalah keliru

Fenomena awan yang seperti pada foto di atas dikenal sebagai awan lentikular.  Awan lenticular merupakan fenomena atmosfer biasa yang sering muncul di atas gunung atau perbukitan dan bukan merupakan tanda akan terjadinya bencana alam, termasuk gempa. Awan lentikular seringkali muncul dalam bentuk lingkaran.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id