Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Kerusakan Mata Novel Baswedan Akibat Penyiraman Air Keras Rekayasa?

Selasa, 5 November 2019 13:44 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Kerusakan Mata Novel Baswedan Akibat Penyiraman Air Keras Rekayasa?

Kabar yang menyebut bahwa kerusakan mata yang dialami penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, merupakan rekayasa belaka beredar di media sosial. Informasi itu menyebar setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi memperpanjang waktu pengungkapan kasus penyiraman air keras terhadap Novel.

Salah satu akun yang menyebarkan kabar itu adalah akun Esther Lumingkewas di Facebook, yakni pada Senin, 4 November 2019. Terdapat dua video yang diunggah akun Esther. Pertama, video yang berisi penjelasan seorang wanita terkait rekayasa kerusakan mata Novel. Kedua, video yang bersumber dari NET yang memperlihatkan Novel di atas kursi roda di sebuah rumah sakit.

Dalam video pertama, wanita tersebut menyatakan bahwa video yang diunggahnya (video kedua dalam unggahan di akun Esther) yang bersumber dari NET itu diambil saat Novel berada di sebuah rumah sakit di Singapura. Menurut dia, video itu dimuat pada 19 April di mana dia menyebut pada tanggal itulah Novel terkena air keras.

Gambar tangkapan layar salah satu unggahan di Facebook yang menyebut kerusakan mata penyidik KPK, Novel Baswedan, akibat penyiraman air keras sebagai rekayasa.

Wanita dalam video itu juga mengatakan, sepanjang pengetahuannya, kulit yang terkena air keras pasti melepuh. "Terus, apa kalau kesiram cuma kena biji mata doang, bagian lain ga kena? Terus, kenapa baru dini hari matanya putih? Kenapa saat kejadian, pada 19 April, saat tertangkap kamera TV NET, matanya masih biasa-biasa aja?" ujar wanita itu.

Dalam unggahannya, Esther pun menuliskan narasi, "Jadi ikutan mikir ya kalo kesiram air keras kan pasti kulit wajah jg rusak. Waduh, wartawan NET pasti liat jelas wajahnya gk pake perban keg waktu kejadian heboh."

Hingga berita ini dimuat, unggahan tersebut telah ditonton hingga lebih dari 2.300 kali serta dibagikan 52 kali dan dikomentari 64 kali.

PEMERIKSAAN FAKTA

Video NET dan Operasi Mata Novel

Untuk mengecek kapan video yang diunggah oleh akun Esther Lumingkewas dipublikasikan, Tim CekFakta Tempo menelusuri kanal Official NET News di YouTube. Hasilnya, diketahui bahwa NET mengunggah video itu pada 20 April 2017 dengan judul "EKSKLUSIF: Kondisi Terkini Novel Baswedan Jalani Perawatan".

Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo, wajah Novel Baswedan disiram air keras pada 11 April 2017. Artinya, video itu diambil sembilan hari setelah peristiwa penyiraman air keras tersebut.

Saat itu, Novel memang sudah berada di Singapura untuk menjalani perawatan. Menurut laporan medis Novel Baswedan yang diterima Tempo, ia mulai dirawat di Singapura, tepatnya di klinik Eye and Retina Surgeons, pada 12 April 2017. Sebelumnya, Novel dirawat di Jakarta Eye Center karena cedera kimia asam sulfat pada 11 April 2017, sekitar pukul 5 pagi.

Berdasarkan laporan bertanggal 26 Mei 2017 itu, terdapat luka bakar ringan dan sedang pada wajah, hidung, dan kelopak mata Novel yang disebabkan oleh paparan air keras berjenis asam sulfat. Sementara cedera parah, menurut laporan itu, dialami oleh kedua mata Novel. Bahkan, mata kirinya mengalami kerusakan lebih dari 90 persen.

Menurut laporan itu pula, setelah dirawat di klinik Eye and Retina Surgeons, Novel dirawat di Singapore General Hospital oleh unit luka bakar, unit bedah plastik, dan unit THT. Dia juga dirawat oleh dokter dari Singapore National Eye Centre (SNEC).

Saat dihubungi Tempo, Novel Baswedan mengatakan bahwa video NET itu diambil sebelum ia menjalani operasi osteo odonto-keratoprosthesis (OOKP) untuk memulihkan mata kirinya. Metode ini merupakan transplantasi kornea buatan pada pasien yang mengalami kerusakan mata parah.

Sebelum dokter memutuskan untuk melakukan operasi OOKP terhadap Novel, dokter berupaya menyembuhkan mata Novel dengan metode stem cell. "Selaput membran plasenta dipasang pada kedua mata saya untuk menumbuhkan jaringan yang sudah mati," ujar Novel pada Selasa, 5 November 2019.

Ternyata, menurut Novel, tidak terlihat adanya perbaikan hingga Agustus 2017. "Saat itu, bila orang melihat mata kiri saya, seperti tidak sakit. Bahkan, tidak merah, tapi bening seperti kelerang," katanya.

Namun, sebenarnya, banyak sel-sel dalam mata Novel yang sudah mati. Fungsi penglihatan Novel pun sudah sangat berkurang. "Maka, dilakukan operasi OOKP pada mata kiri yang rusaknya lebih parah," tuturnya.

Menurut Novel, operasi OOKP tahap pertama digelar pada 17 Agustus 2017. Pernyataan Novel ini sama dengan berita yang dimuat Tempo pada 29 Agustus 2017 yang berjudul "Mata Novel Baswedan Kini Ditutup Lapisan Gusi". Menurut istri Novel, Rina Emilda, operasi itu dilakukan pada 17 Agustus 2017.

Selaput Putih pada Mata Novel

Operasi OOKP yang dijalani Novel Baswedan membuat mata kirinya tertutup oleh selaput putih. Prosedur yang terdiri atas dua tahap ini diawali dengan mengambil potongan jaringan gusi dan gigi pasien. Gigi itu kemudian dibentuk menjadi kubus dan dilubangi di bagian tengahnya. Kubus ini menjadi wadah silinder optik untuk dijadikan kornea artifisial. Pada operasi tahap kedua, kornea artifisial itu baru bisa dicangkokkan di mata.

Pada operasi tahap pertama, dokter mengambil taring kiri bawah Novel. Sebelum dipasang di mata, jaringan gusi dan gigi itu ditanam lebih dulu di pipi. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan jaringan pembuluh darah di kubus gigi sekaligus menyesuaikan tubuh Novel dengan kehadiran struktur asing tersebut.

Akibat disiram air keras di bagian wajah kedua mata Novel Baswedan mengalami kerusakan. Mata kirinya kini tak bisa melihat sama sekali, sedangkan penglihatan mata kanannya buram. Dok. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Menurut Novel Baswedan, operasi tahap kedua digelar pada Maret 2018. Dilansir dari laman CNN Indonesia, operasi tahap kedua Novel dilakukan tepatnya pada 23 Maret 2018. Menurut juru bicara KPK, Febri Diansyah, operasi itu berjalan dengan baik. "Mata kiri Novel sudah dapat melihat bayangan jari yang digerakkan dan bayangan tubuh," katanya.

Kulit Wajah Novel yang Tidak Rusak

Menurut hasil investigasi tim pencari fakta kasus Novel yang dibentuk Polri, air keras jenis asam sulfat yang disiramkan kepada Novel berkadar larut tidak pekat. "Sehingga tidak mengakibatkan luka berat permanen pada wajah korban dan baju gamis yang dikenakan korban juga tidak mengalami kerusahan dan penyiraman tersebut tidak mengakibatkan kematian," ujar juru bicara tim pencari fakta itu, Nur Kholis, pada 17 Juli 2018.

Dari temuan tersebut, tim pencari fakta meyakini adanya kemungkinan bahwa serangan terhadap Novel bukan dimaksudkan untuk membunuh, tapi membuat Novel menderita. Nur Kholis juga mengungkap kemungkinan motif, yakni balas dendam. "Untuk membalas sakit hati atau memberi pelajaran terhadap korban," tuturnya.

Temuan tim pencari fakta tersebut serupa dengan pernyataan Kapolri saat itu, Jenderal Tito Karnavian, pada 12 April 2017, sehari setelah Novel Baswedan disiram air keras. Menurut Tito, dari hasil analisa laboratorium forensik, asam sulfat yang digunakan pelaku tidak memiliki konsentrasi yang tinggi. "Tidak berkonsentrasi pekat karena, kalau terlalu pekat, bisa membuat daging hancur," ujarnya seperti dikutip dari situs kantor berita Antara.

Pada 6 Mei 2017, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan dan tiga anak buahnya juga sempat membesuk Novel Baswedan di SGH. Saat itu, Novel memberikan foto Ahmad Lestaluhu, pria yang diduga sebagai penyiramnya. Saat diwawancara Tempo pada 25 Mei 2017, Iriawan pun menyatakan hal yang sama dengan yang dikatakan oleh Tito ketika ditanya mengenai motif penyiraman air keras terhadap Novel. "Air kerasnya tidak optimal. Kalau benar-benar keras, kulit langsung melepuh," ujarnya.

Selain itu, menurut dokter Jakarta Eye Center, Johan Hutauruk, antisipasi yang dilakukan oleh Novel Baswedan setelah wajahnya terpapar air keras sangat tepat. Saat itu, Novel membasuh wajahnya dengan air yang mengalir. Menurut Johan, air dapat menetralisir air keras yang bersifat asam. "Saya rasa itu pertolongan yang sangat tepat," katanya seperti dikutip dari laman Jawa Pos.

Meskipun begitu, dalam foto yang diperoleh Tempo beberapa saat setelah tersiram air keras, wajah Novel Baswedan terlihat memerah. Kelopak matanya juga tampak sedikit membengkak.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi yang menyebut bahwa kerusakan mata yang dialami Novel akibat penyiraman air keras merupakan rekayasa belaka adalah keliru. Kedua mata Novel Baswedan mengalami cedera parah. Bahkan, mata kiri Novel mengalami kerusakan lebih dari 90 persen. Untuk itu, Novel mesti menjalani operasi OOKP. Namun, sebelum operasi, mata kiri Novel tidak tampak merah, tapi bening seperti kelereng.

Sementara itu, wajah, hidung, serta kelopak mata Novel Baswedan hanya mengalami luka bakar ringan hingga sedang akibat penyiraman air keras pada 11 April 2017 itu. Menurut temuan tim pencari fakta kasus Novel bentukan Polri, wajah Novel tidak mengalami luka berat permanen karena air keras jenis asam sulfat yang disiramkan berkadar larut tidak pekat.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Catatan Koreksi: Artikel ini diubah pada 5 November 2019 pukul 15.00 karena terdapat revisi di bagian kesimpulan pada kalimat pertama. Redaksi mohon maaf.

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id