Sebagian Benar, Pesan Berantai Saran Kesehatan dari Profesor Sri Banowo Kalimantan Timur

Kamis, 12 Desember 2024 16:18 WIB

Sebagian Benar, Pesan Berantai Saran Kesehatan dari Profesor Sri Banowo Kalimantan Timur

Sebuah narasi beredar di WhatsApp, akun Instagram ini dan ini, Facebook [arsip], serta website ini, ini, dan ini, yang diklaim berisi pesan kesehatan dari orang bernama Prof.DR.dr.Ir.H. Sri Banowo, DTPH asal Kalimantan Timur (Kaltim).

Pesan berantai yang beredar berisi tips agar sehat hingga usia tua di antaranya menjaga jantung, hati, perut, usus, pankreas, ginjal, otak. Untuk menjaga organ-organ tersebut, seseorang harus menghindari garam, makanan berlemak, makanan dingin, mengganti junk food dengan sayuran, mengkonsumsi banyak air di siang hari, dan tidur selama 8 jam.

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah pesan tentang kesehatan itu dibagikan oleh Sri Banowo atau Helmi Djafar asal Kaltim?

PEMERIKSAAN FAKTA

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, tidak seluruh tips-tips menjaga kesehatan di dalam isi narasi benar. Nama Sri Banowo yang bergelar profesor dari Kalimantan Timur dengan keahlian di bidang kesehatan seperti dalam pesan berantai tersebut juga tidak ada dalam data Kementerian Pendidikan.

Tempo memeriksa nama Sri Banowo di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (sekarang Kemendikti Saintek), mengingat jabatannya sebagai profesor atau guru besar di lembaga pendidikan tinggi.

Namun, tidak ditemukan nama Profesor Sri Banowo di Kaltim, sebagaimana disebutkan dalam narasi yang beredar. Nama Sri Banowo yang muncul dalam data identik dengan data seorang dosen Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas (Unand), Kota Padang, Sumatera Barat, bernama lengkap Agus Sri Banowo.

Namun hingga artikel ini ditulis, pria tersebut belum menjabat profesor dan tidak berasal dari Kalimantan Timur. Penelitian yang pernah dibuat Agus Sri Banowo dapat di akses di Google Scholar

Pesan berantai serupa pernah beredar setahun lalu di Linkedin, Facebook dan sebuah website, namun diklaim berasal dari dr. Helmi Djafar dari Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Timur. Versi lain di website ini, Helmi Djafar ditulis berasal dari Jakarta di Komplek Ancol, Jakarta Pusat.

Pencarian menggunakan kata kunci dan mesin pencari Google juga tidak berhasil menemukan orang dengan nama dr.H.Helmi Djafar, baik yang berasal dari Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Timur atau dari Jakarta. 

Lalu benarkah tips-tips yang diberikan untuk menjaga kesehatan? Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember (FK Unej) Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, dr. Ida Srisurani Wiji Astuti, M.Kes, FISPH, FISCM, mengatakan sebagian saran-saran dalam narasi yang beredar itu benar.

Misalnya mengendalikan konsumsi garam untuk merawat jantung, mengendalikan makanan makanan berlemak untuk menjaga kesehatan hati, menghindari junk food, dan mengkonsumsi sayur untuk kesehatan usus, menghindari makan terlalu banyak untuk merawat pankreas, dan tidur delapan jam untuk merawat otak.

Namun, tips agar menghindari makanan dingin (seperti es) untuk kesehatan perut dan minum sedikit air saja di malam hari untuk kesehatan ginjal, tidak sepenuhnya akurat. Menurut Ida, tidak ada pembatasan jam untuk minum air putih.

“Makan makanan yang dingin tergantung daya tahan tubuh, jika fit tidak jadi masalah. Yang membuat sakit seperti radang tenggorokan, karena es dicampur gula dan kalori yang tinggi, bahan pewarna, pemanis buatan, dan pengawet,” kata Rani melalui pesan pendek kepada Tempo, Selasa, 10 Desember 2024.

Selain itu, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (FIK UM Surabaya), Firman, menjelaskan tanggapannya tentang poin-poin dalam narasi yang beredar tersebut satu per satu. Berikut penjelasannya:

1. Hindari kelebihan garam

Firman menjelaskan terdapat beberapa penyakit jantung, di antaranya penyakit jantung koroner (PJK) yang disebabkan sumbatan pada pembuluh darah koroner, dan gagal jantung berupa kegagalan jantung dalam memompa aliran darah ke seluruh tubuh.

Orang yang memiliki risiko terhadap kedua jenis penyakit jantung tersebut, bisa terserang penyakit jantung bila berlebihan dalam minum air atau mengonsumsi garam yang mengandung natrium.

“Ini bisa dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya adalah karena asupan cairan berlebih, atau disebabkan natrium yang berlebih. Natrium (berlebih) itu salah satunya kebanyakan konsumsi garam,” kata Firman melalui telepon, Rabu, 11 Desember 2024.

2. Menghindari makanan berlemak

Hati (juga disebut liver atau hepar) adalah organ yang berada di bawah jantung. Fungsinya mereduksi dampak racun atau toksik dalam kadar yang tak terlalu tinggi, dan mengubahnya menjadi zat lain. Hati juga memproduksi cairan empedu.

Di sisi lain, karbohidrat, protein, dan lemak sesungguhnya adalah sumber energi bagi tubuh manusia. Sehingga disarankan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Namun, bila dikonsumsi berlebihan, dapat menumpuk dan menimbulkan masalah.

“Dalam kondisi numpuk itulah kalau tidak diserap dengan baik, apalagi aktivitasnya kurang, nanti akan menumpuk-menumpuk, nah nanti berpengaruh pada hepar dan pembuluh darah,” kata Firman lagi.

Zat-zat dalam makanan itu sesungguhnya diproses sedemikian rupa untuk kemudian diserap ke pembuluh darah dan diedarkan ke sel-sel tubuh. Namun, bila terlalu banyak dan mengendap di pembuluh darah, disertai gaya hidup tidak sehat, dapat menyebabkan sumbatan yang lama-lama memunculkan penyakit jantung, hipertensi, dan lain sebagainya.

3. Makanan dingin tidak berkorelasi dengan kesehatan

Senada dengan Rani, Firman juga menyatakan tidak ada korelasi antara makan makanan yang dingin dengan kesehatan perut. Namun dia mengingatkan, bahwa semua bahan makanan, bila dikonsumsi terlalu banyak bisa berdampak buruk.

“Jadi saya kira tidak ada kaitannya sih, makanan hangat atau dingin, itu tidak ada kaitannya sih (dengan kesehatan perut). Mungkin mitos, ya,” kata dia.

4. Mengganti makanan cepat saji (junk food) dengan sayuran

Firman menjelaskan junk food  biasanya diolah dengan cepat, mengandung kadar lemak dan karbohidrat tinggi. Selain itu tubuh manusia cukup terbebani dalam mengurainya, karena bahan makanan junk food biasanya diawetkan.

Beban pemrosesan junk food dalam tubuh tidak hanya di organ usus, namun juga di hati dalam penyaringan toksik atau zat-zat berbahaya. Sementara sayur bagus untuk usus dan keseluruhan anggota tubuh manusia. 

“Sayur itu sebetulnya tidak hanya bagus untuk usus, tapi juga keseluruhan tubuh,

karena di sana ada serat, ada vitamin dan lain-lain. Memang makanan siap saji secara kesehatan kurang disarankan, tidak saja (karena dampaknya) pada usus, tetapi juga pada organ tubuh yang lain,” ujar Firman.

5. Hindari makan sampai kenyang

Firman menjelaskan anjuran sebenarnya adalah sebaiknya tidak makan sampai lambung penuh. Lantaran air yang diminum juga membutuhkan ruang di lambung tersebut. Selain itu, lambung yang terlalu penuh akan menghalangi paru-paru yang berkembang-kempis saat bernapas. Hasilnya paru-paru tidak bisa mengembang secara sempurna karena ruangnya terambil lambung, dan bisa muncul rasa sakit. 

“Paru-paru sebelah kiri berdekatan dengan lambung sebelah kiri. Nanti akan bersentuhan, bergesekan, bisa sakit. Lama-lama iritasi, bisa menyebabkan luka,” kata Firman lagi.

Namun, menurutnya narasi yang mengatakan makan sampai kenyang bisa merugikan pankreas merupakan pernyataan yang menyesatkan. Di sisi lain, tetap penting untuk makan makanan sesuai porsi yang cukup.

6. Minum lebih sedikit di malam hari

Firman menjelaskan kebutuhan orang sehat dalam minum air berbeda-beda. Sementara orang sakit terkadang mendapatkan pengaturan khusus dalam hal jumlah air putih yang boleh diminum, terutama sakit ginjal.

Lantaran ginjal memiliki fungsi menjaga keseimbangan cairan tubuh dan menyaring zat sisa makanan. Bila ginjal sakit atau kemampuannya menurun, fungsi yang seharusnya berjalan lancar pun terganggu.

“Dalam kondisi begitu tidak boleh terlalu banyak minum air, ada standarnya sendiri, tergantung berat badan, dan usia. Seharusnya minum dibatasi dalam keadaan tertentu. Kalau tidak dijaga, nanti akan menumpuk air itu, tidak teregulasi (tidak cepat dibuang),” kata Firman.

7. Tidur 8 jam per hari

Dia juga menjelaskan kebutuhan istirahat orang berbeda-beda. Namun orang dewasa pada umumnya membutuhkan tidur selama 6 sampai 8 jam per hari. Untuk anak-anak, membutuhkan waktu tidur yang lebih lama.

Durasi tidur itu bisa digabung antara siang dan malam, namun yang paling dianjurkan adalah tidur malam. Firman menjelaskan, orang yang tidak tidur selalu menggunakan otaknya untuk berpikir. Tidur dapat merefresh atau menyegarkan kembali otak, sehingga membantu fokus dan konsentrasi.

“Sebetulnya kalau dibilang risiko tidak sih, kalau ada mungkin kecil. Dan saya belum ketemu risetnya, misal kurang tidur menyebabkan terjadinya stroke atau infeksi pada otak, sejauh ini belum (ada),” kata Firman lagi.

Dia mengingatkan menjaga kesehatan dan berumur panjang, secara ilmiah, dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Karena, gaya hidup tidak sehat yang selama ini terbukti banyak menyebabkan kematian.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang berisi saran-saran kesehatan terkait garam, lemak, dan pola makan yang beredar di media sosial tersebut adalah sebagian benar.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]