Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keliru, ITB Imbau Tidak Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Dingin karena Berisiko bagi Jantung

Rabu, 23 Oktober 2024 16:33 WIB

Keliru, ITB Imbau Tidak Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Dingin karena Berisiko bagi Jantung

Pesan berantai yang memuat klaim bahwa ITB mengimbau semua makanan dan minuman dingin dapat berbahaya bagi jantung, beredar di WhatsApp. Pesan itu disebut bersumber dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.

Dalam pesan itu disebutkan bahwa jantung memiliki pantangan terhadap semua makanan dan minuman yang bersifat dingin, seperti yang mengandung es atau yang telah disimpan di kulkas. Mengkonsumsi makanan atau minuman dingin diklaim dalam menggumpalkan minyak atau lemak sehingga pencernaan dalam lambung menjadi lambat.

Namun, benarkah Sekolah Farmasi ITB mengeluarkan pernyataan bahwa semua makanan dan minuman dingin berbahaya bagi jantung?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo menghubungi Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D dan Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB, Naomi Haswanto. Keduanya menyatakan bahwa informasi tersebut tidak pernah dipublikasikan oleh Sekolah Farmasi ITB. 

"Hoax, Pak," jawab Reini melalui pesan singkat. Begitu pula balasan Naomi dihubungi Tempo, Selasa, 22 Oktober 2024. “Saya sudah mengecek pesan berantai tersebut ke Sekolah Farmasi ITB dan informasi itu bukan dari mereka,” katanya.

Menurut Naomi, Sekolah Farmasi ITB memiliki Tim Publikasi Promosi dan Apotek Pendidikan. Sebelum mengeluarkan artikel atau informasi, Tim akan meninjau sebelum dipublikasikan. Namun selama ini, publikasi tim tidak pernah menggunakan WhatsApp. 

Sementara itu Dokter Residen Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), dr. Rizky Ais, mengatakan klaim itu kurang tepat. Makanan bisa dikonsumsi dingin atau panas, namun yang paling penting adalah jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi.  

“Secara umum tidak masalah mengkonsumsi dingin atau panas, termasuk yang memiliki penyakit jantung. Kecuali mereka dalam kondisi khusus, misalnya punya alergi terhadap suhu dingin yang bisa memicu alerginya,” kata Rizky kepada Tempo saat dihubungi, Kamis, 17 Oktober 2024.

Khusus bagi yang memiliki penyakit jantung, menurut Rizky, perlu mempertimbangkan jenis yang diminum dan jumlahnya. Sebab pada pasien dengan penyakit jantung tertentu, cairan yang diminum harus dibatasi.  

Rizky juga menyampaikan, tidak ada ketentuan mengenai waktu untuk mengkonsumsi air minum. Artinya, air dapat dikonsumsi kapan saja, baik saat pagi hari atau setelah bangun tidur. 

Paling utama, kata dia, seseorang harus mencukupi jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh, sekitar 2 liter per hari atau tergantung berat badan orang masing-masing. “Tapi untuk orang yang punya kondisi khusus, seperti penyakit jantung tertentu, penyakit ginjal tertentu, jumlah kebutuhan cairan seharinya perlu dikonsultasikan kembali dengan dokter,” tutur dosen FK USU itu.

Di samping menjelaskan tentang hal tersebut, Rizky, juga memaparkan cara mencegah serangan jantung. Secara umum, kata dia, sebenarnya dengan pola hidup sehat. Memperhatikan jumlah nutrisi, membatasi konsumsi gula atau karbohidrat agar tidak berlebihan, membatasi konsumsi lemak jenuh, serta mencukupi protein harian.

Selain itu, juga dibutuhkan olahraga kardio intensitas sedang dengan minimal 150 menit per minggu, ditambah minimal 2 kali olahraga beban, serta tidur minimal 6-8 jam sehari dan mengendalikan stres.

KESIMPULAN 

Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim pantangan penderita penyakit jantung adalah minum es, adalah keliru.

Pesan yang beredar melalui WhatsApp tersebut bukan dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF ITB). 

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id