Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sesat, Klaim Ini Video Matahari yang Terbit dari Utara di Sulawesi Selatan

Senin, 21 Juni 2021 19:13 WIB

Sesat, Klaim Ini Video Matahari yang Terbit dari Utara di Sulawesi Selatan

Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah guru di Jeneponto, Sulawesi Selatan, tengah merekam matahari yang bersinar terang beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa matahari itu terbit dari utara yang menggemparkan warga Sulawesi Selatan.

Di YouTube, video tersebut dibagikan oleh kanal ini pada 18 Juni 2021 dengan judul “Fenomena Langka - Matahari Terbit Dari Utara Gemp4rkan Warga Sulawesi Selatan”. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 6.600 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan di YouTube yang berisi klaim menyesatkan terkait video yang diunggahnya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa fenomena alam yang terlihat dalam video itu adalah gerak semu matahari (GSM), di mana seolah-olah matahari terbit semakin ke utara.

Video yang identik pernah dimuat ke YouTube oleh kanal milik stasiun televisi Kompas TV pada 19 Juni 2021 dengan judul “Kata BMKG Soal Viral Matahari Terbit di Utara Jeneponto”. Dalam rekaman video amatir berdurasi sekitar tiga menit itu, terlontar pernyataan bahwa terjadi keanehan pada matahari, di mana berada di posisi utara pada Kamis pagi, 17 Juni 2021.

Dalam video tersebut, sang perekam bersama rekan-rekannya yang berada di Madrasah Aliyah Negeri Binamu Jeneponto, Sulawesi Selatan, juga menyebut baru kali ini melihat kejadian aneh itu, di mana matahari selalu terbit dari timur. Sang perekam pun menghubungkan peristiwa ini dengan hari kiamat.

Dilansir dari CNN Indonesia, Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto, menjelaskan bahwa peristiwa itu terkait dengan gerak semu tahunan matahari (GSTM). Terdapat dua jenis GSM, yakni tahunan dan harian. GSTM menyebabkan pergantian musim. Sementara gerak semu harian matahari (GSHM) mengakibatkan adanya pergantian siang dan malam di Bumi.

Pergerakan ini dikatakan semu sebab, bagi pengamat di Bumi, yang tampak bergerak adalah matahari. Padahal, kenyataannya, "pergerakan" matahari yang tampak oleh pengamat di Bumi terjadi akibat gerak Bumi terhadap matahari. Gerak rotasi Bumi menyebabkan GSHM, sementara revolusi Bumi menyebabkan GSTM. GSTM membuat matahari tidak selalu tepat terbit di arah timur, tapi seolah-olah terbit semakin ke utara atau ke selatan tergantung bulan tertentu.

Lebih lanjut, Siswanto menjelaskan bahwa GSTM disebabkan revolusi bumi, yaitu gerak putar bumi pada orbitnya mengelilingi matahari. Namun, poros Bumi ketika mengelilingi matahari tidak tegak lurus, melainkan miring 23,5 derajat. Hal ini menyebabkan gerak semu seolah-olah matahari bergerak lebih ke utara atau selatan, terutama jika diamati dari khatulistiwa seperti dari kawasan Indonesia.

"Pada 22 Desember-21 Juni matahari seolah-olah bergeser ke belahan Bumi utara dan pada 22 Juni-21 Desember matahari seolah-olah bergerak ke belahan Bumi selatan. Ini juga yang menyebabkan kadang-kadang seolah-olah matahari terbit seperti dari arah agak utara atau selatan," ujar Siswanto.

Berdasarkan arsip berita Tempo, penjelasan yang sama disampaikan oleh prakirawan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah IV Makassar, Nur Asia Utami. “Hanya pergerakan semu, tak betul-betul bergerak (matahari), hanya bumi yang bergerak,” ujar Nur Asia pada 18 Juni 2021.

Menurut dia, matahari terlihat terbit bergeser ke arah utara di wilayah Jeneponto atau daerah lainnya di Indonesia lantaran posisinya pada Juni ini sedang berada pada 23,5 derajat lintang utara.

Peristiwa sebaliknya, terbit bergeser ke arah selatan, akan terjadi pada Desember saat posisi matahari pada 23,5 derajat lintang selatan. “Tapi sebenarnya dari timur terbitnya, matahari tetap saja posisinya,” tuturnya.

Sebelumnya, penjelasan serupa diberikan oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin. Dia menerangkan pergerakan semua posisi matahari itu akibat kemiringan sumbu rotasi Bumi.

Seperti dikatakan Nur, Thomas menerangkan, posisi matahari berada di belahan Bumi utara pada Juni ini. "Terbitnya, bukan di titik timur, tetapi bergeser mendekati timur laut," kata dia lewat aplikasi pesan WhatsApp, Kamis malam.

Pada siang atau tengah hari, matahari akan berada di arah utara. "Nanti saat terbenam bukan pada titik barat, tetapi mendekati barat laut," katanya lagi.

Thomas menjelaskan, titik terbit Matahari tepat di timur dan terbenam tepat di barat hanya akan terjadi pada Maret dan September. Saat itu posisi semu matahari memang tepat berada di atas khatulistiwa atau relatif tegak lurus di atas wilayah Indonesia.

"Sedang pada Desember titik terbit matahari nanti akan dekat titik tenggara, tengah hari pada arah selatan, dan terbenam dekat titik barat daya," kata Thomas menuturkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu adalah video matahari yang terbit dari utara di Jeneponto, Sulawesi Selatan, menyesatkan. Fenomena alam itu disebut gerak semu matahari. Dikatakan semu sebab, bagi pengamat di Bumi, yang tampak bergerak adalah matahari. Padahal, kenyataannya Bumilah yang bergerak mengelilingi matahari. Matahari terlihat terbit bergeser ke arah utara di wilayah Jeneponto atau daerah lainnya di Indonesia lantaran posisinya pada Juni ini sedang berada pada 23,5 derajat lintang utara.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id