Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyesatkan, Varian Baru Covid-19 dari India Hanya Bisa Dideteksi dengan Scan Paru-Paru

Selasa, 21 Juni 2022 09:16 WIB

Menyesatkan, Varian Baru Covid-19 dari India Hanya Bisa Dideteksi dengan Scan Paru-Paru

Beredar informasi yang menyatakan bahwa rapid tes, swab antigen dan swab PCR tidak dapat mendeteksi varian baru Covid-19 dari India B.1.617. Varian tersebut diklaim hanya dapat dideteksi dengan scan paru-paru atau low dose CT scan paru

Selain itu, juga disebut bahwa varian tersebut memiliki gejala unik yang tidak menimbulkan gejala panas, tapi menyerang langsung ke paru.

Kepada teman-teman yang cari nafkah di bidang yang sering "bertemu dengan orang",

varian baru yang ditemukan di India (B 1617) memiliki gejala yang unik tidak menimbulkan panas tapi virus varian baru ini menyerang langsung ke paru-paru. Tes-tes yang ada (rapid, swab antigen maupun swab PCR), semua hasilnya negatif,

hanya LDCT (low dose CT Scan paru) Scan paru-paru yang bisa mendeteksi varian baru ini. Biasanya langsung sesak napas dan 1~2 hari meninggal dunia,” demikian isi pesan berantai tersebut. 

Pesan berantai itu menyebutkan sumber informasi berasal dari situs berita Kompas.com berjudul Kemenkes: Varian B.1.1.7, B.1.617, dan B.1.351 Sudah Masuk Indonesia

Tangkapan layar pesan berantai dengan klaim Varian Baru Virus Corona dari India Hanya Bisa Dideteksi dengan Scan Paru-Paru.

PEMERIKSAAN FAKTA 

Tempo memeriksa berita dari Kompas.com berjudul Kemenkes: Varian B.1.1.7, B.1.617, dan B.1.351 Sudah Masuk Indonesia. Berita tersebut dimuat pada 3 Mei 2021. Di dalam berita tersebut tidak menyebutkan varian baru virus Corona B.1.617 asal India atau yang dinamai varian delta hanya dapat dideteksi dengan scan paru-paru. Juga tidak ada keterangan bahwa varian baru tersebut langsung menyerang paru-paru tanpa menimbulkan gejala panas. 

Berita Kompas.com tersebut memuat pernyataan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi. Dia menerangkan tiga varian virus corona dari luar negeri kini telah masuk di Indonesia. Ketiganya yakni varian B.1.1.7 asal Inggris, varian mutasi ganda B.1.617 asal India, serta B.1.351 yang berasal dari Afrika Selatan.

Pada 18 Juni 2021, Tempo telah mempublikasikan pernyataan ahli yang membantah klaim dalam pesan berantai tersebut. Ahli patologi klinik Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto. Menurutnya, Kementerian Kesehatan India sudah menegaskan bahwa pada dasarnya Covid-19 varian Delta memiliki sifat yang sama dengan varian asli.

Tonang menjelaskan bahwa varian Delta memang mampu menghindar dari imun tubuh (evade the immune system) karena ada perubahan terutama pada bagian protein S. Perubahan itu lebih dalam hal bentuk dari Receptor Binding Domain (RBD) dan posisinya. “RBD ini yang menjadi titik ikatan dengan ACE-2 receptor dalam sel tubuh manusia,” ujar dia saat dihubungi, Jumat, 18 Juni 2021.

Dengan perubahan bentuk dan posisi itu, jadi tersembunyi dari pengawasan sistem imun, sehingga bisa berikatan dengan ACE receptor. Bila sudah berikatan, berarti bisa "menguasai sel" kemudian berkembang dan menyebar. Karena sistem imun luput mengawasi, maka tidak timbul gejala.

“Baru ketika persebaran sudah meluas, timbul gejala. Akibatnya memberi kesan ‘kok langsung berat’. Karena beratnya akibat pada jaringan, maka terdeteksi dengan teknik pencitraan (imaging),” tutur Tonang.

Sementara, cara PCR mendeteksi Covid-19, menggunakan pengenalan target gen dengan susunan nukleotida empat huruf, ACTG. Varian virus masih bisa terdeteksi karena dua alasan. Pertama, walaupun ada perubahan dari susunan ACTG, tapi sampai batas tertentu, PCR masih bisa membacanya. Kecuali, kata Tonang, kalau perubahannya sudah begitu kompleks. 

Kedua, PCR untuk tes Covid-19 menggunakan target tidak hanya 1 gen. WHO mensyaratkan minimal 2 target gen. Bahkan kadang sampai 3 target. Maka, seandainya terjadi mutasi pada gen S, masih ada target lain yang rendering tidak signifikan mutasinya.

Di Indonesia, hampir semua  tidak menggunakan target gen S. Rata-rata menggunakan target N, E, RdRp dan Orf1ab. Maka sampai saat ini masih mampu mendeteksi adanya varian tersebut.  “Tentu, tetap harus terus dipantau seberapa pergerakan mutasi itu, apakah sudah sampai ke target-target gen selain gen S, dan seberapa kompleks perubahannya.”

Untuk tes antigen, rata-rata menggunakan target protein N. Dari RNA jadi protein ada proses translasi. Menurut Tonang yang juga dosen ilmu patologi klinik di UNS itu, ada penyandian code setiap 3 nucleotide menjadi asam amino.

Hanya saja, dia berujar, satu asam amino itu bisa disandi oleh beberapa kombinasi kode 3 huruf. Maka ketika terjadi mutasi, hampir tidak sampai mengubah asam amino yang dihasilkan. Maka protein yang terbentuk juga masih sama. 

“Masalah baru timbul bila mutasi di protein N untuk antigen tersebut mengalami perubahan kompleks sampai berubah struktur proteinnya,” kata Tonang.

Dan untuk tes antibodi, menyesuaikan bentuk protein dari virus. Bila memang sudah teridentifikasi suatu mutasi dan perubahannya yang signifikan mengganggu tes antibodi, secara teknologis segera bisa dilakukan penyesuaian terhadap probe (penjejak) untuk tes antibodi.  “Sekali lagi, apapun variannya, apapun mutasinya, yang penting hindari masuk tubuh kita,” ujar dia menambahkan.

Sementara, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, menanggapi singkat saja, dan menyatakan bahkan tes swab PCR masih mampu mendeteksi varian Delta. “Tidak benar (pesan itu), masih bisa kok (PCR deteksi Covid-19 varian Delta),” tutur Ari yang juga Dekan FKUI itu.

Gejala varian delta

Dikutip dari laman Primaya Hospital, secara umum varian delta memiliki gejala yang sama dengan varian virus corona lainnya. Namun gejala yang dialami satu orang sangat mungkin berbeda dengan gejala orang lain. Bahkan ada orang yang terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala umum Covid-19 meliputi demam, batuk berkelanjutan, napas pendek, kelelahan ekstrem, kehilangan daya penciuman dan perasa. 

Namun beberapa riset menyebutkan ada beberapa gejala lain yang khas, misalnya nyeri otot, sakit kepala, radang tenggorokan, hidung tersumbat atau meler, diare, sakit perut, kehilangan nafsu makan dan kemampuan pendengaran berkurang. 

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa varian delta hanya dapat dideteksi dengan scan paru-paru, adalah menyesatkan. Informasi tersebut tidak berasal dari dari Kompas.com, sebagaimana yang diklaim sebagai sumber. Faktanya, varian delta masih bisa dideteksi dengan tes antigen dan PCR. 

Tim Cek Fakta Tempo

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami.