[Fakta atau Hoaks] Benarkah Covid-19 Hanya Flu Biasa dan Hasil Rekayasa untuk Cari Untung?

Jumat, 29 Mei 2020 15:43 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Covid-19 Hanya Flu Biasa dan Hasil Rekayasa untuk Cari Untung?

Akun Facebook Ais Umi Mizaz Terapy membagikan sebuah tulisan panjang yang berisi klaim bahwa Covid-19 hanyalah flu biasa yang ringan. Dalam tulisan yang diunggah pada 25 Mei 2020 itu, diklaim pula bahwa Covid-19 merupakan hasil rekayasa untuk mencari keuntungan. Penyembuhan Covid-19 pun diklaim tidak jauh berbeda dengan penyembuhan flu pada umumnya.

Tulisan itu diawali dengan kalimat yang menyebut tenaga medis hanyalah korban penipuan. Pandemi Covid-19 pun dianggap sebagai rekayasa. "Mereka (tenaga medis) cuma korban penipuan, semua ini settingan, bohongan. Virus Covid-19 beneran ada dan seperti flu lainnya, tapi lebih ringan. Namun mudah menular karena sudah ditambahi asam amino 4x lipat."

Dalam tulisan itu, terdapat pula klaim bahwa pasien Covid-19 di rumah sakit hanya diberi vitamin C dan E serta pereda sakit tenggorokan, mengkonsumsi buah-buahan pada pagi dan sore hari, banyak istirahat, serta diberi uap apabila sesak napas. "Bayangkan kalau cara penyembuhan ini bocor ke masyarakat, gagal lagi orang Yahudi memplokoto umat Islam."

Tulisan ini pun memuat klaim bahwa Covid-19 sengaja diciptakan sebagai pengendali uang di seluruh dunia, seperti flu Spanyol yang menjadi senjata biologi pertama Amerika Serikat dalam Perang Dunia I. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 1.300 kali dan dikomentari lebih dari 700 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ais Umi Mizaz Terapy.

Advertising
Advertising

Bagaimana kebenaran klaim-klaim dalam tulisan panjang tersebut?

PEMERIKSAAN FAKTA

Untuk memeriksa klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mewawancarai sejumlah ahli dan menelusuri rujukan ilmiah dari berbagai situs kredibel.

Klaim 1: Covid-19 hanya flu biasa yang ringan.

Fakta:

Stanford Children's Health menjelaskan bahwa SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 adalah virus Corona jenis baru yang belum diidentifikasi sebelumnya dan tidak sama dengan virus Corona yang menyebabkan penyakit ringan, seperti flu biasa. Meskipun berada dalam keluarga virus Corona, SARS-CoV-2 adalah virus baru yang menyerang manusia.

Flu biasa memiliki gejala pilek dan sakit tenggorokan yang biasanya ringan dan berlangsung antara 1-2 minggu. Sedangkan Covid-19 memiliki gejala kesulitan bernafas, demam, dan batuk kering. Beberapa pasien mengalami pneumonia dan memerlukan rawat inap. Jika pneumonia bertambah parah, bisa berakibat fatal. Sejak awal Januari hingga 27 Mei 2020, kasus kematian akibat Covid-19 secara global telah mencapai 352.459 orang.

Sumber: Reuters dan Worldometers

Klaim 2: Wabah ini settingan dengan kode flu burung tidak jadi menyerang Indonesia.

Fakta:

Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus kematian akibat flu burung terbanyak di dunia. Menurut WHO pada 2012, dari 349 kematian akibat flu burung di seluruh dunia sejak 2003, 155 di antaranya terjadi di Indonesia. Sejak 2003, terdapat 186 kasus penularan flu burung terhadap manusia di Indonesia dan hampir 80 persen berakhir dengan kematian. Jadi, klaim bahwa flu burung tidak menyerang Indonesia adalah klaim yang keliru.

Sumber: BBC

Klaim 3: Semua pasien penyakit berat yang mati dibilang karena Covid-19, agar masyarakat semakin takut.

Fakta:

Kasus meninggal yang diumumkan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, setiap hari pukul 15.00 WIB adalah kasus yang menimpa pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19. Tingkat kematian kasus Covid-19 di Indonesia adalah 6,1 persen. Hingga 29 Mei 2020 pukul 09.30, mereka yang meninggal karena Covid-19 mencapai 1.496 orang.

Sebelumnya, Yuri menyebut penyakit penyerta yang paling banyak menyertai kasus kematian Covid-19 adalah hipertensi, diabetes, penyakit jantung, penyakit pernapasan seperti asma, dan penyakit paru obstruktif yang sudah menahun. Mereka yang memiliki penyakit penyerta memang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Jadi, klaim di atas menyesatkan.

Sumber: Situs resmi Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Covid-19

Klaim 4: Flu Spanyol adalah senjata biologi pertama Amerika dalam Perang Dunia I.

Fakta:

Asal-muasal virus Flu Spanyol memang masih menjadi perdebatan, tapi tidak satu pun bukti yang merujuk virus tersebut sebagai senjata biologi Amerika. Di Negeri Paman Sam sendiri, pandemi Flu Spanyol pada 1918 diperkirakan telah menewaskan hampir 700 ribu orang. Menurut Frank Macfarlane Burnet, ahli virologi Australia yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari influenza, pandemi flu ini bermula di Camp Funston dan Haskell County, Kansas. Sementara menurut North China Daily News, seperti dikutip harian Pewarta Soerabaia, pandemi bermula di Swedia atau Rusia, lalu menyebar ke Cina, Jepang, dan Asia Tenggara.

Beberapa ahli epidemiologi Amerika menyimpulkan virus flu ini dibawa oleh buruh Cina dan Vietnam yang dipekerjakan militer Inggris dan Prancis selama Perang Dunia I. Alasan utamanya, mereka terbiasa hidup berdekatan dengan burung dan babi. Namun, argumen tersebut dibantah Edwin Jordan, editor Journal of Infectious Disease, dengan menyebut bahwa wabah flu di Cina tidak menyebar dan berbahaya. Jordan juga tidak sepakat dengan teori yang menyebut India atau Prancis sebagai asal virus mengingat virus flu di kedua negara tersebut hanya bersifat endemik.

Sumber: Tempo dan Historia

Klaim 4: Hari ini dibuat lagi Covid-19, tujuannya juga sama, perkara riba.

Fakta:

Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, adalah virus buatan buatan. Menurut artikel di Nature pada 17 Maret 2020, penelitian terhadap struktur genetik SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa tidak ada manipulasi laboratorium. Para ilmuwan memiliki dua penjelasan tentang asal-usul virus tersebut, yakni seleksi alam pada inang hewan atau seleksi alam pada manusia setelah virus melompat dari hewan. "Analisis kami dengan jelas menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 bukan hasil konstruksi laboratorium atau virus yang dimanipulasi secara sengaja."

Sumber: Tempo

Klaim 5: Tenaga medis mati, dokter mati, dibilang karena Covid-19.

Fakta:

Pada pertengahan April 2020, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan tenaga medis yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 24 orang. Sementara itu, yang terpapar virus tersebut sebanyak 80 petugas kesehatan. Para tenaga medis terpapar Covid-19 lantaran keterbatasan alat pelindung diri (APD). Bukan hanya itu, tenaga medis memang sering menggunakan APD, namun tidak sesuai standar. Kemudian, pada 8 Mei 2020, jumlah dokter yang meninggal bertambah menjadi 31 dokter, terdiri dari 25 dokter dan enam dokter gigi.

Sumber: Liputan6.com dan Merdeka.com

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Covid-19 hanyalah flu biasa yang ringan dan hasil rekayasa untuk mencari keuntungan adalah klaim yang keliru. Covid-19 berbeda dengan flu biasa. Penyakit ini disebabkan oleh virus Corona baru, SARS-CoV-2. Tidak ada pula bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa virus Corona penyebab Covid-19 adalah virus buatan untuk tujuan komersial.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekf akta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id