[Fakta atau Hoaks] Benarkah Deteksi Virus Corona Bisa Dilakukan dengan Menahan Napas 10 Detik?
Senin, 16 Maret 2020 10:00 WIB
Klaim mengenai cara sederhana mendeteksi virus Corona Covid-19 dari seorang dokter asal Jepang beredar di media sosial. Menurut klaim itu, deteksi virus Corona ini bisa dilakukan hanya dengan mengambil napas dan menahannya dalam waktu lebih dari 10 detik.
"Jika Anda berhasil mengeluarkan napas tanpa batuk, tidak nyaman, lelah, dan kaku di dada, ini membuktikan bahwa tidak ada fibrosis di paru-paru dan itu sebenarnya menunjukkan bahwa tidak ada virus," demikian narasi yang tertulis dalam klaim itu.
Klaim tersebut juga berisi imbauan agar mulut dan tenggorokan selalu lembab serta tidak kering. Masyarakat juga diminta meminum secangkir air setidaknya sekali setiap 15 menit. "Karena, meskipun virus masuk ke mulut Anda, cairan yang Anda makan secara teratur dapat ditransfer ke perut, dan keasaman lambung membunuh virus."
Salah satu akun yang membagikan klaim itu di Facebook adalah akun Silas Taumboy, yakni pada 5 Maret 2020.
Artikel cek fakta ini akan berisi pemeriksaan terhadap tiga hal:
- Apakah deteksi virus Corona bisa dilakukan secara mandiri dengan mengambil napas dan menahannya lebih dari 10 detik?
- Apakah fibrosis merupakan salah satu gejala infeksi virus Corona Covid-19?
- Apakah menjaga tenggorokan tetap kering bisa mencegah penularan Covid-19?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tim CekFakta Tempo membandingkan klaim tersebut dengan informasi mengenai virus Corona Covid-19 yang tersedia di sejumlah situs terpercaya. Tempo pun menemukan bahwa seluruh isi klaim tersebut tidak benar. Berikut ini fakta-faktanya:
Klaim: Deteksi virus Corona bisa dilakukan dengan mengambil napas dan menahannya lebih dari 10 detik.
Fakta: Deteksi Covid-19 tidak semudah mendeteksi flu biasa atau mengecek kehamilan dengan sebuah testpack. Peralatan untuk mendeteksi infeksi virus Corona dikonfigurasikan untuk laboratorium penelitian. Di Indonesia, pemeriksaan kasus virus Corona terdiri atas delapan langkah, mulai dari pengambilan, pengiriman, hingga pemeriksaan sampel pasien. Spesimen pasien diperiksa menggunakan metode RT-PCR (Real Time - Polymerase Chain Reaction) dan sekuensing sesuai dengan jurnal yang sudah diterbitkan dengan target spesifik virus corona Covid-19. Hasil pemeriksaan ini akan keluar dalam 1-2 hari.
Dengan demikian, deteksi virus Corona Covid-19 tidak bisa dilakukan sendiri dengan cara mengambil mengambil napas dan menahannya lebih dari 10 detik.
Sumber: Tempo
---
Klaim: Jika Anda berhasil mengeluarkan napas tanpa batuk, tidak nyaman, lelah, dan kaku di dada, ini membuktikan bahwa tidak ada fibrosis di paru-paru dan itu sebenarnya menunjukkan bahwa tidak ada virus Corona.
Fakta: Fibrosis bukanlah gejala Covid-19 dan tidak disebabkan oleh virus Corona. Fibrosis paru-paru merupakan munculnya jaringan parut di paru-paru yang dapat menghancurkan paru-paru normal dan menyulitkan oksigen untuk masuk ke dalam darah. Meskipun penyebab fibrosis belum bisa dipastikan, sejumlah dokter mengidentifikasi beberapa faktor yang bisa memunculkan fibrosis paru-paru, yakni induksi obat, induksi radiasi, lingkungan, autoimun, dan pekerjaan. Tidak ada ahli yang memasukkan fibrosis ke dalam gejala Covid-19.
Hingga kini, gejala utama Covid-19 yang teridentifikasi adalah demam, batuk, dan sesak napas yang muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar oleh virus Corona. Tiga gejala ini ditemukan dari kasus-kasus yang dilaporkan, mulai dari gejala ringan, parah, hingga kematian.
Sumber: Pulmonary Fibrosis Foundation dan CDC Amerika Serikat
---
Klaim: Pastikan mulut dan tenggorokan lembab, tidak kering, dan minum secangkir air setidaknya sekali setiap 15 menit.
Fakta: Narasi ini pernah beredar pada 27 Januari 2020 dan Tempo telah membantah klaim ini. Menjaga tenggorokan tetap lembab bukanlah bagian dari pencegahan penularan Covid-19.
Terdapat empat pencegahan utama penularan infeksi virus Corona. Pertama, mencuci tangan memakai sabun dan air secara rutin atau dengan cairan pembersih tangan berbasis alkohol. Kedua, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan siku bagian dalam atau tisu. Ketiga, menghindari kontak dengan siapapun yang menunjukkan gejala seperti demam atau flu. Keempat, jika mengalami demam, batuk, atau kesulitan bernapas, segera mencari bantuan medis.
Sumber: Tempo CekFakta
---
Klaim yang sama beredar di negara lain
Organisasi pemeriksa fakta Amerika Serikat, Snopes, juga telah membantah klaim yang banyak beredar di Facebook, Twitter, dan WhatsApp tersebut. Isi pesan berantai itu mengalami modifikasi, diklaim bersumber dari seorang ahli dari Taiwan, dari Universitas Stanford, ataupun dari Stanford Hospital Board.
Snopes menyatakan bahwa fibrosis terjadi ketika jaringan ikat berlebih disimpan di paru-paru sebagai respons terhadap jaringan parut atau faktor lainnya. Kelebihan jaringan ini dapat sangat mengurangi kemampuan paru-paru untuk membawa oksigen ke tubuh. Sampai saat ini, tidak ada organisasi kesehatan terpercaya yang mengkategorikan fibrosis sebagai gejala Covid-19 dalam setiap tahap perkembangannya, termasuk CDC AS dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa deteksi virus Corona Covid-19 bisa dilakukan dengan mengambil napas dan menahannya lebih dari 10 detik merupakan klaim yang keliru. Positif atau tidaknya seseorang terinfeksi virus Corona hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium. Selain itu, belum ada satu pun organisasi kesehatan, seperti CDC AS dan WHO, dan juga Kementerian Kesehatan yang memasukkan fibrosis sebagai gejala Covid-19.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id