Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

[Fakta atau Hoax] Kasus gizi buruk di Indonesia paling banyak terjadi di Papua

Selasa, 6 Februari 2018 11:53 WIB

[Fakta atau Hoax] Kasus gizi buruk di Indonesia paling banyak terjadi di Papua

Pada Januari 2018, tersiar kabar kalau puluhan anak di Kabupaten Asmat, Papua, terserang wabah campak dan gizi buruk. Akibat wabah tersebut, 71 korban meninggal. Sampai awal Februari 2018, ada 819 anak yang terserang campak dan gizi buruk di sana, dan  masih dirawat di rumah sakit setempat. 

Namun, kondisi gizi buruk tidak hanya terjadi di Papua. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jakarta, jumlah penderita gizi buruk di Jakarta Utara mencapai 34 orang. Angka ini memang menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 194 orang. Lokasi penderita gizi buruk ini tersebar di enam kecamatan di sana.

Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi kasus gizi buruk tertinggi di Indonesia, justru ada di Maluku sebesar 16,8 persen. Ini di atas Papua, yg prevalensinya  13,6 persen. Tentu, kedua angka ini ada di atas prevalensi nasional yang sebesar 9,6 persen.

Bedanya di Papua, ada daerah dengan prevalensi kasus gizi buruk terparah di Indonesia, yakni Kabupaten Asmat. Berdasarkan hasil PSG 2017, prevalensinya sebesar 28,8 persen. Selain itu, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek menduga ada 10 daerah di Provinsi Papua yang berpotensi tergolong kejadian luar biasa gizi buruk. Nila menyebutkan beberapa daerah itu di antaranya Kabupaten Nduga, Kabupaten Yahukimo, Tolikara, dan Pegunungan Bintang.

REFERENSI: Data Gizi Buruk di Papua dan seluruh Indonesia

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id