[Fakta atau Hoaks] Benarkah Rockefeller Foundation Berada di Balik Kemunculan Virus Corona Covid-19?

Kamis, 30 Juli 2020 15:37 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Rockefeller Foundation Berada di Balik Kemunculan Virus Corona Covid-19?

Grup Facebook Geografi Equidistant mengunggah klaim bahwa pendiri Rockefeller Foundation, David Rockefeller, adalah pencipta virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Rockefeller pun disebut memiliki mesin pencetak uang sehingga bisa mempengaruhi dunia farmasi dan medis serta media serta lembaga-lembaga dunia seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan Bank Dunia.

Nih yang bikin Covid, si jagoan Wall Street (Rockefeller Foundation). Dia punya mesin cetak duit buat endorse RS, farmasi, medis & media. Cara kerja David adalah Infiltrasi kepada PBB, WHO & Bank Dunia," demikian klaim dalam unggahan grup Geografi Equidistant pada 18 Juli 2020.

Dalam unggahan itu, terdapat pula sejumlah tautan dokumen yang diklaim sebagai bukti atas klaim tersebut. Salah satunya adalah dokumen yang berjudul "Scenarios for the Future of Technology and International Development" yang diterbitkan Rockefeller Foundation pada 2010.

Gambar tangkapan layar unggahan grup Facebook Geografi Equidistant.

Artikel ini akan memeriksa sejumlah klaim dalam unggahan itu, yakni:

  • Benarkah Rockefeller Foundation berada di balik kemunculan SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19?
  • Benarkah dokumen "Scenarios for the Future of Technology and International Development" itu berisi skenario pandemi Covid-19 pada 2020?
Advertising
Advertising

PEMERIKSAAN FAKTA

Klaim 1: Pendiri Rockefeller Foundation, David Rockefeller, adalah pencipta virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2

Klaim ini tidak memiliki basis bukti dan tidak sesuai fakta. Rockefeller telah meninggal pada 20 Maret 2017 pada usia 101 tahun. Sementara pandemi Covid-19 baru terjadi pada penghujung 2019 atau hampir tiga tahun setelah kematiannya. Rockefeller Foundation sendiri adalah yayasan keluarga Rockfeller yang dalam seabad ini, jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi, telah banyak berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat dan mendukung pengembangan vaksin.

Rockfeller adalah cucu pendiri Standard Oil dan miliarder pertama Amerika, John Rockefeller. Ia pernah bertugas di Afrika Utara dan Prancis dalam intelijen militer selama Perang Dunia II. Ia kemudian menjalankan Chase National Bank selama bertahun-tahun. Rockfeller pun menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Ia banyak menyumbangkan kekayaannya pada kegiatan seni dan sosial, seperti menyumbangkan 150 juta dolar ke Museum Seni Modern New York yang didirikan oleh ibunya.

Adapun Rockefeller Foundation adalah organisasi nirlaba yang didirikan oleh John Rockefeller pada 14 Mei 1913. Organisasi ini mengabdikan diri sebagai lembaga pemberi bantuan kemanusiaan, seperti beasiswa, lembaga penelitian, dan program eradikasi penyakit menular. Rockefeller Foundation juga sejak lama mendukung pengembangan vaksin, seperti vaksin untuk demam kuning dan malaria. Yayasan ini pun telah memberikan lebih dari 17 miliar dolar untuk mendukung ribuan organisasi dan individu di seluruh dunia.

Saat pandemi Covid-19, Rockefeller Foundation ikut bergerak dengan membuka program “Covid-19 Response”. Program ini antara lain memberikan dukungan tes cepat dan penelusuran kontak serta mendukung sistem ketahanan pangan. Tidak hanya di Amerika Serikat, Rockefeller Foundation memberikan tiga hibah senilai 2 juta dolar dalam mendukung upaya peningkatan data dan tanggap Covid-19 di Afrika dan Asia.

Selain itu, berdasarkan arsip berita Tempo pada 30 Maret 2020, hasil studi yang dipimpin oleh Kristian Andersen, profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research Institute, California, AS, telah membantah rumor bahwa SARS-CoV-2 sengaja dibuat atau produk rekayasa laboratorium. Menurut studi yang telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini, SARS-CoV-2 adalah buah dari proses evolusi alami.

Andersen menjelaskan, sejak awal pandemi Covid-19, para peneliti telah menguliti asal-usul SARS-CoV-2 tersebut dengan menganalisis data urutan genomnya. "Dengan membandingkan data urutan genom jenis-jenis virus Corona yang sudah diketahui, kami dapat dengan tegas menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," ujarnya.

Klaim 2: Dokumen "Scenarios for the Future of Technology and International Development" berisi skenario pandemi Covid-19 pada 2020

Dokumen tersebut dikeluarkan oleh Rockfeller Foundation pada 2010 untuk membayangkan bagaimana dunia akan terkena dampak dalam empat skenario yang berbeda, salah satunya pandemi global. Skenario ini dibuat untuk merencanakan adaptasi internasional dan pembentukan kemampuan untuk mengantisipasinya melalui teknologi. Dalam dokumen itu, sama sekali tidak disebutkan SARS-CoV-2 atau pandemi Covid-19.

Skenario tentang pandemi global tersebut tercantum pada halaman 18 yang ditulis berdasarkan pengalaman saat wabah flu H1N1 pada 2009. Skenarionya, pandemi global akan menimpa pada 2012 dengan jenis virus yang sangat ganas dan mematikan. Bahkan, negara yang paling siap menghadapi pandemi dengan cepat kewalahan ketika virus melanda seluruh dunia, menginfeksi hampir 20 persen populasi global, dan membunuh 8 juta orang hanya dalam waktu tujuh bulan, di mana mayoritas dari mereka adalah orang dewasa muda yang sehat. Pandemi ini juga memiliki efek mematikan pada ekonomi: mobilitas internasional baik orang maupun barang menjerit, menghentikan industri yang melemahkan pariwisata dan menghancurkan rantai pasokan global.

Organisasi pemeriksa fakta AS, Snopes, pun telah menjelaskan bahwa dokumen tersebut memberikan pandangan hipotetis tentang peristiwa masa depan untuk membayangkan masalah yang mungkin timbul. Dokumen ini juga mengeksplorasi bagaimana populasi global dapat bereaksi selama pandemi, bukan rencana tentang operasi manual untuk membuat virus jenis baru.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Rockefeller Foundation berada di balik kemunculan virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, keliru. Dokumen yang diklaim sebagai bukti atas klaim tersebut, yakni dokumen "Scenarios for the Future of Technology and International Development", bukanlah dokumen operasi untuk merencanakan pandemi Covid-19 pada 2020. Dokumen tersebut berisi pandangan hipotetis tentang peristiwa masa depan untuk membayangkan masalah yang mungkin timbul, salah satunya pandemi global. Dokumen ini juga mengeksplorasi bagaimana populasi global dapat bereaksi selama pandemi. Rockefeller Foundation pun adalah yayasan yang dalam seabad ini telah banyak berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat dan mendukung pengembangan vaksin untuk melindungi masyarakat dari berbagai penyakit menular.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id