[Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Corona Covid-19 Bisa Menular Lewat Kentut?

Rabu, 22 April 2020 11:14 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Virus Corona Covid-19 Bisa Menular Lewat Kentut?

Informasi bahwa SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, bisa menular lewat kentut beredar dalam beberapa hari terakhir. Informasi itu disebut berasal dari dokter asal Australia, Andy Tagg. Di Facebook, informasi tersebut dibagikan salah satunya oleh halaman Medan Talk, yakni pada 19 April 2020.

Menurut Medan Talk, Tagg menyatakan bahwa penularan Covid-19 bisa terjadi lewat kentut usai menganalisis penelitian yang menemukan adanya virus Corona dalam feses 55 persen pasien Covid-19 yang diteliti. Selain itu, terdapat riset yang menunjukkan bahwa kentut memiliki kekuatan untuk menerbangkan serbuk kotoran dengan cukup jauh.

"Mungkin saja virus SARS-CoV-2 (virus Corona Covid-19) dapat menular melalui besarnya tekanan gas," ujar Tagg dalam unggahan tersebut. Medan Talk pun menyebut bahwa informasi itu berasal dari situs media Viva. Hingga kini, unggahan itu telah direspons lebih dari 200 kali dan dibagikan lebih dari 100 kali.

Gambar tangkapan layar unggahan halaman Facebook Medan Talk.

Apa benar SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, bisa menular lewat kentut?

Advertising
Advertising

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, informasi yang diunggah oleh halaman Medan Talk memang bersumber dari berita di Viva pada 18 April 2020 yang berjudul "Dokter Klaim Virus Corona Covid-19 Menular Lewat Kentut". Viva mengutip berita itu dari situs Daily Star yang berjudul "Coronavirus 'could be spreading across the globe through farts' claim doctors".

Menurut Daily Star, informasi itu berasal dari dokter Australia, Andy Tagg. Tempo pun menelusuri akun media sosial milik Tagg. Dalam akun Twitter-nya, @andrewjtagg, Tagg pernah membuat thread tentang kemungkinan penularan Covid-19 lewat kentut pada 6 April 2020. Thread inilah yang menjadi sumber dari artikel Daily Star.

Dalam thread-nya, Tagg yang mengutip penelitian yang dipublikasikan di PubMed pada 2018 menyatakan bahwa kentut memiliki kekuatan untuk menyemburkan bedak dengan cukup jauh. Di sisi lain, berdasarkan laporan dari CDC Zhoushan, Cina, SARS-CoV-2 telah terdeteksi dalam feses dan pada individu tanpa gejala hingga 17 hari setelah terpapar.

Sementara itu, menurut riset oleh dokter dan ahli mikrobiologi asal Australia pada 2001, kentut mengandung partikel kecil yang dapat menyebarkan bakteri. Tagg pun menyatakan SARS-CoV-2 kemungkinan bisa menular lewat kentut. "Tapi kita butuh lebih banyak bukti. Meskipun begitu, ingatlah untuk selalu mengenakan APD," ujarnya.

Berdasarkan arsip berita Tempo, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, dalam beberapa kasus, memang ditemukan virus Corona Covid-19 di feses. "Tapi ini tidak terlalu sering jika dibandingkan di saluran pernapasan," ujar Professor of Clinical Microbiology Universitas Indonesia ini saat dihubungi pada 20 April 2020.

Meskipun begitu, menurut Amin, virus Corona bisa menyebar lewat kentut. Pasalnya, virus Corona bisa menempel pada reseptor di permukaan selaput lendir sistem pencernaan. Ketika feses keluar, ada kemungkinan virus menempel di saluran pencernaan bagian bawah. "Kalau kemudian terdorong oleh (kentut), pada prinsipnya udara atau tiupan yang keras dia bisa menjadi aerosol," tuturnya.

Hanya saja, menurut Amin, orang normal yang menggunakan celana serta celana dalam tidak akan menyebarkan virus itu. Kasus ini bisa terjadi pada pasien yang menggunakan pakaian dari rumah sakit. "Kalau petugas kesehatan sedang membersihkan dan pasien kentut, mungkin saja menyebar," tutur Amin sembari menambahkan, "Tapi masih sangat terbatas informasinya."

Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, juga mengatakan bahwa virus Corona Covid-19 mungkin untuk menular melalui feses dan kentut. Menurut dia, kemungkinan tersebut pernah diteliti oleh tim dari Harbin Veterinary Research Institute (HVRI) Cina pada anjing. Penelitian itu dilakukan terhadap swab dari anus anjing.

Nidom pun mengatakan bahwa temuan tersebut tidak mengherankan karena reseptor virus Corona, ACE2, berada di beberapa organ. "Riset itu menunjukkan bahwa keluarnya virus melalui saluran pernapasan dan atau saluran pencernaan ada hubungannya dengan host atau inang dari virus tersebut," ujar Nidom pada 20 April 2020.

Selain melakukan penelitian terhadap anjing, ujar Nidom, HVRI melakukan riset terhadap swab dari tenggorokan kucing dan ferret. Berdasarkan riset itu, Nidom menyimpulkan virus Corona Covid-19 bisa menyebar lewat kentut atau feses. Meskipun belum ada bukti ilmiah dan klinis yang mendukung, dia mengingatkan virus Corona Covid-19 cukup unik dan tidak bisa diprediksi.

Menurut peneliti bidang mikrobiologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia Sugiyono Saputra, yang mengutip laporan di British Medical Journal, mikroorganisme memang bisa keluar saat proses pelepasan gas dari sistem pencernaan melalui anus. Meskipun begitu, mikroorganisme yang keluar saat kentut tidak akan bisa menyebar ketika seseorang memakai celana.

Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa celana mampu menjadi barrier untuk mencegah kemungkinan menyebarnya mikroorganisme. "Jadi, tidak perlu khawatir tentang itu asalkan memakai celana. Sepengetahuan saya, penyakit yang penularannya lewat feses pun belum pernah dilaporkan bisa lewat kentut," ujarnya kepada CNN Indonesia pada 20 April 2020.

Sugiyono membenarkan bahwa virus Corona Covid-19 pernah dilaporkan terdeteksi pada feses serta benda di area toilet. Namun, viabilitas dari virus tersebut belum diuji, dan bukti ilmiah yang menunjukkan penularannya secara langsung pun belum pernah dilaporkan. "Mengutip pernyataan WHO, penularan utama Covid-19 adalah dari droplet saluran pernapasan," katanya.

Hal serupa diungkapkan oleh dokter spesialis paru, Erlang Samoedro. Menurut dia, seperti dilansir dari CNN Indonesia, penularan virus Corona Covid-19 lewat kentut sulit terjadi. Virus ini memang ditemukan pada feses. Namun, Erlang menilai bahwa aerosolasisasi ke udara bebas lebih kecil lantaran terhalang pakaian.

Kalau pun terdapat virus dalam kentut, orang yang kentut tersebut tentu mengenakan celana yang memungkinkan virus tersaring. "Kalau mungkin (menular melalui kentut), ya memang mungkin, tapi practical less likely," ujar Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia ini pada 20 April 2020.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Covid-19 dapat menyebar dari orang ke orang lewat droplet atau tetesan dari hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Selain itu, menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman saat dihubungi pada 14 April 2020, virus ini juga berpotensi menular secara aerosol.

Namun, saat ini, para peneliti masih melakukan riset mengenai sejauh mana kemungkinan penularan Covid-19 secara aerosol. Menurut ahli epidemiologi dari Pusat Dinamika Penyakit Menular Harvard, William Hanage, seperti dilansir dari Vice, para ilmuwan juga belum bisa memastikan sejauh mana virus Corona Covid-19 dapat menyebar melalui udara.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, virus Corona Covid-19 memang dinilai mungkin untuk menular lewat kentut. Namun, hingga artikel ini dimuat, belum ada bukti ilmiah dan klinis yang mendukung klaim bahwa virus Corona Covid-19 bisa menyebar melalui kentut. Sejauh ini, penelitian baru dilakukan terhadap feses orang yang terinfeksi virus Corona Covid-19. Dalam beberapa kasus, virus itu ditemukan di feses. Selain itu, hingga kini, para peneliti masih melakukan riset mengenai sejauh mana kemungkinan penularan Covid-19 secara aerosol.

ZAINAL ISHAQ

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id