[Fakta atau Hoaks] Benarkah Munculnya Virus Corona Terkait dengan Perlakuan Cina pada Muslim Uighur?
Senin, 27 Januari 2020 16:44 WIB
Sejumlah narasi yang menghubungkan kemunculan virus Corona dengan muslim Uighur marak beredar di media sosial. Akun Gamal Haris Iskan di Facebook, misalnya, mengunggah sebuah tulisan pada 26 Januari 2020 yang menyebut bahwa wabah virus Corona di Kota Wuhan, Cina, muncul akibat perlakuan negara itu terhadap muslim Uighur.
Enam paragraf pertama dalam tulisan yang disebut sebagai milik Ana Nazahah berjudul "Uyghur vs Hantu Corona China" itu mengulas wabah virus Corona yang sedang merebak di Tiongkok. Wabah itu membuat pemerintah Cina mesti mengisolasi 13 kota dan 41 juta penduduk di dalamnya.
"41 juta jiwa itu kini tengah gelisah, tak hendak pasrah. Kalut. Ketakutan yang sangat. Ajal mereka ada di depan mata. Sementara mereka terkurung di sana," tulis akun Gamal Haris Iskan.
Paragraf berikutnya menyinggung perlakuan Cina terhadap muslim Uighur, disertai cuplikan sebuah kejadian dalam Al Quran yang merupakan azab Tuhan kepada bangsa yang zalim. "Kaum Muslim percaya, tidaklah musibah atau azab yang terjadi jika bukan atas kehendak-Nya. Termasuk musibah virus Corona yang tengah menimpa China."
Akun Facebook lainnya, Faisal Nurkamiden, mengunggah video tentang wabah virus Corona di Cina yang telah ditonton hingga lebih dari seribu kali. Ia juga memberikan narasi yang mengkaitkan wabah virus Corona di Cina dengan muslim Uighur, "Azab Allah itu pasti. Derita 1 juta muslim Uighur dibalas puluhan juta oleh Allah SWT sungguh Allah maha besar."
Benarkah munculnya virus corona di Cina berkaitan dengan perlakuan negara itu terhadap muslim Uighur?
PEMERIKSAAN FAKTA
Berdasarkan penelusuran Tempo, klaim di atas tidak berdasarkan fakta-fakta berikut ini:
Virus Corona jenis lain pernah menyebar sebelumnya
Virus Corona (2019 Novel Coronavirus atau 2019-nCoV) yang terutama menyerang Kota Wuhan adalah keluarga dari virus Corona yang menginfeksi manusia dan menyebabkan flu biasa hingga akut. Sebelumnya, jenis lain dari virus Corona pernah mewabah dan menyebabkan kematian, yakni Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV).
SARS pada mulanya menyebar di Provinsi Guangdong, Cina, pada November 2002. Sedangkan MERS CoV pertama kali dilaporkan pada September 2012 di Arab Saudi. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pada 2002-2003, SARS membunuh 770 dari sekitar 8 ribu orang yang terinfeksi. Sedangkan MERS membunuh sekitar 3-4 dari 10 orang yang terinfeksi.
Peneliti mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra, menjelaskan tiga jenis virus Corona yang bersifat mematikan itu berasal dari jenis hewan yang sama sebagai perantara alaminya, yakni kelelawar.
Walaupun memungkinkan, interaksi langsung antara kelelawar dengan manusia sebenarnya sangatlah jarang. "Tapi virus tersebut dapat pula menginfeksi hewan lainnya, dan hewan perantara tersebutlah yang lebih sering berinteraksi langsung dengan manusia," ujar Sugiyono pada 24 Januari 2020.
Pada kasus SARS, Sugiyono menjelaskan bahwa hewan perantaranya adalah musang dan rakun, selain kelelawar itu sendiri. Pada kasus MERS, hewan perantaranya adalah unta. "Sedangkan pada kasus terbaru, material genetik dari 2019-nCoV merupakan rekombinasi dari material genetik virus yang berasal dari kelelawar dan ular," katanya.
Taufiq Nugraha, peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, para ilmuwan menduga kemunculan zoonosis (penyakit pada manusia yang ditularkan hewan) baru seperti kasus 2019-nCoV adalah dampak tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dan manusia. Dia menunjukkan contoh lain, yakni wabah Ebola di Afrika Barat pada 2014.
Sebaran virus Corona 2019 (2019-nCoV)
Virus Corona 2019 memang muncul pertama kali di Cina. Namun, hingga 24 Januari 2020, virus tersebut telah terkonfirmasi di tujuh negara lainnya. Tujuh negara itu adalah Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Singapura. Mereka yang terinfeksi adalah orang yang telah bepergiaan ke Wuhan atau wisatawan asal Cina.
Kementerian Kesehatan Jepang, misalnya, mengkonfirmasi kasus pertama pada 16 Januari. Seorang pria yang baru saja mengunjungi Wuhan mesti dirawat di rumah sakit pada 10 Januari, empat hari setelah kepulangannya ke Jepang.
Korsel melaporkan kasus pertamanya pada 20 Januari, seorang perempuan 35 tahun yang baru saja terbang dari Wuhan. Sementara Singapura mengkonfirmasi kasus pertama pada 23 Januari 2020, seorang pria 66 tahun dari Wuhan yang tiba di Singapura bersama keluarganya pada 20 Januari.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa munculnya virus Corona 2019 berkaitan dengan perlakuan Cina terhadap muslim Uighur adalah klaim yang menyesatkan. Tidak ada kaitan sama sekali antara kemunculan virus Corona dengan bagaimana Cina memperlakukan muslim Uighur. Penyebaran virus Corona telah menjadi tantangan kesehatan global setelah munculnya SARS pada 2002 dan MERS pada 2013.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id