[Fakta atau Hoaks] Benarkah Bom yang Meledak di Medan adalah Paket yang Dikirim dengan Jasa Ojol?
Kamis, 14 November 2019 16:04 WIB
Narasi yang menyebut bahwa bom yang meledak di Polrestabes Medan merupakan paket yang dikirim dengan jasa ojek online (ojol) beredar di media sosial. Awalnya, informasi itu menyebar melalui aplikasi pesan WhatsApp, namun kemudian dibagikan di Facebook. Kabar itu muncul sehari setelah meledaknya bom di Polrestabes Medan pada Rabu, 13 November 2019.
Salah satu akun yang mengunggah informasi itu adalah akun Helmi Chikal di Facebook. Akun tersebut membagikan gambar tangkapan layar sebuah pesan WhatsApp yang berisi bahwa bom yang meledak tersebut adalah pesanan pengantaran paket ke Polrestabes Medan yang diterima oleh pengemudi ojol.
Berikut isi pesan WhatsApp itu: "Afwan, info bukan bom bunuh diri akh, tapi driver gojek dapat orderan barang ke Poltabes. Qadarullah sampe sana barang yang dibawa meledak, jadi bukan driver gojek yang bunuh diri, tapi driver gojek yang jadi korban. Afwan, ana hanya meluruskan, agar tidak terjadi fitnah karena menyangkut pribadi seseorang."
Selain gambar tangkapan layar itu, akun Helmi juga mengunggah dua foto yang diklaimnya sebagai pengemudi ojol yang menjadi korban. Ia juga menuliskan narasi dalam unggahannya itu, "Ternyata memang benar tuduhan saya, pasti ada yg naruh bom sama tukang gojek agar islam pun disudutkan dituduh teroris, semoga husnul khatimah."
Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah disukai hingga 226 kali dan dibagikan hingga 625 kali.
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memeriksa klaim bahwa bom yang meledak di Polrestabes Medan merupakan paket yang dikirim dengan jasa ojol, Tim CekFakta Tempo menelusuri arsip pemberitaan Tempo dan media arus utama lainnya.
Menurut tayangan berita KompasTV, Polri telah memastikan bahwa ledakan di Polrestabes Medan merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria yang bernama Rabbial Muslim Nasution. Rabbial beralamat di Jalan Jangka, Kelurahan Sei Putih barat, Medan Petisah, Medan.
Dalam rekaman CCTV yang dirilis oleh polisi, Rabbial yang mengenakan jaket pengemudi ojol terlihat menjauh dari kerumunan orang sebelum ia meledakkan diri di dekat deretan kendaraan polisi yang terparkir.
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Soleman Ponto, mengatakan aksi Rabbial itu memang menyasar polisi. "Dia bekerja sendiri. Jadi istilahnya lonewolf. Dia sudah bisa merakit, dia merasa sudah bagus, hebat. Kemudian, selama ini, dia melihat temannya ditangkap polisi, 'Kalau gitu saya harus menyerang mereka'," kata Soleman dalam arsip pemberitaan Tempo pada 13 November 2019.
Pelaku bom bunuh diri lonewolf seperti Rabbial, menurut Soleman, memiliki ciri khas tertentu. "Mereka ini kan menyendiri, sangat terlihat dari bagaimana dia masuk meninggalkan kerumunan orang yang mengurus SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) menuju ke truk," ujarnya.
Usai kejadian itu, polisi menangkap istri Rabbial yang berinisial DA. DA ditangkap ketika Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menggeledah rumah Rabbial. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan, dari hasil pemeriksaan, DA diduga terpapar paham radikalisme terlebih dulu sebelum sang suami.
"DA ini aktif di media sosial dan secara fisik juga rajin berkomunikasi dengan seorang narapidana teroris atas nama I yang saat ini sedang menjalani hukuman di LP (Lembaga Pemasyarakatan)," kata Dedi di Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, pada Kamis, 14 November 2019.
DA, kata Dedi, juga rutin mengunjungi I. Bahkan, keduanya sudah berencana untuk melakukan aksi di Bali. Kendati demikian, rencana tersebut masih didalami oleh Densus 88.
Apakah pelaku adalah driver ojol?
Dikutip dari situs Detik.com, berdasarkan pengusutan Satuan Tugas (Satgas) Grab di Medan, Rabbial adalah mantan pengemudi ojol Grab. Menurut Ketua Garda Regional Sumatera Utara, Joko Pitoyo, Rabbial sudah putus mitra dengan Grab sejak 2018.
"Informasi yang kami dapat dari Satgas Grab di Medan, pelaku sudah putus mitra dari Grab sejak November 2018. Di Gojek, beliau tidak pernah terdaftar," kata Joko pada 13 November 2019.
Menurut tetangga Rabbial, Maya, pria itu sehari-hari berjualan bakso bakar. Ia juga aktif dalam kegiatan keagamaan. "Dia jualan bakso bakar. Kami dengar sering ke Marelan (kecamatan di Medan). Akhir-akhir ini jarang di rumah. Dia juga aktif kegiatan keagamaan," kata Maya kepada Tempo pada 13 November 2019.
Sementara menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, Rabbial datang ke Polrestabes Medan bukan untuk mengantar barang. Dia berujar petugas yang berjaga di pos pengamanan Polrestabes Medan sempat memeriksa Rabbial. "Petugas tanyakan apa keperluannya, pelaku mengaku akan membuat SKCK," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada 13 November 2019.
Saat itu, petugas juga menggeledah tas yang dibawa Rabbial, tapi hanya menemukan sebuah buku. Rabbial pun diminta melepas jaket, tapi ia malah bergeser ke arah kerumunan orang. Bom itu, kata Dedi, meledak 30-40 meter dari pos pengamanan. Saat itu, Rabbial belum sampai di tempat pembuatan SKCK.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, narasi bahwa bom yang meledak di Polrestabes Medan merupakan paket yang dikirim dengan jasa ojol adalah narasi yang keliru. Polri telah memastikan bahwa ledakan di Polrestabes Medan merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria yang bernama Rabbial Muslim Nasution. Saat itu, Rabbial mengenakan jaket pengemudi ojol Grab. Namun, ia sudah tidak menjadi mitra Grab sejak 2018.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id