[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Percobaan Penculikan Anak SD di Lumajang?

Selasa, 27 Agustus 2019 14:51 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Ada Percobaan Penculikan Anak SD di Lumajang?

Informasi mengenai percobaan penculikan anak SD di Lumajang, Jawa Timur, viral di sejumlah grup aplikasi pesan WhatsApp sejak Senin, 26 Agustus 2019.

Dalam pesan berantai itu tertulis bahwa informasi tersebut berasal dari orangtua korban berinisial RAF, siswa kelas 4 salah satu SD di Lumajang. Awalnya, pesan itu dikirimkan ke wali kelas RAF. Namun, akhirnya, pesan itu viral.

Gambar tangkapan layar pesan berantai tentang dugaan percobaan penculikan anak SD di Lumajang.

Dikutip dari pesan berantai itu, orangtua RAF mengatakan bahwa anaknya dihadang oleh tiga laki-laki di sawah saat sedang berjalan kaki menuju ke sekolah. Saat itu, mulut RAF dibekap. RAF pun akan dimasukkan ke dalam mobil.

Tapi akhirnya RAF berhasil kabur dan bersembunyi dari pelaku. “Demikian saya melaporkan kepada Pak Misman untuk memberi waktu anak saya untuk menenangkan diri di rumah karena syok yang dialami. Mohon pengertiannya pak, dan terima kasih," ujar orangtua RAF dalam pesan itu.

Advertising
Advertising

PEMERIKSAAN FAKTA

Informasi tentang adanya percobaan penculikan anak SD di Lumajang itu dicek oleh pihak sekolah dan Polres Lumajang. Hasilnya, kejadian tersebut hanyalah cerita karangan RAF belaka. Dikutip dari laman detik.com, kasus ini akhirnya dimediasi dan diselesaikan secara kekeluargaan.

"Dalam kasus tersebut, tidak ada yang menuntut lantaran tidak ada yang merasa dirugikan. Namun, orangtua dari anak tersebut telah berjanji di depan kepala sekolah dan juga anggota Polres Lumajang untuk lebih mendidik serta siap bertanggung jawab jika hal serupa muncul di kemudian hari," kata Kepala Polres Lumajang Ajun Komisaris Besar Muhammad Arsal Sahban kepada detik.com.

Dalam siaran pers yang dibagikan Polres Lumajang, informasi mengenai RAF itu diceritakan sendiri oleh orangtuanya ke sejumlah grup WhatsApp. Setelah proses mediasi, orangtua korban pun meminta maaf kepada para tetangga maupun rekan-rekannya sesama wali murid.

Kepala Polres Lumajang Ajun Komisaris Besar Muhammad Arsal Sahban mengatakan kejadian ini murni karena kurangnya pengawasan orangtua terhadap anaknya. Akibatnya, anak tersebut menjadi kurang bertanggung jawab dan membuat cerita karangan bahwa ia selamat dari upaya penculikan.

“Sangat dibutuhkan peran orangtua dan guru sebagai pendidik untuk mengajarkan budi pekerti tentang kejujuran kepada anak didiknya," kata Arsal.

Informasi tersebut menambah deretan panjang disinformasi mengenai penculikan anak yang menyebar lewat media sosial. Tempo mencatat beberapa disinformasi yang pernah muncul pada 2018:

- Pada 18 Oktober 2018, foto seorang pria dengan narasi bahwa polisi telah menangkap penculik anak viral. Faktanya, foto tersebut merupakan foto pelaku pencurian ponsel di sebuah warung di Cipambuan, Babakan Madang, Bogor.

- Pada 26 Oktober 2018, informasi tentang penculikan siswa SD Al Khairiyah Cilodong, Depok, tersebar di media sosial. Faktanya, tidak ada kasus penculikan di sekolah itu.

- Pada 17 Maret 2018, muncul informasi dan foto-foto penculikan anak serta penjualan organ tubuh anak. Faktanya, foto tersebut merupakan anak korban pembunuhan yang ditemukan di Kampung Belakang, Kamal, Jakarta Barat, pada 2 Oktober 2015.

- Pada 28 Oktober 2018, muncul video yang memperlihatkan pelaku penyandera bocah yang dikelilingi polisi dan warga di Ciputat, Tangerang Selatan. Faktanya, video itu terjadi di Jambi pada pertengahan 2010. Polisi berhasil menyelamatkan bocah yang disandera oleh perampok.

Pada 2018, polisi sempat menangkap enam pelaku penyebar kabar bohong soal penculikan anak. Para pelaku itu mengunggah gambar, video, dan tulisan dengan konten seputar penculikan anak di Pasuruan, Jawa Timur serta di Ciputat, Tangerang, dan Terminal Sukaraja, Jawa Barat, di akun media sosial Facebook mereka kemudian menyebarkannya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI pun menunjukkan datanya bahwa, sepanjang Juli-Oktober 2018, pemberitaan tentang penculikan anak semakin masif. Terdapat 635 ribu berita pada Juli, 969 ribu berita pada Agustus, 2,15 juta berita pada September, dan yang terbanyak pada Oktober, yakni 4,3 juta berita.

KPAI pun mengajak para orangtua untuk tetap berpikir bijak dan jernih agar tidak terjadi kekhawatiran yang berlebihan sehingga berdampak pada tumbuh kembang anak.

“Rasa kekhawatiran yang berlebihan akan mengurangi kepercayaan diri anak dalam bersosialisasi. Orang tua tetap perlu mengedukasi anak dengan baik terkait tindakan penculikan, dengan penjelasan yang sesuai usia tumbuh kembangnya,” ujar Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati di kantor KPAI, Jakarta Pusat, pada 2 November 2018.

KESIMPULAN

Dari pemeriksaan fakta di atas, bisa disimpulkan bahwa kabar tentang percobaan penculikan anak SD di Lumajang adalah keliru.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id