[Fakta atau Hoaks] Benarkah Kalimantan Timur Bebas Gempa?

Senin, 26 Agustus 2019 15:15 WIB

[Fakta atau Hoaks] Benarkah Kalimantan Timur Bebas Gempa?

Beredar informasi di media sosial tentang gempa berkekuatan 4,8 Skala Richter (SR) yang melanda Kabupaten Paser, kabupaten di Kalimantan Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara, lokasi ibu kota baru, pada 22 Agustus 2019. Kabar itu ramai diperbincangkan oleh publik setelah dipublikasikan oleh sejumlah situs dan akun di media sosial.

Situs gelora.co, misalnya, mempublikasikan berita berjudul “Calon Ibu Kota Baru, Siang Tadi Gempa 4,8 SR Guncang Kalimantan Timur” pada 22 Agustus 2019 pukul 13.51 WIB. Menurut berita itu, pusat gempa berada di koordinat 1,94 Lintang Selatan dan 116,1 Bujur Timur. Jaraknya 511 kilometer arah barat laut Makassar, 198 kilometer arah barat daya Samarinda, dan 107 kilometer arah timur laut Barabai.

Situs ini juga mengklaim bahwa informasi tersebut bersumber dari Pusat Seismologi Eropa-Mediterania melalui situs www.emsc-csem.org dan akun Twitter @Gempa_Tsunami. Situs ini pun mengutip komentar netizen yang menghubungkan gempa ini dengan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur.

Unggahan dari situs Gelora itu kemudian disebarkan di Facebook, salah satunya oleh akun Oktaviana Istinawati, pada 23 Agustus 2019. Ia memberikan narasi “Dijawab langsung oleh Allah…” dengan menyinggung pernyataan politisi Partai Solidaritas Indonesia Tsamara Amany dalam program acara Indonesia Lawyers Club di stasiun televisi tvOne bahwa Kalimantan Timur adalah daerah yang tidak pernah tersentuh oleh gempa.

Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Oktaviana Istinawati yang memuat berita tentang gempa 4,8 Skala Richter di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Advertising
Advertising

Sebelum dimuat di gelora.co, sejumlah akun di Twitter mencuit terlebih dahulu soal gempa ini. Akun François Mohede, @francmohede, mencuit, “Lagi cek aplikasi, ternyata ada gempa di Kalimantan? Semoga alasan pindah ibu kota, karena mencari daerah yang lebih aman dari gempa bumi, boleh direvisi. Mintalah keselamatan dimanapun pada Tuhan, bukan menerka-nerka rencana-Nya.”

Akun ini menyertakan tangkapan gambar dari aplikasi EMSC yang memperlihatkan sumber gempa, magnitudo, kordinat, dan waktu kejadian.

Ramainya perbincangan mengenai gempa di Kalimantan Timur itu dikaitkan dengan rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi memindahkan ibu kota Indonesia ke provinsi tersebut.

Sebelumnya, narasi mengenai Kalimantan bebas gempa berserakan di media sosial. Dengan beredarnya informasi gempa dari EMSC itu, banyak warganet yang mengkaitkan bahwa gempa itu adalah jawaban Tuhan yang menolak ibu kota dipindahkan.

Narasi seperti itu, misalnya, disampaikan akun Mom Sweet, @rahmaniarbaftim, pada 22 Agustus 2019. Dia menulis narasi, “Dijawab kontan oleh Allah. Gimana semua pengamat selalu mengatakan bhw kalimantan daerah bebas gempa. Allah tdk suka manusia yg selalu berucap mendahului kehendakNya.”

Artikel ini akan memeriksa beberapa hal yakni:

- Benarkah terjadi gempa dengan magnitudo 4,8 pada 22 Agustus 2019 di Kalimantan Timur?
- Bagaimana potensi gempa di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo menelusuri situs Pusat Seismologi Eropa-Mediterania di alamat www.emsc-csem.org pada 26 Agustus 2019. Dalam direktori informasi gempa bumi, Tempo tidak menemukan rekaman mengenai gempa dengan kekuatan magnitudo 4,8 yang diklaim berpusat di Kalimantan Timur.

Meski begitu, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengakui bahwa EMSC sempat merilis informasi itu pada 22 Agustus 2019. Namun, informasi yang dipublikasikan oleh EMSC adalah informasi gempa yang belum diperbarui dengan data yang lebih akurat.

"Itu yang jelas hoax karena episenternya tidak di Kalimantan, tapi di Sulawesi," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono seperti dikutip dari situs berita detik.com pada 23 Agustus 2019.

Gambar tangkapan layar dari aplikasi EMSC terkait gempa di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Awalnya, sistem otomatis dari BMKG juga mendeteksi adanya gempa di Kalimantan Timur sebagaimana yang ditampilkan oleh EMSC. Informasi otomatis itu bisa diakses pada situs Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) BMKG. Tapi, saat itu, yang tampil adalah hasil pembacaan mesin otomatis sehingga belum bisa dipastikan akurasinya.

Setelah BMKG melakukan analisis untuk memastikan informasi tersebut, gempa itu ternyata bukan terjadi di Kalimantan Timur, melainkan di Sulawesi. Kekuatan gempanya pun bukan magnitudo 4,8, melainkan magnitudo 3,3, dengan kedalaman pusat gempa sejauh 10 kilometer.

Gempa di Sulawesi itu terjadi pada pukul 05.51 UTC, sama seperti waktu gempa yang diinformasikan oleh EMSC tentang gempa Kalimantan Timur, karena informasi itu memang informasi yang dimutakhirkan oleh BMKG.

Potensi gempa di Kalimantan

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut ada tiga struktur sesar atau patahan di Kalimantan Timur. "Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster," kata Daryono dalam keterangan tertulisnya pada 23 Agustus 2019.

Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat berada di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur serta masih sangat aktif. BMKG mencatat aktivitas kegempaannya cukup tinggi dan membentuk klaster sebaran pusat gempa yang berarah barat-timur.

Berdasarkan hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional pada 2017, Sesar Mangkalihat memiliki potensi magnitudo mencapai 7,0. Intensitas atau guncangan gempanya berskala VI-VII MMI. "Artinya, gempa yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan tingkat sedang hingga berat di Semenajung Mangkalihat dan sekitarnya," kata Daryono.

Adapun Sesar Paternoster yang jalurnya berarah barat-timur melintasi wilayah Kabupaten Paser. Meskipun termasuk kategori sesar berusia tersier, BMKG mencatat di jalur sesar ini masih sering terjadi gempa.

Catatan gempa di Kabupaten Paser cukup banyak. Yang paling kuat adalah Gempa Paser, berkekuatan magnitudo 6,1, yang terjadi pada 26 Oktober 1957.

Peristiwa gempa tektonik yang terbaru adalah Gempa Longkali, Paser, pada 19 Mei 2019 yang bermagnitudo 4,1. "Guncangannya sempat menimbulkan kepanikan masyarakat," ujar Daryono.

Seluruh gempa yang bersumber di wilayah Kalimantan Timur dipicu oleh aktivitas sesar aktif. Sehingga, meskipun magnitudonya tidak sebesar yang bersumber di zona megathrust, tetap bisa merusak bangunan jika tidak diantisipasi dengan sebaik-baiknya.

Potensi bahaya gempa bumi di Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota baru harus diantisipasi dengan menerapkan building code secara ketat dalam pembuatan struktur bangunan.

Bangunan tahan gempa bumi wajib diterapkan. Alternatif lainnya, bagi mereka yang belum memungkinkan membangun bangunan tahan gempa, dapat membangun dari bahan ringan seperti kayu atau bambu yang dirancang menarik.

KESIMPULAN

Informasi yang menyebut bahwa gempa bermagnitudo 4,8 terjadi di Kalimantan Timur adalah informasi yang belum akurat. Artinya, informasi mengenai hal ini keliru. Adapun narasi yang menyebut bahwa Kalimantan bebas gempa juga keliru karena terdapat tiga struktur sesar atau patahan di Kalimantan Timur yang dapat memicu gempa.

IKA NINGTYAS

Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id