Keliru: Video Richard Lee Mempromosikan Minyak Ikan sebagai Obat Stroke

Rabu, 30 April 2025 19:21 WIB

Keliru: Video Richard Lee Mempromosikan Minyak Ikan sebagai Obat Stroke

SEBUAH video beredar di Facebook [arsip] yang memuat klaim, dokter ahli di bidang kecantikan, dr. Richard Lee, memperkenalkan cara mencegah stroke dengan minyak krill.

Dalam video itu, Richard menyampaikan, keunggulan mengkonsumsi minyak krill satu kali sehari adalah dapat mencegah stroke. Menurut dia, minyak tersebut efektif mengatasi masalah penyumbatan pembuluh darah, mati rasa pada tangan dan kaki sebagai tanda awal stroke.

Benarkah dr. Richard Lee mempromosikan obat stroke?

PEMERIKSAAN FAKTA

Tempo memverifikasi video itu dengan menelusuri akun media sosial Richard Lee, melakukan analisis audio, serta menggunakan pendeteksi kecerdasan buatan atau AI. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa video tersebut hasil rekayasa dengan mencatut video Richard Lee, menambahkan suara narator dan kolase video lainnya.

Advertising
Advertising

Hasil analisis video tersebut, terdapat ketidaksesuaian antara gerakan mulut Richard Lee dengan audio narator. Tempo juga membandingkan suara Richard Lee dengan kanal YouTube resminya, yang juga menunjukkan perbedaan. Suara pria yang membaca narasi dalam video soal minyak kriil bukan suara Richard Lee.

Tempo kemudian menelusuri sumber video Richard Lee yang digunakan. Video pertama saat Richard Lee menggunakan kemeja bercorak biru, diambil dari akun TikTok resminya, @drrichardlee, pada 29 Agustus 2024, berjudul APPROVED! Ketika anak GTM jangan panik, coba kasih Sohoney.

Dalam video aslinya, dr. Richard Lee menceritakan pengalamannya mengatasi anak yang tidak mau makan dengan memberikan suplemen. Richard Lee tidak mempromosikan obat memperlancar pembuluh darah seperti pada unggahan di atas.

Pada video bagian kedua yang memperlihatkan Richard Lee dengan corak kemeja hijau di bagian dada, diambil dari videonya di TikTok pada 1 Maret 2025. Pada video aslinya, Ia menceritakan pengalamannya menangani pasien yang mengalami komplikasi setelah perawatan.

Hasil pemindaian video menggunakan Hivemoderation.com, Tempo mendapatkan kesimpulan bahwa 79,7 persen video yang beredar di Facebook itu, dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan.

Tentang Krill

Istilah Krill berasal dari istilah Norwegia untuk "anak ikan". Krill adalah krustasea laut yang termasuk dalam ordo Euphausiacea. Meskipun ada banyak spesies Krill, hanya Krill Antartika (Euphausia superba) dan Krill Pasifik (Euphausia pacifica) yang telah dipanen untuk dikonsumsi manusia.

Krill tampak seperti udang kecil dan beratnya kurang dari 2 gram serta panjangnya 6–8 milimeter. Krill ditemukan dalam kawanan besar yang dapat berisi sebanyak 1 juta hewan dalam setiap meter kubik air laut.

Minyak ikan seperti krill, sudah lama dikonsumsi manusia. Akan tetapi, penelitian baru-baru ini menunjukkan penggunaan suplemen minyak ikan secara teratur dapat meningkatkan risiko stroke pertama kali dan fibrilasi atrium pada mereka yang memiliki kesehatan jantung yang baik. Fibrilasi atrium adalah jenis arithmia, atau detak jantung yang tidak teratur, yang sering digambarkan sebagai sensasi berdebar-debar di dada.

Menurut The Washington Time edisi 23 Mei 2024, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Medicine tersebut menganalisis data dari lebih dari 415.000 orang berusia 40 hingga 69 tahun yang berpartisipasi dalam U.K. Biobank, sebuah studi kesehatan jangka panjang. Hampir sepertiga dari peserta, yang diikuti selama rata-rata 12 tahun, melaporkan penggunaan suplemen minyak ikan secara teratur.

Temuan ini mengungkapkan bahwa bagi orang yang tidak memiliki masalah jantung, penggunaan suplemen minyak ikan secara teratur dikaitkan dengan risiko 13% lebih tinggi terkena fibrilasi atrium dan peningkatan risiko 5% terkena stroke.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klim video dr. Richard Lee mempromosikan obat stroke adalah klaim keliru.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id