Belum Ada Bukti: Pembalut Wanita Yang Mengandung BPA dan Klorin Sebagai Penyebab Kanker
Jumat, 14 Maret 2025 21:33 WIB

BEBERAPA foto produk pembalut wanita berbagai merek yang diklaim mengandung zat tertentu sebagai penyebab kanker, beredar di Instagram [arsip].
Pengunggah menulis bahwa beberapa pembalut mengandung bahan seperti klorin, phthalates, dan BPA yang tidak selalu tertulis secara langsung dalam daftar kandungan. Zat-zat ini diduga dapat memicu gangguan hormon hingga risiko kanker.
Apakah pembalut yang mengandung BPA sebagai penyebab kanker?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo memverifikasi klaim tersebut melalui penelusuran publikasi, riset dan wawancara ahli. Menurut Dosen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Dr. Daniel, M.Sc., zat-zat itu memang punya potensi menyebabkan kanker dan gangguan hormon. Tetapi belum ada penelitian yang jelas-jelas membuktikan kandungan itu terdapat pada pembalut dan menyebabkan kanker dan gangguan hormon.
“Setahu saya, belum ada penelitian yang jelas-jelas membuktikan kandungan zat klorin, phthalates, dan BPA pada pembalut bisa menyebabkan kanker dan ganggun hormon,” kata Daniel kepada Tempo, Kamis, 12 Maret 2025.
Daniel yang pernah melakukan riset tentang sampah pembalut ini, menjelaskan kandungan zat-zat itu pada pembalut sebenarnya tergolong rendah. Dengan demikian belum ada riset yang telah membuktikan hubungan sebab-akibat atau korelasi statistik antara zat-zat tersebut dengan kanker dan hormon.
“Kalau kadarnya tinggi, ya, bisa menyebabkan kanker dan gangguan hormon. Tapi di konteks pembalut, belum ada, apalagi kadarnya pun rendah. Kalau selama ini digembar-gemborkan soal kehadiran zat-zat itu menyebabkan kanker dan gangguan hormon, menurut saya ini karena masalah "perang dagang" antar brand-brand pembalut,” tuturnya.
Menurut Asisten Penelitian RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Lathifah Dzakiyyah Zulfa. Penelitian mengenai pemakaian produk yang mengandung klorin terhadap potensinya menyebabkan kanker. telah lama dipublikasikan. Misalnya minum air keran yang dimurnikan dengan klorin tanpa dimasak, berenang di kolam renang berklorin, atau pembalut menstruasi.
Kanker dapat terjadi karena reaksi dari klorin yang menghasilkan zat sisa (dioksin) dengan sifat karsinogenik. Selain klorin, bahan lainnya seperti phthalates dan BPA juga punya potensi yang sama.
“Perlu digarisbawahi bahwa kadar tertentu saja yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker seperti kanker usus dan kanker kandung kemih. Barang-barang rumah tangga yang ditambahkan klorin, bila hanya untuk pemakaian luar, maka kadar yang diserap ke tubuh akan lebih sedikit,” kata Latifah.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pernah mendesak pemerintah agar membuat Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai kadar aman dioksin atau klorin selain untuk air dan pangan. Namun dari keterangan Kementerian Kesehatan, kata Lathifah, produksi pembalut saat ini tidak menggunakan klorin elemental yang menyebabkan terbentuknya dioksin.
Dikutip dari BBC.com bahwa Kementerian Kesehatan mengatakan sejumlah merk pembalut wanita dan pantyliner (pelapis celana dalam) yang beredar resmi di Indonesia sudah memenuhi persyaratan kesehatan.
Keterangan resmi Kemenkes ini menanggapi temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada 2015, yang menyebut adanya kandungan klorin pada sembilan merek pembalut dan tujuh merek pantyliner. YLKI mengatakan zat klorin dapat membahayakan para perempuan yang menggunakan pembalut tersebut karena dapat menyebabkan kanker leher rahim, kemandulan, dan keputihan.
Seorang pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan, temuan residu klorin dalam proses pemutihan (bleaching) produk pembalut wanita tidak berbahaya untuk kesehatan. Kementerian Kesehatan menegaskan, proses produksi semua merek pembalut di Indonesia sesuai standar klasifikasi Badan Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA), termasuk penggunaan zat pemutih (klorin).
"FDA menyatakan bahwa masih diperbolehkan adanya jejak residu klorin pada hasil akhir pembalut wanita," kata Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Maura Linda Sitanggang, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 8 Juli 2015.
National Library Medicine melansir bahwa Bisphenol A (BPA)–senyawa sintetis berbasis karbon, memiliki sifat seperti hormon yang terkandung di lingkungan dan dalam jaringan manusia karena penggunaannya yang luas dan akumulasi biologis. BPA dapat meniru estrogen untuk berinteraksi dengan reseptor estrogen α dan β, yang menyebabkan perubahan dalam proliferasi sel, apoptosis, atau migrasi dan dengan demikian, berkontribusi pada perkembangan dan progresi kanker.
Pada tingkat genetik, BPA telah terbukti terlibat dalam beberapa jalur pensinyalan onkogenik, seperti jalur STAT3, MAPK, dan PI3K/AKT. Selain itu, BPA juga dapat berinteraksi dengan reseptor steroid lainnya (seperti reseptor androgen) dan berperan dalam perkembangan kanker prostat.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim pembalut yang mengandung BPA dan klorin sebagai penyebab kanker adalah klaim yang belum ada bukti.
Zat tersebut bila hanya untuk pemakaian luar dengan kadar rendah, sangat kecil terserap dan bisa menyebabkan kanker.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id