Keliru: Video yang Diklaim Sebagai Tsunami

Rabu, 12 Maret 2025 19:57 WIB

Keliru: Video yang Diklaim Sebagai Tsunami

SEBUAH video beredar di Facebook [arsip] yang memuat klaim tentang adanya gelombang tsunami.

Video itu menayangkan gulungan ombak dengan air berwarna cokelat. Sebuah anak panah menunjuk pada orang yang berada di gulungan ombak tersebut. Pria lainnya berbaju merah terlihat merekam arah gelombang datang. “Dikira ombak biasa ternyata tsunami,” tulis akun pengunggah konten.

Video yang diunggah pada 11 Januari 2025 sudah ditonton 18 juta kali dan disukai 132 ribu pengguna. Lalu, benarkah ini tsunami?

PEMERIKSAAN FAKTA

Setelah memverifikasi video tersebut, Tempo menemukan fakta bahwa video tersebut bukan peristiwa tsunami.

Advertising
Advertising

Tim Cek Fakta Tempo mendapatkan petunjuk dari kolom komentar yang menyebut perairan tersebut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Gelombang besar yang terlihat di video, disebut bukan tsunami, melainkan ombak bono.

Petunjuk kedua, saat mengecek video dengan lebih detail, pria yang terlihat di dalam gulungan ombak sedang berselancar karena menggunakan papan selancar.

Dengan petunjuk tersebut, Tempo kemudian mencari video sejenis dengan kata kunci mengenai ombak bono di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Hasilnya, potongan yang beredar di Facebook itu, dipotong dari video yang ditayangkan di kanal YouTube Membayang TV berjudul Tsunami River Tidal Wave Seven Ghost (Tidal Bore) yang diunggah pada 18 November 2024.

Pemilik akun Membayang TV juga mengunggah potongan videonya pada awal Desember 2024 di akun TikTok @membayangtv di sini dan sini. Pada video tersebut ia menyertakan lokasi video, yaitu di Oges Beach Meranti Bay Pelalawan Regency.

Lokasi Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. (Google Maps)

Dikutip dari laman Media Center Pemerintah Provinsi Riau, Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, mengatakan ombak bono terjadi ketika arus sungai dan arus laut beradu. Terdapat pertemuan tiga arus di mulut muara, yaitu dari Sungai Kampar, Selat Malaka, dan Laut China Selatan. Gelombang besar di sungai ini terjadi bersamaan dengan pasang naik dan pasang surut dengan ketinggian puncak gelombang mencapai 4-6 meter, yang umumnya bisa disaksikan pada Februari hingga Maret dan Oktober hingga Desember. "Jadi kalau sekali datang, Bono akan muncul 2 kali dalam sebulan," kata Roni.

Ombak bono menempuh jarak sejauh 50 hingga 60 kilometer menyisir sepanjang daerah aliran sungai (DAS) dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam. Ketinggian ombak akan semakin mengecil menjadi 70 sentimeter sampai satu meter apabila semakin jauh dari muara. Ombak bono dapat mecapai panjang 200 meter sampai dua kilometer mengikuti lebar sungainya, tidak seperti ombak besar di laut.

Ombak besar setinggi empat sampai lima meter yang mirip dengan gelombang tsunami disertai dentuman keras dihasilkan oleh turbulensi. Ini terjadi ketika arus melewati celah yang makin menyempit dan dangkal dari DAS Kampar. Arus tersebut akan bergerak semakin cepat sehingga terjadi benturan besar karena bertemu dengan aliran sungai. Sekitar dua jam lamanya, bono akan terus menerjang sepanjang DAS dan semakin melemah saat jalur sungai membelok.

Meskipun gelombang bono besar, tapi bukan dikategorikan sebagai tsunami. Dikutip dari laman Perserikatan Bangsa-bangsa, tsunami adalah serangkaian gelombang yang bergerak dengan panjang dan periode yang sangat panjang, biasanya disebabkan oleh gangguan yang terkait dengan gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat dasar laut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video gelombang besar menghantam daratan sebagai tsunami adalah keliru.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id