Belum Ada Bukti, Akar Pepaya Mengobati Gigitan Hewan Berbisa
Selasa, 21 Januari 2025 21:15 WIB
Sebuah video beredar di Facebook berisi klaim tentang akar pepaya dan garam sebagai obat pengobatan pertama saat digigit hewan berbisa.
Video itu menjelaskan khasiat akar pepaya dan garam sebagai obat pertolongan pertama saat digigit hewan berbisa seperti lipan, kalajengking, dan lain-lain.
Narator mengatakan bahwa campuran akar pepaya yang ditumbuk ditempelkan pada bagian yang digigit hewan berbisa. Tujuannya untuk menghambat racun agar tidak cepat menyebar.
Benarkah akar pepaya berkhasiat?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo verifikasi klaim ini dengan meminta pendapat pakar toksikologi, emergency medicine (EM) dan hasil riset.
Kepala IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa, Randy Zainubun, SPEM, FICEP, mengatakan hewan seperti lipan dan kalajengking memiliki zat alergi atau bisa yang dipergunakan hewan tersebut bertahan hidup di alam.
“Yang perlu kita ketahui, mayoritas dari “bisa” lipan dan kalajengking itu cenderung tidak fatal bagi manusia, hanya menyebabkan gejala alergi,” kata Randy.
Menurut dokter spesialis emergency medicine itu, luka gigitan hewan memiliki gejala gatal dan nyeri. Gejala gatal dan nyeri ini dapat dikurangi dengan minum obat anti alergi dan obat anti nyeri. “Penggunaan atau pengolesan bahan-bahan lain pada luka gigitan hewan, justru dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi,” ujarnya.
Dr. Heru Wiyono SpPD dari Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya mengatakan, pertolongan pertama saat mengalami gigitan hewan berbisa adalah mengamankan korban dan membersihkan luka. “Kalau ada orang tergigit binatang berbisa, amankan dulu korbannya, kemudian lakukan pembersihan luka, sebisa mungkin penolong menggunakan sarung tangan, dengan air mengalir dan sabun atau deterjen kalau ada” kata Heru.
Sabun atau deterjen digunakan karena memiliki sifat menguraikan lemak seperti penggunaannya di rumah untuk cuci piring. Sabun dan deterjen dapat merusak dinding selaput virus dan bakteri. “Selain sabun, dapat menggunakan larutan yang mengandung povidone iodine yang biasa digunakan untuk membersihkan luka. Cairan ini dijual di toko dan apotek,” lanjutnya.
Sedangkan terkait penggunaan garam pada luka, Heru mengatakan garam memiliki sifat menyerap cairan (absorbent) di sekitarnya.
“Pemberian garam pada luka akan membantu mengeringkan luka dan diharapkan merusak selaput virus dan bakter, tapi masih perlu banyak diteliti dulu keamanannya,” lanjut dia.
Heru menegaskan, jika timbul gejala alergi seperti bentol-bentol di wajah, sesak nafas, dan suara parau, atau ada keluhan lainnya, korban harus segera ke fasilitas kesehatan terdekat.
Tempo menemukan terdapat beberapa studi tentang potensi kandungan pada akar pepaya (Carica Papaya Linn) yang diekstraksi untuk pengobatan. Dilansir oleh artikel Duru dan Chidi (2019), akar pepaya memiliki potensi dan dapat diaplikasikan untuk mengobati malaria, penyakit kardiovaskular, peradangan, dan infeksi mikroba.
Penelitian lain yang dipublikasikan Sciencedirect.com menyebutkan ekstrak air dari akar pepaya (Carica Papaya Linn) memiliki potensi mengobati penyakit dan membantu penyembuhan alami keracunan zat kimia. Namun riset ini tidak menyebut secara spesifik pada keracunan akibat gigitan serangga dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim yang menyebut campuran akar pepaya dan garam sebagai pengobatan pertama saat digigit hewan berbisa, seperti lipan dan kalajengking adalah belum ada bukti.
Pakar emergency medicine tidak menyarankan penggunaan atau pengolesan bahan-bahan tersebut pada luka gigitan hewan, karena dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Terdapat penelitian yang menyebut ekstrak air dari akar pepaya memiliki potensi mengobati penyakit dan membantu penyembuhan alami keracunan zat kimia. Namun penelitian ini tidak menyebut secara spesifik pada keracunan akibat gigitan serangga dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id