Keliru, Klaim Video Ikan Bilih Keluar dari Danau Singkarak

Selasa, 17 Desember 2024 18:24 WIB

Keliru, Klaim Video Ikan Bilih Keluar dari Danau Singkarak

Sebuah video beredar dengan klaim jutaan ekor ikan Bilih naik ke daratan tepi Danau Singkarak oleh akun media sosial Threads [arsip] dan Facebook ini. Masyarakat terlihat leluasa menangkap ikan-ikan tersebut dengan tangan.

Si pengunggah video mempertanyakan fenomena alam apa peristiwa itu dalam caption, hingga membuat jutaan ikan khas Singkarak, ikan Bilih, muncul ke tepian Danau Singkarak, Sumatera Barat.

Benarkah ikan dalam video tersebut adalah ikan bilih yang keluar dari Danau Singkarak?

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan bantuan Google Lens dan mesin pencarian Google. Hasilnya, peristiwa tersebut tidak terjadi di Danau Singkarak, Sumatera Barat, melainkan di pesisir Pantai Barangay Tinoto, Kota Maasim, Provinsi Sarangani, Filipina. Ribuan ikan yang naik ke permukaan itu pun bukan ikan bilih, melainkan ikan sarden.

Video identik dengan audio asli pernah diunggah oleh akun Tiktok ini pada 7 Januari 2024. Pada unggahan tersebut, pengunggah menulis narasi: “Terjadi dini hari tadi di provinsi Saranggani isa sa mga beach resort sa Maasim.”

Pada 8 Januari 2024 Rappler melansir bahwa minggu pertama di tahun baru menjadi berkah bagi penduduk Desa Barangay Tinoto, Kota Maasim, saat berton-ton lupoy atau ikan sarden muda terdampar di tepi pantai mereka.

Maasim adalah kota pesisir Sarangani di Wilayah XII yang terletak di ujung paling selatan Mindanao. Warga Tinoto dan tamu resor pantai bergegas ke tepi pantai, menyapu berton-ton lupoy menggunakan tangan kosong dan ember pada hari Minggu, 7 Januari 2024.

Jenad Maulani, warga Tinoto menuturkan, pihak keluarga mendapat informasi ikan tersebut sekitar pukul 3 dini hari dan langsung bergegas ke lokasi untuk mengambilnya.

“Kami mendapat informasi sekitar pukul 3 pagi, dan ketika kami sampai di lokasi, saya merasa gugup karena melihat banyak sekali ikan yang terdampar di tepi pantai. Jadi, kami memutuskan untuk membantu karena kami menganggapnya sebagai berkah,” kata Maulani.

Maulani mengatakan kelompoknya sendiri mengangkut kurang lebih 500 kilogram lupoy.

Dikutip dari Philippine News Agency, terdamparnya ikan sarden pelagis remaja belum tentu merupakan tanda aktivitas seismik bawah air namun merupakan fenomena alam, kata seorang spesialis penelitian ilmu lingkungan, Senin.

Cirilo Lagnason Jr, peneliti dari Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam-Kawasan Soccsksargen (DENR-12), mengatakan banyaknya ikan sarden yang muncul di sepanjang pantai Barangay Tinoto di Maasim, Provinsi Sarangani pada Minggu disebabkan oleh faktor alam.

“Ini mungkin akibat dari upwelling, suatu proses lautan di mana air yang lebih dingin didorong ke permukaan laut, membawa nutrisi, termasuk plankton, yang menjadi makanan bagi ikan-ikan muda ini,” kata Lagnason.

Akibatnya, ikan-ikan tersebut terjebak di perairan yang lebih dangkal sehingga lebih mudah ditangkap. Ia mengatakan fenomena ini juga biasa terjadi di Provinsi Zamboanga, Masbate dan Maguindanao del Norte.

“Ikan ini masih bisa dimakan asalkan segera dikonsumsi atau diawetkan,” ujarnya.

Warga Tinoto menggambarkan banjir sarden ini sebagai berkah yang harus dibagikan kepada semua orang.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video ikan bilih yang keluar dari Danau Singkarak adalah keliru.

Video tersebut merupakan ikan sarden yang muncul di sepanjang pantai Barangay Tinoto di Maasim, Provinsi Sarangani, Filipina pada 7 Januari 2004 lalu.

TIM CEK FAKTA TEMPO

Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id