Sebagian Benar, Langkah Joe Biden Siapkan Pasukan AS untuk Bantu Ukraina dan Israel Picu Perang Dunia III
Jumat, 29 November 2024 16:45 WIB
Sebuah narasi beredar di X [arsip] tentang peringatan meningkatnya eskalasi perang dunia III setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyiapkan pasukan militer ke Ukraina dan Israel.
Konten itu berisi video yang memperlihatkan pidato Trump yang mengkritik keputusan Biden karena menyiapkan tentara ke Ukraina dan Israel dapat memicu Perang Dunia III. Berikut narasi lengkapnya:
WARNING PERANG DUNIA III. Seperti yang terlihat di media, ekskalasi Perang Dunia III meningkat, dengan pernyataan Joe Biden yang menyiapkan Pasukan US untuk membantu Ukraina di Eropa, dan membantu Israel di Gaza. Apakah Joe Biden ingin memicu ARMAGEDDON dengan Perang Nuklir sebelum lengser? Ini pekerjaan berat POTUS berikutnya, Presiden Elect Donald Trump…
Namun, benarkah Biden menyiapkan pasukan militer bantuan ke Israel dan Ukraina yang dapat memicu Perang Dunia III?
PEMERIKSAAN FAKTA
Tempo menemukan sejumlah fakta yang bertentangan dengan klaim-klaim dalam konten yang beredar tersebut, baik terkait informasi maupun video yang disertakan. Hal ini membuktikan bahwa narasi tersebut keliru.
1. Keputusan Biden
Dalam konten yang beredar dikatakan Biden memutuskan menyiapkan tentara ke Israel dan Ukraina sebelum lengser. Biden memang mendukung Israel dan Ukraina dalam konflik yang mereka hadapi masing-masing, namun tidak menyiapkan pasukan tempur.
Pengamat Hukum Internasional Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Satria Unggul Wicaksana, mengatakan Biden tidak mengirimkan pasukan tempur ke Ukraina dan Israel. Dia memberikan bantuan luar negeri atau international fund pada Ukraina dan Israel dalam pengadaan senjata.
“Jadi support Amerika Serikat sebagai bagian dari foreign policy atau kebijakan luar negeri dari Presiden Joe Biden adalah untuk mendukung senjata untuk Israel dan Ukraina,” kata Satria melalui pesan, 25 November 2024.
Dia mengatakan bantuan luar negeri itu memantik pro-kontra di kalangan rakyat AS. Sebagian dari mereka ingin menyetop bantuan itu, terutama karena berkaitan dengan genosida yang dilakukan Israel.
Pengamat Geopolitik dan Hubungan Internasional, Fazri Ramadhan, mengatakan terdapat berita penyiapan 100 orang tentara AS untuk membantu Israel dari CNN baru-baru ini. Namun mereka hanya bertindak secara teknis mengoperasikan sistem anti rudal untuk melindungi Israel dari serangan Iran.
“Namun, yang harus dipahami adalah pernyataan AS yang mengatakan bahwa pengiriman pasukan ke Israel adalah bantuan teknis untuk mengoperasikan pertahanan udara THAAD (Terminal High-Altitude Area Defense). Menurut pernyataan pemerintah AS, pengiriman pasukan ke Israel bukan dalam kapasitas tempur, melainkan teknis,” kata Fazri melalui pesan, 26 November 2024.
Di sisi lain, tidak ditemukan pernyataan resmi AS tentang penyiapan personel militer ke Ukraina. Informasi yang telah terkonfirmasi, Biden membuka kembali pintu kontrak kerjasama perusahaan-perusahaan di AS, dengan harapan pihak swasta itu bisa melakukan perawatan dan perbaikan persenjataan Ukraina dalam melawan Rusia.
2. Pernyataan Trump
Konten tersebut juga menyertakan video yang diklaim memperlihatkan pengumuman Trump dalam merespon keputusan Biden baru-baru ini. Padahal, sesungguhnya video itu telah dipublikasikan di website Donaldjtrump.com, pada awal tahun 2023.
Saat itu, Trump menyatakan ingin membangun perisai pertahanan AS dari rudal jenis terbaru untuk mengantisipasi terjadinya PD III.
3. Potensi PD III
Konten yang beredar juga mengatakan eskalasi PD III dan perang nuklir meningkat. Menurut Satria, para akademisi di bidang geopolitik dan hubungan internasional tidak memungkiri adanya potensi ke sana. Lantaran telah terbentuk aliansi militer, yakni Blok Rusia, Iran, Korea Utara, dan Cina, selain Blok AS dan sekutunya.
Namun, pengalaman pahit PD II sesungguhnya membuat negara-negara di dunia cenderung menahan diri dan memperhitungkan kembali kebijakan luar negeri masing-masing. Sehingga menurut Satria, perang yang seperti PD II tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
“Karena sekali lagi, banyak negara di dunia ini, baik yang menang atau kalah dalam Perang Dunia II, ini sejarah ya, mereka justru menjadi pasien pertama Bank Dunia yang dulunya namanya IBRD, International Bank for Reconstruction and Development. Perancis salah satu negara yang menang perang yang tidak dapat untung sebenarnya dari Perang Dunia II,” kata Satria lagi.
“Sepanjang PBB masih disepakati sebagai satu organisasi bersama, bagi bangsa-bangsa atau negara yang merdeka, maka kita meyakini eskalasi konflik ini akan banyak diperhitungkan. Apalagi ada kewenangan dewan keamanan dan sebagainya, dan hak vetonya. Dan sebenarnya kalau dibaca lebih detail hak veto itu pemberian dari masyarakat internasional kepada negara pemenang Perang Dunia II agar tidak terjadi Perang Dunia III,” sambung Satria.
Demikian juga menurut Fazri, yang mengatakan kemungkinan terjadinya PD III dan perang nuklir dalam waktu dekat sangat kecil. Dia mengatakan semua negara, terutama negara-negara adidaya, telah menyadari buruknya dampak perang dunia, yakni banyaknya korban nyawa dan kehancuran ekonomi.
Ia menegaskan bahwa hingga saat ini eskalasi tersebut masih bersifat regional, meskipun banyak terjadi eskalasi di berbagai belahan dunia. "Tiap negara juga menyadari akan risiko perang; dua peperangan besar sudah memberikan pelajaran bagi negara besar bahwa tidak ada yang benar-benar menjadi pemenang,” kata Fazri.
Rekomendasi untuk Pemerintah RI
Di tengah beberapa konflik regional yang saat ini terjadi, Satria mendorong Indonesia tetap menjaga prinsip politik luar negeri bebas aktif. Ia juga mendorong berbagai pihak untuk tidak menyebarkan informasi yang tidak akurat yang berisiko terhadap keamanan nasional.
“Pihak-pihak seperti dr Tifa yang sebenarnya core ilmunya, ya mohon maaf, bukan teori isu hukum internasional atau hubungan luar negeri. Saya rasa harus memberi edukasi yang baik kepada masyarakat. Masalah-masalah seperti ini jangan kemudian menjadi lecutan, menjadi api, yang kemudian dampaknya berpengaruh pada stabilitas dan keamanan masyarakat, baik (di kalangan) netizen yang ada di Indonesia maupun secara umum,” kata Satria.
Sementara Fazri mendorong Indonesia melakukan persiapan, meskipun kemungkinan terjadi PD III sangat kecil. Menurutnya, salah satu hal paling mendasar yang bisa dilakukan Indonesia adalah memenuhi minimum essential force (MEF) TNI, yang bisa dilakukan dengan modernisasi alutsista hingga latihan perang (war simulation).
“Indonesia sebagai negara berdaulat memiliki kewajiban dalam melindungi warga negara dan kedaulatannya, maka melakukan persiapan untuk hal terburuk adalah hal yang wajib dilakukan. Meskipun kemungkinan untuk perang dalam skala global kecil terjadi, namun keamanan regional dan domestik tetap menjadi pertimbangan utama,” kata Fazri.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Presiden AS Joe Biden menyiapkan tentara untuk membantu Ukraina dan Israel adalah klaim yang sebagian benar.
Biden memang menyiapkan 100 personil militer untuk membantu Israel, namun sebagai tenaga teknis. Sedangkan untuk Ukraina, AS memberikan bantuan luar negeri atau international fund dan kontraktor militer untuk perbaikan persenjataan sistem senjata dari AS.
Selain itu, kemungkinan terjadinya Perang Dunia III dan perang nuklir dalam waktu dekat adalah sangat kecil. Karena negara-negara di dunia menyadari buruknya dampak perang dunia terhadap kehidupan manusia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id