Keliru, Klaim Covid-19 Rekayasa Elite Global

Senin, 21 Oktober 2024 16:46 WIB

Keliru, Klaim Covid-19 Rekayasa Elite Global

Sebuah konten berisi klaim bahwa Covid-19 adalah hasil rekayasa sebagai bagian agenda elit global diunggah di Instagram [arsip] pada 10 Oktober 2024. Konten tersebut berisi video calon Gubernur DKI Jakarta Dharma Pongrekun dalam sesi konferensi pers. Selanjutnya video beralih ke aksi Dharma menyanyikan lagu rohani.

Video diunggah dengan narasi: Covid hanya rekayasa agenda elite global. Saya tidak percaya covid saya percaya kepada Tuhan.

Benarkah Covid-19 rekayasa elite global sebagaimana konten tersebut?

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Video Dharma Pongrekun di bagian awal adalah saat Ia menggelar konferensi pers usai debat perdana Pilkada Jakarta, sebagaimana yang ditayangkan Metro TV pada 6 Oktober 2024. Saat debat, calon gubernur Jakarta nomor urut 2 tersebut memang mengatakan bahwa pandemi Covid-19 merupakan agenda terselubung dari asing. Pernyataan itu ia lontarkan ketika mendapat pertanyaan dari calon gubernur nomor urut 1, Ridwan Kamil.

“Kita harus waspada dari setiap isu yang ada apakah itu memang genuine atau infiltrasi asing untuk mengambil kedaulatan bangsa lewat isu kesehatan,” kata dia.

Dharma juga turut mempertanyakan kegunaan alat test PCR yang sebenarnya. Menurut dia, PCR tidak berfungsi untuk mengecek keberadaan virus dalam tubuh. "Jangan sampai gara2 pandemi ekonomi hancur, dibiasakan online, UMKM hancur, kemudian rakyat ditakut-takuti,” kata Dharma.

Menurut peneliti Molecular virology yang juga peneliti di Excellence Indonesia atau EXEINS Health Initiative (EHI), Frilasita Aisyah Yudhaputri, hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa COVID-19 adalah rekayasa atau konspirasi elite global.

“Banyak bukti dan penelitian yang telah dilakukan dari seluruh dunia menunjukkan bahwa virus ini berasal dari alam, khususnya dari penularan hewan ke manusia,” ungkapnya.

Peneliti dan Epidemiologis di Oxford University Clinical Research Unit Indonesia, Henry Surendra, juga mengatakan pandemi COVID-19 adalah nyata yang telah berdampak begitu besar bagi kesehatan masyarakat secara global sangat dahsyat.

“Saya tidak bisa memahami kalau ada anggapan bahwa dampak dari pandemi ini tidak nyata dan hanya rekayasa,” katanya.

Dicky Budiman, seorang epidemiolog dari Universitas Griffith Australia menegaskan, sama sekali tidak ada bukti ilmiah bahwa Covid-19 adalah hasil rekayasa atau agenda elite global.

“Sekali lagi saya tegaskan Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang telah diteliti secara mendalam oleh komunitas ilmiah atau peneliti di seluruh dunia. Virus ini terdeteksi pertama kali di akhir tahun 2019 dan menyebar dengan cepat yang menyebabkan pandemi global,” terang Dicky.

Dikutip dari World O Meter, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 telah menyebabkan lebih dari 704 juta orang di seluruh dunia, terinfeksi. Sebanyak 7 juta orang lebih meninggal dunia.

Grafik harian kasus Covid-19 sejak virus diidentifikasi pada Januari 2020 hingga April 2024. (Sumber: World O Meter)

Sebelumnya, pencarian tentang bagaimana pandemi Covid-19 dimulai sangat kontroversial. Sebagian besar peneliti mengatakan virus tersebut berasal dari kelelawar yang menginfeksi manusia, kemungkinan besar melalui hewan perantara, seperti yang terjadi pada patogen lain yang muncul pada manusia.

Namun para peneliti telah mengidentifikasi petunjuk baru yang menetapkan adanya hewan dan virus SARS-CoV-2 berada di pasar hewan di Wuhan, Tiongkok. Artikel di New Scientist pada 19 September 2024 berjudul Evidence points to Wuhan market as source of covid-19 outbreak, memperkuat tentang asal mula virus SARS-CoV-2 sebagai virus alami, bukan rekayasa dari laboratorium maupun elit global.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa kemungkinan besar virus tersebut muncul dari hewan liar yang dijual di pasar dan bukan dari hasil laboratorium. Para peneliti menganalisis ulang data dari 800 sampel yang dikumpulkan di pasar Huanan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok mulai 1 Januari 2020, dan juga mempelajari genom virus dari kasus covid-19 paling awal.

Anggota tim Ed Holmes di Universitas Sydney mengatakan tim tersebut menemukan bukti adanya berbagai satwa liar yang dijual di pasar yang dapat menjadi inang perantara virus tersebut, termasuk anjing rakun biasa (Nyctereutes procyonoides), musang palem bertopeng (Paguma larvata), dan tikus bambu tua (Rhizomys pruinosus).

Jejak hewan-hewan ini ditemukan di kandang yang sama persis dengan tempat SARS-CoV-2 berada. “Hal ini menunjukkan, tetapi tidak membuktikan bahwa hewan-hewan tersebut terinfeksi. Oleh karena itu, sangat mungkin SARS-CoV-2 muncul di pasar hewan hidup.”

“Semua data ilmiah mengarah pada satu arah, ke asal usul zoonosis alami SARS-CoV-2 di pasar Huanan, Wuhan,” kata Holmes.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video klaim Covid-19 hasil rekayasa Elite global adalah keliru.

Penyakit Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang berasal dari hewan yang kemudian ditularkan ke manusia. Tidak ada bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 hasil rekayasa elit global.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id