Keliru, Banyak Anak Meninggal karena Permen Semprot Asal Cina

Jumat, 18 Oktober 2024 13:49 WIB

Keliru, Banyak Anak Meninggal karena Permen Semprot Asal Cina

Sebuah video beredar di WhatsApp [arsip] dan akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini, yang diklaim banyak anak yang meninggal karena keracunan spray candy atau permen semprot. Video itu memperlihatkan suasana rumah sakit yang merawat beberapa anak SD. Ditampilkan juga beberapa botol yang diklaim sebagai kemasan permen semprot asal Cina.

Berikut ini narasi selengkapnya: “Breaking news !!! Orang tua waspada. banyak anak kecil meninggal. Permen spray buatan china adalah produk yang sangat berbahaya. Mohon jagalah putra- putri Anda agar hal seperti ini tidak terjadi dan jangan lengah dalam pengawasan Anda sebagai orang tua.”

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Tempo akan memverifikasi dua hal yakni benarkah anak-anak dalam video tersebut korban keracunan permen semprot? Kedua, benarkah permen semprot menyebabkan banyak anak meninggal?

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video tersebut memang benar peristiwa saat sejumlah siswa SD Negeri 39 Kota Palembang yang diduga keracunan permen semprot yang dibeli di sekitar sekolah. Namun peristiwa itu tidak menyebabkan para siswa meninggal dunia.

Video yang beredar tersebut identik dengan berita yang ditayangkan Berita Satu yang diunggah di saluran YouTube mereka, 1 Agustus 2024. Saat itu, ruang instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit di Palembang, Sumatera Selatan, merawat beberapa siswa SD Negeri 39 Kota Palembang yang diduga keracunan permen semprot.

Pada detik ke-25 video yang beredar juga memperlihatkan botol-botol yang diklaim kemasan permen semprot yang juga diberitakan oleh Berita Satu.

Berdasarkan arsip berita Tempo, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang Adrianus Amri di Palembang saat itu, mengatakan bahwa empat siswa SD di Kota Palembang diduga mengalami keracunan dan saat ini sedang dilakukan perawatan di rumah sakit, pada Selasa, 30 Juli 2024. Penyebab keracunan diduga berasal dari minuman yang disebut permen semprot bermerk QeQe keluaran PT Aneka Anugrah Abadi Jakarta Barat yang diproduksi di Kabupaten Tangerang, Banten.

Dilansir Kompas.com, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) Palembang Tedy Wirawan mengatakan bahwa permen semprot tersebut terdaftar di BPOM. Nomor registrasinya MD266631013261, yang diproduksi PT Aneka Anugrah Abadi, Jakarta Barat.

Namun izin edar produk tersebut telah habis pada 11 April 2023. Berdasarkan ketentuan BPOM, produk tersebut masih boleh diedarkan sampai 24 bulan atau 2 tahun kemudian.

Selain di Palembang, permen semprot juga diduga menjadi penyebab keracunan beberapa siswa di daerah lain. Misalnya yang dilaporkan Republika.co.id pada 2014, dimana ada dugaan terjadi keracunan permen semprot yang menimpa setidaknya 36 anak SD Negeri Cirebon Girang 1, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Kemudian dilaporkan iNews.id tahun 2019, bahwa delapan siswa TK RA Wathoniyah di Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mengalami gejala-gejala diduga keracunan setelah mengkonsumsi permen semprot.

Ketiga, RRI.co.id melaporkan 31 siswa SD Negeri 2 Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengalami merasakan mual/muntah, pusing, sakit perut, lemas, dan juga mengantuk, setelah mengkonsumsi permen semprot, pada tahun 2023.

Namun tidak ada kasus banyak anak meninggal dunia karena permen semprot tersebut.

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan pelajar SD yang keracunan usai mengkonsumsi permen semprot adalah klaim yang keliru.

Video tersebut benar terjadi pada sejumlah siswa SD Negeri 39 Kota Palembang yang diduga keracunan akibat mengkonsumsi permen semprot yang kadaluwarsa. Namun tidak ada kasus anak yang meninggal dunia.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id