Menyesatkan, Video yang Diklaim Memperlihatkan Kue Luppo Mengandung Pil Beracun Yang Melumpuhkan

Jumat, 11 Oktober 2024 19:29 WIB

Menyesatkan, Video yang Diklaim Memperlihatkan Kue Luppo Mengandung Pil Beracun Yang Melumpuhkan

Sebuah video beredar di WhatsApp dan Facebook akun ini, ini, ini, ini, dan ini, yang diklaim kue berjenama “Luppo” mengandung pil beracun yang bisa memberi efek kelumpuhan pada anak.

Video itu memperlihatkan seseorang membuka kemasan kue dan mengeluarkan roti berlapis cokelat yang didalamnya berisi dua pil berwarna putih. Pil itulah yang disebut beracun bagi anak yang sengaja dipasarkan untuk membunuh rakyat Indonesia.

Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah video itu memperlihatkan kue yang mengandung pil pelumpuh dan disebarkan untuk membunuh rakyat Indonesia?

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Selain di Indonesia, informasi tersebut telah beredar di sejumlah negara termasuk Turki. Dikutip dari organisasi pemeriksa fakta independen asal Turki, Teyit.org, narasi yang beredar tersebut keliru.

Mereka mengidentifikasi bahwa produk kue ‘Luppo Choco Coconut Cream Cake’ tersebut diproduksi perusahaan Turki bernama ?ölen Çikolata. Namun, varian produk tersebut dipasarkan khusus di Irak, tidak ada di negara lain.

Produk Turki lain yang juga tampak di video adalah ayam mentah dalam kemasan berjenama Aspilic yang juga banyak dipasarkan di Irak.

Audio yang terdengar menggunakan bahasa Sorani dengan dialek Kurdi, bahasa resmi Pemerintah Daerah Kurdistan Irak (KRG). Berdasarkan beberapa temuan itu, video diperkirakan direkam di Irak.

Ada sejumlah kejanggalan mengapa video tersebut tidak akurat. Pertama, terdapat lubang atau bekas tusukan pada kue sebelum dipotong dan dibongkar.

Kedua, menurut Petek Ataman dari Asosiasi Keamanan Pangan Turki, pil yang dimasukkan ke dalam adonan seharusnya meleleh saat dimasak. Sehingga cukup janggal jika dua pil yang dikeluarkan dari roti, masih dalam kondisi utuh.

Selain itu, pada detik ke-8, kue tersebut keluar dari frame video sehingga tidak bisa dipastikan kue itu adalah kue yang sama dengan yang baru dibuka bungkusnya.

Apalagi, setiap produk yang diekspor ke Irak, harus melalui sejumlah pemeriksaan ketat.

Pemeriksa fakta asal Amerika Serikat, Snopes.com, menyatakan mendapat permintaan memeriksa video tersebut sejak November 2019. Di Amerika Serikat, video itu beredar dengan narasi yang mengajak masyarakat memboikot produk Turki yang diekspor ke Amerika Serikat tersebut.

Hal ini menambah bukti bahwa narasi tersebut keliru, karena kue yang dimaksud hanya diekspor ke Irak. Snopes juga mendapatkan keterangan langsung dari juru bicara ?ölen Çikolata yang mengonfirmasi varian kue tersebut hanya dijual ke Irak.

Keterangan dan dokumen-dokumen resmi yang mereka kirimkan juga menyatakan pembuatan produk kue tersebut mengikuti prosedur keamanan pangan. Perusahaan juga menyatakan video yang beredar sengaja dibuat untuk menyebarkan informasi keliru.

Narasi serupa juga beredar di Sri Lanka dan Pakistan sebagaimana dilaporkan pemeriksa fakta asal Perancis, AFP. Seorang juru bicara Bea Cukai Sri Lanka telah menanggapi isu itu dengan mengatakan produk itu tidak diimpor ke negara mereka.

Manajer ekspor regional ?ölen Çikolata, Oktay Dogan, menyatakan pihaknya tidak mengekspor kue itu ke Sri Lanka dan video yang beredar merupakan upaya pencemaran nama baik perusahaannya dan tidak berdasar.

Di sisi lain, website British Retail Consortium (BRC) atau asosiasi pedagang ritel di Inggris Raya, menyatakan perusahaan produsen makanan ?ölen Çikolata telah mengantongi sertifikat uji laboratorium SGS United Kingdom dengan nilai tertinggi (grade AA+).

KESIMPULAN

Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan video yang beredar memperlihatkan pil beracun yang bisa melumpuhkan anak bila dikonsumsi adalah klaim yang menyesatkan.

Video memiliki sejumlah kekurangan, salah satunya terdapat lubang atau bekas tusukan di permukaan kue. Selain itu varian kue tersebut hanya diedarkan di Irak, bukan di Amerika Serikat, Israel, Sri Lanka, Pakistan, atau Indonesia, sebagaimana narasi yang beredar.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id