Sebagian Benar, Klaim tentang Provinsi-provinsi yang Diprediksi Gempa Megathrust dengan Tsunami Setinggi 34 Meter
Rabu, 2 Oktober 2024 11:58 WIB
Sebuah narasi beredar di WhatsApp dan Facebook akun ini dan ini, yang menyatakan terdapat tujuh provinsi di Indonesia yang diprediksi dilanda gempa megathrust yang menyebabkan terjadinya tsunami setinggi 34 meter.
Narasi tersebut menyatakan, provinsi-provinsi itu di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jawa Barat. Prediksi bencana di Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut dikatakan bersumber dari pernyataan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah tujuh provinsi tersebut diprediksi dilanda gempa megathrust hingga memunculkan tsunami 34 meter?
PEMERIKSAAN FAKTA
Informasi tentang gempa megathrust yang menyebabkan tsunami setinggi 34 meter, bukanlah prediksi seperti yang diklaim dalam konten. Angka itu adalah hasil pemodelan tsunami yang dilakukan sejumlah peneliti untuk menyelidiki potensi tinggi tsunami di wilayah celah seismik yang besar di selatan Jawa Barat dan Sumatera tenggara yang menjadi sumber potensial gempa bumi megathrust di masa akan datang.
Selain itu, hasil penelitian tersebut tidak spesifik menyebutkan 7 provinsi tersebut, namun riset hanya menyelidiki di wilayah pantai selatan Sumatera paling selatan dan Jawa Barat.
Penyelidik Bumi Utama di PVMBG, Badan Geologi, Supartoyo dalam artikelnya Sumber Gempa Bumi Zona Penunjaman, menjelaskan zona penunjaman atau tempat pertemuan/ interaksi antar lempeng dibagi menjadi dua, yaitu megathrust (dengan kedalaman penunjaman sekitar kurang dari 50 km) dan intraslab atau zona Benioff (dengan kedalaman penunjaman sekitar lebih dari 50 km).
Zona penunjaman merupakan sumber gempa bumi utama di Indonesia yang membentang mulai dari barat Pulau Sumatera, selatan Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara, laut Banda, utara Papua, utara Sulawesi, timur Sulawesi Utara dan barat Halmahera. Zona penunjaman yang membentang di barat Pulau Sumatera, selatan Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara dikenal sebagai Busur Sunda.
Gempa bumi yang bersumber dari megathrust berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan besar, yaitu magnitudo lebih dari delapan sehingga berpotensi terjadi tsunami. Menurut perhitungan para ahli kebumian, gempa bumi bersumber dari zona penunjaman Busur Sunda terutama dari zona megathrust di selatan Jawa diperkirakan kekuatannya mencapai magnitudo delapan, sehingga diperkirakan berpotensi terjadi tsunami.
Berdasarkan peta Badan Geologi, terdapat sekitar 13 zona gempa megathrust di Indonesia yang tersebar dari sisi barat hingga timur. Sebaran zona megathrust terbanyak berada di wilayah pesisir Samudra Hindia mulai dari barat Provinsi Aceh hingga selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang mencapai 10 titik dengan potensi gempa hingga di atas delapan magnitudo.
Data tersebut kemudian dipergunakan untuk melakukan pemodelan bahaya gempa bumi dan tsunami dengan kondisi kasus terburuk guna mendukung upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami. Salah satu penelitian terbaru dilakukan oleh Pepen Supendi dan tim yang hasilnya telah dipublikasikan Jurnal Springer Volume 116, pages 1315–1328, (2023), berjudul On the potential for megathrust earthquakes and tsunamis off the southern coast of West Java and southeast Sumatra, Indonesia.
Para peneliti tersebut menyelidiki tentang celah seismik di selatan Jawa Barat secara lebih rinci beserta pemodelan potensi tsunami. Wilayah tersebut dipilih karena di Jawa Barat dan Sumatera memiliki tingkat kegempaan yang tinggi sebagai akibat dari lempeng Indo-Australia yang bertemu dan menunjam di bawah lempeng Sunda.
Dalam catatan sejarah, wilayah Jawa Barat beberapa kali mengalami dua kejadian gempa bumi besar dengan kekuatan di atas 7,5 pada tahun 1903 dan 1921. Berikutnya, gempa megathrust Mw 7,8 pada tanggal 17 Juli 2006 yang menghasilkan tsunami dahsyat di Pangandaran dan gempa bumi intraslab patahan terbalik Mw 6,8 pada tanggal 2 September 2009 yang melanda selatan Jawa Barat.
Meski dalam 100 tahun terakhir, wilayah di sepanjang pantai selatan Jawa Barat, tersebut mengalami gempa bumi kurang dari 8 (Mw), akan tetapi, studi terkini tentang endapan tsunamigenik di sepanjang pantai selatan Jawa menunjukkan bahwa peristiwa megathrust besar memang terjadi di wilayah ini dan memiliki periode ulang ~500 tahun.
Para peneliti kemudian melakukan pemodelan tsunami dengan data baru yang diambil dari katalog Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS) yang dilaporkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG) yang dikombinasikan dengan data katalog Pusat Seismologi Internasional (ISC) untuk periode April 2009 hingga Juli 2020.
Riset itu menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, terdapat celah seismik di sebelah selatan pulau Jawa yang sesuai dengan hasil dari studi GPS sebelumnya dan celah yang berdekatan di lepas pantai Sumatera Tenggara, melengkung di atas lempeng Sunda yang tersubduksi dan menunjukkan gugusan yang hampir vertikal di sebelah selatan Jawa Barat.
Celah seismik adalah segmen patahan aktif yang diketahui menghasilkan gempa bumi signifikan yang tidak bergeser dalam waktu yang sangat lama, dibandingkan dengan segmen lain di sepanjang struktur yang sama.
Kedua, tsunami yang dimodelkan untuk dua segmen megathrust (gerak sesar naik besar) dan backthrust (sesar naik) yang pecah secara bersamaan menunjukkan bahwa ketinggian tsunami dapat mencapai hingga ~34 m di pantai selatan Sumatera paling selatan dan Jawa Barat, dengan ketinggian gelombang rata-rata sekitar 11 m.
Dalam penelitian itu tidak disebutkan secara spesifik mengenai provinsi-provinsi hasil pemodelan dengan ketinggian tsunami 34 meter, namun sesuai hasil penelitian wilayah tersebut hanya terbatas di pantai selatan Sumatera paling selatan dan Jawa Barat.
Meski riset tersebut memodelkan tinggi tsunami, menurut Supartoyo dalam artikelnya, kejadian gempa bumi dan tsunami hingga kini belum dapat diramal menyangkut waktu, kekuatan dan lokasinya. Upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan upaya mitigasi yang secara struktural dan non struktural.
Mitigasi struktural dilakukan melalui pembangunan fisik untuk dapat mengurangi jenis-jenis bahaya gempa bumi dan tsunami. Mitigasi non struktural dilakukan dengan meningkatkan kapasitas pemerintah setempat dan penduduk yang bermukim dan beraktivitas di KRBG dan KRBT guna menghadapi ancaman potensi bencana gempa bumi dan tsunami.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan bahwa Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jawa Barat diprediksi terkena gempa megathrust dan tsunami berketinggian 34 meter, adalah klaim yang sebagian benar.
Dalam penelitian Pepen Supendi dkk., tidak disebutkan secara spesifik mengenai provinsi-provinsi hasil pemodelan tsunami dengan ketinggian tsunami 34 meter, namun sesuai hasil penelitian, wilayah tersebut hanya terbatas di pantai selatan Sumatera paling selatan dan Jawa Barat.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id