Keliru, Klaim Kasus Gondongan dan Cacar Terjadi Setelah Vaksin Covid-19

Rabu, 25 September 2024 20:23 WIB

Keliru, Klaim Kasus Gondongan dan Cacar Terjadi Setelah Vaksin Covid-19

Kolase video berisi klaim bahwa penyakit gondongan dan cacar disebabkan oleh vaksin Covid-19 dan polio, disebarkan oleh akun Instagram ini [arsip]. Isi konten mengaitkan bahwa pandemi Covid-19 dan munculnya penyakit-penyakit lanjutan tertulis dalam The Rockefeller Playbook, dokumen yang disebut agenda dari para elit untuk merencanakan pandemi dalam tiga fase.

“Makin banyak kasus cacar dan gondongan justru setelah mandatory. Pahamilah para ortu, pola elite menciptakan cipta kondisi,” demikian salah satu teks yang termuat. Di akhir video, konten itu memuat penyembuhan cacar dan gondongan dengan bahan herbal seperti jeruk nipis dan kapur sirih.

Hingga artikel ini ditulis, unggahan tanggal 12 September tersebut sudah disukai 112 kali. Benarkah penyakit cacar dan gondongan banyak terjadi setelah vaksinasi dan pandemi Covid-19?

PEMERIKSAAN KLAIM

Advertising
Advertising

Klaim 1: Vaksinasi Covid-19 sebabkan cacar air, cacar monyet, dan gondongan meningkat

Fakta: Vaksinasi justru untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu dengan merespon imun tubuh.

Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai ahli dan menggunakan rujukan ilmiah. Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, vaksinasi Covid-19 tidak menyebabkan penyakit cacar (cacar air maupun cacar monyet) serta gondongan meningkat.

“Sebelum pandemi dan vaksinasi Covid-19, cacar dan gondongan itu sudah ada dan jauh lebih besar dibanding yang muncul saat ini,” kata Dicky kepada Tempo, Selasa, 24 September 2024.

Cacar air (chickenpox) atau varicella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV), bukan oleh vaksin Covid-19. Penyakit tersebut ditularkan melalui udara yang menyebar ke seluruh dunia melalui batuk, bersin, dan kontak dengan lesi kulit. Kata chickenpox sendiri sudah dikenal sejak pertengahan abad ke-16, jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

Cacar air terjadi di semua negara dan bertanggung jawab atas sekitar 7000 kematian setiap tahunnya. Di negara-negara beriklim sedang, ini adalah penyakit yang umum terjadi pada anak-anak, dengan sebagian besar kasus terjadi pada musim dingin dan musim semi. Di daerah tropis, cacar air cenderung terjadi pada orang yang lebih tua dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius.

Sedangkan cacar monyet juga ditemukan juga sebelum pandemi Covid-19, yakni terjadi pada seorang anak laki-laki berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo pada 1970. Cacar monyet disebabkan oleh infeksi zoonosis, virus monkeypox, sebuah virus orthopox yang terkait erat dengan virus variola yang menyebabkan cacar. Kasus pertama di luar Afrika, ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 2003.

Kemudian, terkait gondongan, disebabkan oleh infeksi virus dari golongan paramyxovirus. Virus ini bisa masuk ke dalam tubuh manusia kemudian akan menetap, berkembang biak, dan menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada kelenjar parotis.

Penyakit gondongan telah ditemukan dalam literatur pengobatan Cina sejak tahun 640 SM. Wabah gondok pernah terjadi dengan 327.759 kasus di Cina pada tahun 2013, 56.000 kasus di Inggris pada tahun 2005, dan 1.251 kasus pada tahun 2014 di Amerika Serikat.

Klaim 2: The Rollercoaster Playbook rencanakan pandemi Covid-19

Fakta: Dokumen yang diklaim The Rollercoaster Playbook tersebut pernah beredar di Amerika Serikat pada Januari 2021. Outlet cek fakta dari USA Today dan Snopes, menjelaskan bahwa tidak ada dokumen "Operation Lockstep" tersebut dan gambar itu tidak berasal dari "Rockefeller Playbook." Mereka yang menyebarkan rumor ini telah menghubungkan "Operation Lockstep" dengan sebuah laporan berjudul "Scenarios for the Future of Technology and International Development" yang diterbitkan oleh The Rockefeller Foundation pada tahun 2010.

Dokumen tersebut sebenarnya membayangkan tentang empat narasi skenario pandemi yang berpotensi terjadi di masa depan. Dari empat skenario tersebut hanya satu yang menyebut "Lock Step," yang membahas pandemi global.

Fakta lain di dalam dokumen The Rockefeller Foundation tidak menyebutkan bahwa lockdown atau penguncian akan mengondisikan masyarakat untuk hidup di bawah hukum yang kejam, mencegah protes dan mengidentifikasi perlawanan publik dan juga tidak menyebutkan kata "COVID".

Peneliti virologi dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si menjelaskan bahwa isi dokumen "The Rockefeller Playbook” tersebut berisi teori konspirasi yang tidak berdasarkan fakta ilmiah. Teori ini mengklaim bahwa pandemi dirancang secara sengaja untuk melemahkan sistem kekebalan manusia dan memaksakan vaksinasi massal, dengan skenario anarki dan kekacauan jika vaksin tidak diterima oleh semua orang.

“Namun, penting untuk ditegaskan bahwa informasi ini adalah hoaks yang berbahaya dan tidak berdasarkan fakta ilmiah,” ungkap Arif, melalui pesan singkat.

Pada fase pertama yang menyebut bahwa sistem pengujian Covid-19 "cacat" dan angka kasus sengaja diinflasi, menurut Arif, adalah tidak benar. Proses pengujian Covid-19 melalui PCR dan metode lain, telah diuji secara ilmiah dan diakui oleh berbagai otoritas kesehatan global, termasuk WHO. Penghitungan kasus juga berdasarkan protokol medis yang jelas dan transparan.

Kedua, tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan paparan radiasi 5G dengan pelemahan sistem kekebalan tubuh atau penyebaran Covid-19. Klaim ini sudah berulang kali dibantah oleh komunitas ilmiah. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, bukan akibat radiasi.

Ketiga, tidak ada bukti bahwa virus SARS, HIV, atau MERS yang "bersenjata" akan dilepaskan untuk memaksa vaksinasi. Vaksin Covid-19 yang ada saat ini dikembangkan melalui penelitian yang ketat dan telah terbukti aman serta efektif melindungi masyarakat dari virus.

KESIMPULAN

Hasil verifikasi Tempo tentang klaim kasus gondongan dan cacar terjadi setelah vaksin Covid-19 adalah keliru.

Cacar air, cacar monyet dan gondongan disebabkan oleh virus jenis lain, bukan karena vaksin Covid-19. Penyakit-penyakit ini telah ditemukan dan pernah mewabah jauh sebelum pandemi Covid-19. Sedangkan “The Rockefeller Playbook” tidak pernah ada dan tidak pernah diterbitkan oleh The Rockefeller Foundation.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id