Keliru, Lebam Mata Kiri Paus Fransiskus yang Diklaim Akibat Ritual Satanic Terkait Munculnya Cacar Monyet

Selasa, 17 September 2024 09:30 WIB

Keliru, Lebam Mata Kiri Paus Fransiskus yang Diklaim Akibat Ritual Satanic Terkait Munculnya Cacar Monyet

Video berdurasi 1 menit 16 detik berisi klaim bahwa mata lebam Paus Fransiskus akibat dari ritual satanic dikaitkan dengan merebaknya cacar monyet, diunggah sebuah akun di Instagram.

Video tersebut memperlihatkan foto saat mata kiri Paus Fransiskus lebam. Kolase video berikutnya mengaitkan virus Mpox sebagai pandemi berikutnya sebagai agenda mengurangi jumlah penduduk dunia (depopulasi).

Lantas benarkah lebam mata kiri pada Paus Fransisku adalah akibat ritual satanic yang bertujuan mengurangi jumlah penduduk dengan cacar monyet?

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan mata lebam Paus Fransiskus tersebut bukan karena ritual satanic ataupun terkait dengan virus cacar monyet yang direncanakan sebagai pandemi berikutnya untuk agenda depopulasi.

Untuk membuktikan klaim tersebut, Tempo mula-mula menelusuri sumber video yang yang dibagikan dengan terlebih dahulu memfragmentasi menjadi gambar menggunakan tools InVID, lalu gambar hasil fragmentasi ditelusuri dengan menggunakan tools Google Image dan Yandex Image.

Foto Paus Fransiskus memar dibagian mata kiri pada awal video misalnya diketahui merupakan foto yang diambil dari situs jual beli foto Shutterstock. Foto itu merupakan bidikan fotografer Italia, Pierpaolo Scavuzzo, saat Paus Fransiskus menghadiri audiensi umum mingguan di Kota Vatikan, Roma, Italia pada 13 September 2017.

Mata hitam yang terlihat pada Paus Fransiskus akibat kecelakaan di Kolombia. Foto Paus Fransiskus yang memperlihatkan memar di sekitar mata kiri dan alis juga dibidik fotografer AFP Alberto Pizzoli dan dipublikasikan pada situs jual-beli foto Getty 10 September 2017.

Sementara gambar seorang wanita yang dengan narasi “lebam mata kiri dan ritual Iblis terseram” yang berada di bagian atas gambar kepala Paus diketahui merupakan gambar yang diambi di konten youtube Hamim Nessie yang tayang pada 30 April 2024. Dalam konten ini tidak menjelaskan tentang penyebab memar hitam pada mata Paus Fransiskus. Kanal tersebut memberikan pernyataan bahwa konten yang mereka buat hanya untuk hiburan.

Dalam arsip berita Tempo menyebutkan luka lebam di bagian mata sebelah kiri pada Paus Fransiskus akibat kecelakaan yang terjadi di Kolombia pada Minggu 10 September 2017. Mata kiri juga benjol akibat terjatuh di mobil pembawa Paus. Insiden tersebut berlangsung ketika Paus berada di mobil dalam perjalanan meninggalkan Kolombia, Ahad, 10 September 2017 setelah memberikan kata sambutan Misa dan berakhirnya perang saudara selama 50 tahun.

Paus Fransiskus seperti dikutip dari Telegram, kehilangan keseimbangan saat berada di atas mobil kepausan yang bergerak di tengah kerumunan di Cartagena, Kolombia. Akibat kejadian itu, Paus mengalami memar di pipi dan alis kirinya, tetapi tidak terlalu parah.

Dilansir CNN, selain memar di bagian mata kiri, Kepala Paus Fransiskus juga terbentur di dalam Mobil Paus yang melukai alis dan pipi. Vatikan mengatakan setelah mengoleskan es dan perban kupu-kupu ke alisnya, Paus dalam kondisi baik-baik saja.

Paus Fransiskus mengunjungi Kolombia sebagai bagian dari perjalanan apostolik di Amerika Latin. Paus seperti dikutip dari VOA Indonesia menuntaskan lawatannya di Kolombia dengan acara yang sangat pribadi hari Minggu 10 September 2017 untuk menghormati Santo Petrus Claver, yang melayani ratusan ribu budak Afrika yang tiba di pelabuhan Cartagena untuk dijual pada masa penjajahan Spanyol. Agenda perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Kolombia pada 6-11 September 2017 bisa dilihat pada laman ini.

Tentang Cacar Monyet (Mpox)

Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus jenis orthopoxvirus. Virus ini menular melalui kontak dekat dengan orang atau hewan yang membawa virus monkeypox. Virus ini juga bisa menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi. WHO telah menetapkan cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global pada 14 Agustus 2024.

Meski punya potensi menjadi pandemi berikutnya, namun Mpox tidak akan sama dengan pandemi Covid-19. Dua ahli epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Joseph Eisenberg dan Andrew Brouwer, mengatakan beberapa faktor mengapa Mpox bukanlah pandemi Covid-19 berikutnya.

Pertama, virus Mpox tidak dapat berubah menjadi aerosol yang bertahan berjam-jam atau berhari-hari di udara seperti virus penyebab Covid-19. Kedua, virus ini memerlukan dosis yang jauh lebih tinggi untuk dapat menginfeksi manusia. “Jadi fakta bahwa virus ini tidak begitu menular adalah salah satu alasan mengapa mpox tidak akan menyebar seperti yang kita lihat pada penyebaran COVID,” kata Eisenberg, dikutip dari laman Universitas Michigan.

Selain itu, hanya orang yang bergejala dengan ruam dan lesi yang dapat menularkan ke manusia lain. Hal itu berbeda dengan mereka yang terinfeksi Covid-19 dan tidak bergejala namun tetap dapat menularkan serta menyebarkan virus SARS-CoV-2.

KESIMPULAN

Hasil pemeriksan fakta Tempo, foto Paus Fransiskus memar dibagian mata kiri diklaim akibat dari ritual satanic adalah Keliru.

Foto tersebut merupakan foto yang diambil dari situs jual beli foto Shutterstock bidikan fotografer Italia, Pierpaolo Scavuzzo, saat Paus Fransiskus menghadiri audiensi umum mingguan di Kota Vatikan, Roma, Italia pada 13 September 2017

Luka lebam di bagian mata sebelah kiri pada Paus Fransiskus akibat kecelakaan yang terjadi di Kolombia pada Minggu 10 September 2017. Mata kiri juga benjol setelah terjatuh di mobil pembawa Paus. Insiden tersebut berlangsung ketika Paus berada di mobil dalam perjalanan meninggalkan Kolombia, Ahad, 10 September 2017, untuk memberikan kata sambutan Misa dan berakhirnya perang saudara selama 50 tahun dan tidak terkait dengan ritual satanic.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id