Keliru, Klaim bahwa Vaksin Covid-19 Menggunakan Bahan Kimia Penyebab Kanker

Selasa, 13 Agustus 2024 21:33 WIB

Keliru, Klaim bahwa Vaksin Covid-19 Menggunakan Bahan Kimia Penyebab Kanker

Sebuah akun Instagram [arsip] mengunggah tangkap layar sebuah media yang menarasikan bahwa dalam vaksin Covid-19, ilmuwan farmasi mengakui menempatkan bahan kimia penyebab kanker di jabs Covid.

Benarkah klaim ilmuwan mengetahui bahwa ada bahan kimia penyebab kanker di jabs covid? Berikut pemeriksaan faktanya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Tim Cek Fakta Tempo menelusuri klaim tersebut menggunakan sumber terbuka baik pemberitaan maupun jurnal kesehatan yang kredibel. Hasilnya, tangkap layar artikel yang beredar merupakan terjemahan dari laman Thepeoplevoice.tv. Artikel ini menyertakan klaim dari beberapa ilmuwan, salah satunya Sasha Latypova yang dipublikasikan pada 14 Juli 2023.

Advertising
Advertising

Hasil pencarian Google, Latypova muncul dalam sejumlah artikel, berita, dan siniar tentang isu kesehatan, khususnya terkait Covid-19. Pada laman LinkedIn, ia menyebutkan dirinya sebagai pengusaha farmasi dan alat kesehatan.

Tempo juga menemukan sejumlah klaim Latypova dibantah otoritas kesehatan. Laman University of Illinois Urbana dan FactCheck.org menuliskan bantahan FDA, lembaga pengawas peredaran obat dan makanan Amerika Serikat terkait beberapa klaimnya.

Pemeriksa fakta FactCheck.org menulis, semua uji klinis vaksin sangat nyata. Tidak hanya ribuan orang Amerika yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin Covid-19, data dari uji coba ini ditinjau oleh FDA sebelum mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat dan persetujuan.

Disebutkan juga, data uji coba ditinjau oleh beberapa kelompok peninjau independen untuk FDA dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dalam pertemuan yang dapat diakses oleh publik. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal yang ditinjau oleh rekan sejawat. Gagasan bahwa uji coba ini tidak nyata akan meruntuhkan kepercayaan dan memunculkan pemikiran konspiratif.

Kesalahan penggolongan Latypova kemungkinan besar berasal dari ketidakpahamannya terhadap undang-undang yang mengatur Otorisasi Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) yang berbeda dengan FDA. EUA dapat mencakup berbagai diagnostik, perawatan, atau vaksin selama situasi luar biasa seperti pandemi. Hal ini berbeda dengan persetujuan penuh, yang tidak memerlukan uji klinis. Meski begitu, peraturan hukum secara khusus mengatakan bahwa EUA dapat mempertimbangkan data "dari uji klinis yang memadai dan terkontrol dengan baik, jika tersedia." Sedangkan untuk vaksin COVID-19, FDA menjelaskan dalam panduannya bahwa uji klinis diperlukan.

Terkait klaim yang menyebut ahli farmasi telah menempatkan bahan kimia penyebab kanker di vaksin Covid-19, juga dibantah Patrick Jackson, spesialis penyakit menular di University of Virginia Health. Kepada USA TODAY, ia mengatakan bahwa tidak ada bahan aktif dalam vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, atau Johnson & Johnson yang bersifat karsinogenik. Karsinogenik merupakan zat atau senyawa yang berpotensi menyebabkan kanker.

Dr. Arif Kamal dari American Cancer Society, kepada USA TODAY juga mengatakan bahwa pihaknya telah memeriksa hal tersebut dengan direktur pusat kanker dan rekan-rekan di seluruh negeri. “Tidak ada yang melihat hal tersebut (potensi kanker)," ujarnya.

Dilansir The National Cancer Institute Center for Cancer Research, Jordan L. Meier, peneliti senior di National Cancer Institute yang telah mempelajari peran N1-methylpseudouridine dalam vaksin COVID-19. “Penulis makalah tinjauan tersebut salah mengartikan apa yang dilakukan oleh N1-methylpseudouridine,” kata Meier.

Ia juga menambahkan, tinjauan tersebut tidak memberikan bukti bahwa N1-methylpseudouridine membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih buruk dalam menghadapi ancaman di masa depan.

Tempo juga menelusuri Thepeoplevoice.tv dengan mediabiasfactcheck.com. The People's Voice disebutkan sebagai sumber yang patut dipertanyakan karena bias sayap kanan lantaran kerap mempublikasi klaim-klaim ekstrem dan mempromosikan konspirasi. Situs web ini juga tidak memiliki kredibilitas karena secara rutin menerbitkan berita palsu termasuk propaganda anti vaksin.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran dan analisis Tim Cek Fakta Tempo, klaim pengakuan ahli farmasi telah menempatkan bahan kimia penyebab kanker divaksin Covid-19, terbukti menyesatkan.

Klaim-klaim tersebut telah dibantah oleh peneliti dan juga otoritas yang mengawasi peredaran dan penggunaan vaksin Covid-19. Media yang menuliskan klaim ini tidak dapat dijadikan rujukan karena memiliki rekam jejak kampanye anti vaksin, teori konspirasi, dan bias sayap kanan.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id