Keliru, Klaim soal Prof. Budi Indarto Sarankan Cuci Ginjal Alami dengan Air Rebusan Seledri
Selasa, 23 Juli 2024 19:30 WIB
Sebuah narasi beredar di WhatsApp dan Facebook akun ini, ini, dan ini, yang mengatakan orang bernama Prof. Dr. Ir. Budi Indarto membagikan cara cuci ginjal secara alami menggunakan air rebusan seledri. Konten itu mengatakan Budi membagikan saran cuci ginjal alami menggunakan air rebusan seledri sebagai pengganti pengobatan cuci ginjal. Hal itu diklaim bisa menghemat biaya pengobatan sampai puluhan juta rupiah.
Pesan berantai tersebut berisi langkah-langkah untuk membuat rebusan seledri tersebut. seikat daun seledri dicuci, dipotong kecil-kecil, dan rebus dalam panci bersama seliter air. Didihkan sampai sepuluh menit lalu biarkan sampai dingin. Saring dan tuangkan airnya dalam botol, simpan dalam kulkas, dan minum setiap hari.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah minum air rebusan seledri bisa menggantikan proses pengobatan cuci ginjal?
PEMERIKSAAN FAKTA
Pertama, Tempo memeriksa benarkah ada nama Prof. Budi Indarto dalam direktori dokter di Indonesia yang telah melakukan penelitian tentang daun seledri untuk cuci ginjal secara alami?
Tempo memeriksa nama tersebut dalam laman Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), suatu badan otonom, mandiri, non struktural dan bersifat independen, yang bertanggung jawab kepada Presiden RI.
KKI salah satunya bertugas untuk menangani pendaftaran seluruh dokter yang berpraktik. KKI membuat laman Cek Dokter yang dapat diakses oleh publik untuk mengawasi dokter, termasuk mencegah adanya dokter gadungan.
Cara penggunaan laman tersebut adalah dengan memasukkan nama depan atau nama belakang, tanpa gelar. Tempo kemudian mencari nama Budi dan Indarto secara terpisah, namun tidak terlacak nama Budi Indarto dalam laman KKI.
Cara kedua, adalah dengan melacak hasil penelitian tentang air rebusan seledri untuk cuci ginjal melalui Google Scholar. Terdapat sejumlah riset mengenai seledri yang dikaitkan dengan ginjal. Namun tidak ada namanya Budi Indarto dalam penelitian terkait seledri bagi kesehatan ginjal.
Pesan berantai terkait terapi gagal ginjal dengan air rebusan seledri tersebut telah beredar setidaknya sejak tahun 2015. Selain di Facebook, saat itu narasi juga beredar di forum daring populer, Kaskus.
Dokter konsultan ginjal dan hipertensi Aida Lydia menjelaskan ada tiga pilihan dalam pengobatan gagal ginjal, yakni Hemodialisis alias cuci darah yang bisa dilakukan di fasilitas kesehatan, Peritoneal Dialysis menggunakan cairan khusus yang bisa dikerjakan secara mandiri, dan ketiga transplantasi ginjal.
Cara pertama dan kedua pada prinsipnya membersihkan darah dari zat beracun, yang sesungguhnya bisa dilakukan ginjal dalam kondisi normal. Sementara transplantasi adalah pergantian ginjal yang rusak dengan ginjal sehat dari pendonor.
Sementara Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. Apt. Taofik Rusdiana, M.Si., PhD, menjelaskan potensi herba seledri untuk pengobatan batu ginjal. Dikutip dari laman Universitas Padjajaran, ia mengembangkan penelitian herbal dari seledri untuk mengatasi batu ginjal. Dengan metode in vitro, infus seledri di atas kadar 10% dapat melarutkan komponen batu secara signifikan. Sedangkan pada sediaan ekstrak dengan konsentrasi di atas 3% dapat melarutkan komponen batu ginjal lebih besar secara signifikan.
Sementara melalui metode In Vivo atau uji pada hewan percobaan tikus, pada dosis 10mg/100g bb tikus, kalsium yang terlarut itu signifikan dibandingkan kontrol negatifnya. Untuk dosis 20mg/100g bb tikus juga menunjukan angka yang lebih signifikan.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan seseorang bernama Prof. Dr. Ir. Budi Indarto membagikan saran mengganti cuci ginjal dengan terapi air rebusan seledri adalah keliru.
Tidak ditemukan profesor di bidang kesehatan dengan nama tersebut. Istilah cuci ginjal juga tidak ada dalam pengobatan gagal ginjal secara medis, melainkan yang benar adalah cuci darah. Cuci darah tidak bisa digantikan dengan minum air rebusan seledri.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id