Menyesatkan, Starbucks Ganti Brand Demi Hindari Boikot Produk Israel
Kamis, 20 Juni 2024 21:12 WIB
Sebuah foto diunggah akun pengguna media sosial Meta, Thread, dengan narasi Starbucks mengganti nama jenama (brand) menjadi Vista Coffee karena tidak tahan dengan boikot produk Israel.
Dalam keterangan unggahan, si pengunggah menuliskan: Starbucks melakukan penggantian nama brand menjadi Vista Coffe? Kog bisa? apakah karena boycott yg dilakukan sekelompok massa pro Palestina?Sebagian orang berpendapat bahwa penggantian brand tsb, karena imbas boycot?
Diunggah pada 19 Juni 2024, unggahan Thread itu disukai 273 orang, mendapat 59 komentar, dan diteruskan sebanyak 29 kali oleh warganet.
Benarkah Starbucks mengganti nama jenama menjadi Vista Coffee karena imbas aksi boikot produk Israel sejak perang Israel-Palestina pecah?
PEMERIKSAAN KLAIM
Tempo memeriksa foto yang digunakan dalam unggahan Thread tersebut. Foto yang menjadi ilustrasi unggahan itu identik dengan foto yang diunggah oleh akun Instagram Khas Muslim, berikut tulisan “Waduh! Tidak tahan dengan boikot, Starbucks ganti nama jadi Vista Coffee”. Disebutkan bahwa lokasinya di Starbucks, Bandara Dublin, Irlandia.
Faktanya, pihak bandara menjelaskan bahwa Vista Coffee hanyalah merek sementara, sebelum brand lokal baru akan menempati gerai tersebut secara permanen pada Maret 2024. Melalui situs web resmi Bandara Dublin, pergantian nama itu dilakukan karena kontrak Starbucks telah habis pada Desember 2023 lalu.
"Operator baru (yang menggunakan produk Starbucks) akan menjalankan kafe tersebut sebagai Vista, memastikan pelanggan mendapatkan layanan terbaiknya," bunyi cuitan akun tersebut, dikutip dari Detik.com, Rabu, 10 Januari 2024.
Pihak bandara menambahkan, perubahan tersebut merupakan bagian dari perombakan besar-besaran pada gerai makanan dan minuman (food and beverage/F&B) di T1 dan T2 dalam beberapa bulan mendatang.
Akibat tren perlambatan bisnis makanan-minuman
Bukan kali ini saja Starbucks menghadapi kritik maupun sentimen publik. Selain aksi boikot produk Israel sejak perang Israel-Palestina, selama dua dekade terakhir, masyarakat pernah mengkritik brand gerai kopi ini karena mendukung pernikahan sesama jenis dan upaya serikat pekerja yang dilakukan oleh karyawannya. Meskipun demikian, perusahaan ini tetap berkembang.
Namun beberapa analis mengaitkan perlambatan penjualan di Starbucks sebagai gejala penurunan sentimen yang lebih luas di antara konsumen Amerika Serikat. Dilansir Financial Times, pemulihan ekonomi yang terhenti di Cina berdampak pada perusahaan lantaran Cina merupakan pasar terbesar keduanya. Di sana, Starbucks memiliki sekitar 6.500 gerai. Ada pula analisis yang menilai perlambatan pendapatan ini berkaitan dengan peluncuran menu musim dingin yang baru, yang mungkin mengecewakan para pelanggan. "Kemampuan kami untuk mengaitkan [perlambatan] ini dengan potensi boikot sangat, sangat menantang, meskipun perusahaan mengakui dampaknya," ujar Matthew Goodman, analis senior di firma riset data M Science.
Sementara menurut laporan Bloomberg per Desember 2023, Starbucks kehilangan hampir $12 miliar dalam nilai pasar saham Nasdaq selama dua minggu sebelumnya. Sahamnya turun 1,6% pada hari Senin, menurun selama 11 sesi berturut-turut dalam penurunan terpanjang sejak debut publik Starbucks pada tahun 1992. Secara keseluruhan, kemerosotan ini menghapus 9,4% dari nilai pasar Starbucks, sebuah penurunan sebesar hampir $12 miliar.
Dalam laporan Bloomberg juga menyebutkan bahwa berita Starbucks itu menunjukkan tren "perlambatan" di seluruh industri makanan ringan dan kopi. Merujuk perusahaan riset berbasis data, M Science, tren penjualan di industri makanan ringan dan kopi melambat dari minggu ke minggu selama periode tujuh hari hingga 19 November di tengah boikot dan pemogokan buruh pada Red Cup Day, 16 November 2023 di 200 lokasi di Amerika Serikat.
KESIMPULAN
Unggahan dengan narasi Starbucks mengganti nama jenama menjadi Vista Coffee akibat imbas aksi boikot produk Israel adalah menyesatkan.
Faktanya, Vista Coffee hanyalah merek sementara, sebelum brand lokal baru akan menempati gerai tersebut secara permanen pada Maret 2024. Pergantian nama itu dilakukan karena kontrak Starbucks telah habis pada Desember 2023 lalu.
Namun secara umum, boikot produk Israel bukan penyebab utama penurunan pendapatan Starbucks. Sejumlah analisis menyebut perlambatan penjualan di Starbucks sebagai gejala penurunan sentimen yang lebih luas di antara konsumen Amerika Serikat, termasuk ekonomi di Cina sebagai pasar terbesar kedua Starbucks.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id