Keliru, Klaim bahwa Disease X Bocoran Pandemi Berikutnya yang Disiapkan oleh WHO

Sabtu, 1 Juni 2024 13:04 WIB

Keliru, Klaim bahwa Disease X Bocoran Pandemi Berikutnya yang Disiapkan oleh WHO

Sebuah akun Instagram [arsip] mengunggah cuplikan video dengan narasi Disease X adalah bocoran pandemi berikutnya.

Berikut cuplikan pernyataan dalam video tersebut “...tapi Bu, sekitar di akhir tahun kemarin itu saya baca dari CNBC, nanti saya akan share ya, itu linknya ke temen-temen sekalian, itu WHO itu sudah mewarning tuh, katanya ada si penyakit X ini. Saya beberapa kali ngebahas ini di TikTok dan itu selalu di takdown. Saya juga bingung kenapa?

Video berdurasi empat menit tersebut diunggah pada 10 Mei 2024, dan sampai saat ini disukai 122 pengguna Instagram. Benarkah Disease X adalah pandemi berikutnya yang disampaikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)? Berikut pemeriksaan faktanya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim dengan menggunakan sumber terbuka yang kredibel. Juga menelusuri sumber asli video.

Sumber Video

Berdasarkan penelusuran Tempo, potongan video tersebut diambil dari kanal YouTube RRNewlitics yang diunggah pada 29 Februari 2024. Video ini berisi wawancara dengan Dr.dr.Siti Fadilah Supari,Sp.JP(K), mantan menteri kesehatan periode 2004-2009.

Dalam video ini Siti Fadilah Supari, ia bercerita tentang pandemi Covid-19 dan juga kasus flu burung.

Tentang Disease X

Dilansir Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Amesh Adalja, MD, peneliti Johns Hopkins Center for Health Security, Penyakit X adalah konsep pelabelan sementara (placeholder) yang mengacu pada patogen pandemi yang belum dikarakterisasi atau belum diketahui.

Tujuan pelabelan sementara ini untuk mendorong pemikiran proaktif tentang patogen yang dapat menyebabkan pandemi. Ini merupakan cara untuk mendorong pemikiran masyarakat agar tidak terpaku pada daftar patogen pandemi sebelumnya seperti influenza.

Konsep penyakit X ini sudah ada sejak tahun 2018. Dilansir laman World Economic Forum, pada tahun 2018, WHO merilis rincian daftar penyakit yang mungkin menyebabkan epidemi di masa depan, termasuk virus Ebola dan Marburg, demam Lassa, demam Rift Valley, Zika - dan “Penyakit X”.

Marie-Paule Kieny, mantan asisten direktur jenderal WHO untuk penelitian dan pengembangan mengatakan pada tahun 2018, WHO mempersiapkan peta jalan penelitian dan pengembangan jenis obat dan diagnostik yang diperlukan untuk memerangi penyakit tertentu.

Kieny juga menambahkan “penyakit X menurut WHO, “mewakili pengetahuan bahwa epidemi internasional yang serius dapat disebabkan oleh patogen yang saat ini tidak diketahui menyebabkan penyakit pada manusia”.

Dilansir The Telegraph, pada awal februari 2018, WHO dan ilmuwan menyampaikan tentang patogen baru yang mematikan yang disebut Penyakit X. Disebutkan bahwa penyakit X bukanlah patogen yang baru teridentifikasi, melainkan apa sebagai “yang belum diketahui”. Ini adalah penyakit yang dipicu oleh mutasi biologis, atau mungkin kecelakaan atau serangan teror, yang mengejutkan dunia dan menyebar dengan cepat.

John-Arne Rottingen, kepala eksekutif Dewan Riset Norwegia dan penasihat ilmiah untuk komite WHO mengatakan “Mungkin terlihat aneh untuk menambahkan huruf ‘X’ tetapi intinya adalah untuk memastikan bahwa kita mempersiapkan dan merencanakan secara fleksibel dalam hal vaksin dan tes diagnostik”.

Dengan memasukkannya penyakit X ke dalam daftar, WHO mengakui bahwa penyakit menular dan epidemi yang ditimbulkannya pada dasarnya tidak dapat diprediksi. Seperti flu Spanyol yang menewaskan 50 juta hingga 100 juta orang antara tahun 1918 dan 1920.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim yang menyebut Disease X adalah bocoran pandemi berikutnya yang disiapkan oleh WHO adalah keliru.

Penyakit X bukanlah patogen yang baru teridentifikasi, melainkan apa sebagai “yang belum diketahui”. Atau pelabelan sementara (placeholder) patogen pandemi yang belum dikarakterisasi atau belum diketahui agar ada tindakan proaktif untuk mencegah.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id