Belum Ada Bukti, Video yang Diklaim Perempuan Tertua Berusia 230 Tahun

Sabtu, 25 Mei 2024 12:00 WIB

Belum Ada Bukti, Video yang Diklaim Perempuan Tertua Berusia 230 Tahun

Sebuah video beredar di Facebook [arsip] yang diklaim memperlihatkan seorang perempuan yang berusia 230 tahun. Video itu telah dibagikan lebih dari tujuh ribu kali.

Video itu memperlihatkan seorang perempuan tua yang berbaring dan disuapi makanan oleh orang lain. Kondisi kulit perempuan tersebut telah berkerut dan seluruh rambutnya putih.

Berikut tulisan yang ditempelkan di video: Nenek berusia ratusan tahun yang masih hidup dan menjadi yang tertua di dunia…!!

230 tahun hidup di zaman apa Kerajaan Mataram kah..??

Advertising
Advertising

Namun, benarkah wanita dalam video itu berusia 230 tahun?

PEMERIKSAAN FAKTA

Sumber video maupun identitas wanita tersebut tidak ditemukan dari penelusuran menggunakan mesin pencari. Namun sejumlah informasi dari sumber-sumber kredibel membantah klaim yang beredar tersebut.

Video itu tidak disertai bukti bahwa perempuan tersebut berusia 230 dari zaman Kerajaan Mataram, sebagaimana yang dinarasikan. Baik bukti keterangan dokter atau pakar yang relevan, maupun bukti dokumen kelahiran, tidak ditampilkan.

Beberapa dokumen kependudukan paling tua di Indonesia ada di Kantor Dinas Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta tertanggal tahun 1829, sebagaimana disebutkan dalam website Dinas Dukcapil Kabupaten Bandung.

Artinya pemerintah Indonesia tidak menyimpan dokumen kependudukan era sebelumnya, termasuk yang dari zaman Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram Kuno alias Kerajaan Medang berdiri tahun 732 sampai 1007. Sementara Kerajaan Mataram Islam berdiri sejak tahun 1600-an sampai 1800-an.

Lembaga rekor dunia, Guinness World Record, menyatakan wanita dengan umur paling panjang di dunia ialah Jeanne Louise Calment, warga Prancis. Ia hidup selama 122 tahun ditambah 164 hari, sejak tahun 1875 sampai 1997.

Sementara wanita tertua yang masih hidup, menurut Guinness World Record, adalah warga Spanyol bernama Maria Branyas Morera. Ia lahir tahun 1907, yang berarti saat ini berusia 117 tahun.

Bisakah Manusia Sampai Usia 230 Tahun?

Dilansir BBC, Vadim Gladyshev dari Universitas Harvard menjelaskan penuaan adalah penyebab utama penderitaan dan kematian manusia. Sebagian besar penyakit kronis diawali penuaan, seperti kanker, alzheimer, dan diabetes.

Maka, bilapun manusia tidak mengalami kecelakaan atau hal buruk lain sehingga selalu sehat, tetap saja tubuhnya tidak akan bertahan selamanya, karena mengalami penuaan.

“Tetapi jika Anda menunda penuaan, Anda dapat menunda timbulnya semua penyakit ini sekaligus,” kata Gladyshev.

Penuaan juga mengurangi kemampuan pemulihan dan regenerasi pada tubuh manusia. Bahkan proses itu juga menimbulkan gangguan fungsi dan matinya sel-sel pada tubuh. Kondisi tubuh menjadi semakin rentan terkena penyakit.

Dilansir Scientific American, bila manusia menjalani hidup sehat dan berumur panjang, ia akan bisa hidup maksimal 120 sampai 150 tahun. Lantaran semakin tua, kemampuan pemulihan tubuh setelah terjadi masalah kesehatan, akan memudar.

Kesimpulan itu diperoleh Timothy Pyrkov dan rekan-rekannya dari lembaga penelitian Gero yang berbasis di Singapura, setelah mengamati laju penuaan tiga kelompok besar populasi manusia di Amerika Serikat, Inggris dan Rusia.

Mereka menemukan bahwa jumlah langkah harian, kestabilan berjalan dan jumlah sel darah dalam tubuh orang-orang yang diteliti, mengalami penurunan atau pengurangan kemampuan pemulihan. Hal itu juga terjadi di luar faktor penyakit.

KESIMPULAN

Berdasarkan verifikasi Tempo, narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan wanita berusia 230 tahun atau sejak zaman Kerajaan Mataram, adalah klaim yang belum ada bukti.

Namun, penelitian menyimpulkan bahwa batas maksimum manusia bisa hidup ialah selama 120 sampai 150 tahun, karena proses penuaan akan menurunkan kemampuan tubuh dalam regenerasi dan memulihkan diri.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id