Keliru, Uranium Tak Bisa Diandalkan sebagai Bahan Bakar Alternatif karena Akan Habis dalam Waktu 80 Tahun
Senin, 29 April 2024 17:50 WIB
Sebuah akun Facebook [arsip] membagikan klaim bahwa Uranium tidak bisa diandalkan sebagai bahan bakar alternatif karena akan habis dalam waktu 80 tahun. Konten itu berupa video yang menampilkan sejumlah animasi, seperti laboratorium, mobil, mesin, alat-alat mekanik hingga pabrik.
Berikut narasi lengkap yang disampaikan narator video:
“Inilah Uranium salah satu elemen yang menarik. Bayangkan, jika anda menggantikan bensin dalam mobil anda dengan Uranium, mobil anda bisa berjalan selama 15.000 ribu tahun hanya dengan 2 kilogram Uranium. Tapi mengapa tidak ada negara yang memanfaatkan Uranium ini secara luas. Uranium adalah bahan yang sangat radioaktif seperti yang ada bisa lihat dengan jelas partikel Alfa dan Beta yang dilepaskan saat ditempatkan di dalam ruang awan. Meskipun harganya sebanding dengan bensin sayangnya Uranium tidak dapat diandalkan sebagai alternatif bahan bakar karena akan habis dalam waktu 80 tahun. Sebaliknya, Uranium lebih banyak digunakan untuk menggerakkan reaktor nuklir yang menghasilkan listrik di banyak negara”
Konten yang dibagikan pada 14 Maret 2024 ini telah mendapat 968 komentar, 1,3 ribuan kali dibagikan ulang dan disukai 30 ribuan pengguna. Namun, benarkah Uranium tidak bisa diandalkan sebagai bahan bakar alternatif karena akan habis dalam waktu 80 tahun?
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi kebenaran klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo menghubungi Sutanto, Wakil Direktur Politeknik Teknologi Nuklir bidang Akademik, Yogyakarta.
Dia mengatakan, uranium bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif, karena tidak akan habis dalam kurun waktu 80 tahun, seperti klaim pembuat konten. Namun menurut Sutanto, hal itu tergantung dari penemuan-penemuan lokasi baru penambangan uranium.
“Kalau dianggap itu tidak ada lagi lokasi baru, tapi kan masih ada kemungkinan lokasi-lokasi terbaru lainnya,” kata Sutanto kepada Tempo saat dihubungi pada Sabtu, 27 April 2024.
Sutanto lanjut menjelaskan, sulit untuk menggunakan uranium menjadi bahan bakar alternatif pada kendaraan roda empat seperti mobil, karena prinsip pembakaran uranium adalah reaksi fisi yang membutuhkan reaktor yang tidak mudah jika dibuat dalam skala kecil untuk diangkut kendaraan roda empat atau yang lainnya.
“Pada kapal sudah bisa, seperti kapal selam militer Amerika Serikat sudah menggunakan uranium,” ucap Sutanto.
Dalam laporan Kompas.id berjudul “Alutsista Kapal Selam Nuklir, Tak Isi Bahan Bakar hingga 25 Tahun”, kapal selam nuklir mengusung reaktor nuklir untuk menghasilkan panas yang diperoleh dari fusi atom uranium. Panas ini kemudian didorong dan disalurkan ke ketel uap yang berisi air. Air tersebut lantas mendidih sehingga menghasilkan kekuatan tekanan uap yang amat besar.
Tekanan uap itu kemudian disalurkan pada generator turbo yang menghasilkan tenaga untuk reaktor. Di samping itu, juga disalurkan pada turbin utama untuk menciptakan tenaga gerak kapal dan pengisian baterai. Sisa uap air yang terus mengalir lalu dialirkan ke motor pendingin agar uap berubah kembali menjadi air. Selanjutnya air ini diteruskan kembali ke ketel uap. Begitu seterusnya.
Setelah kapal selam memanfaatkan tenaga nuklir, kemampuannya terbukti kian mumpuni. Terutama dalam hal konsistensi untuk tetap berada di bawah laut. Itu dimungkinkan karena sistem pembangkit nuklir (reaksi fusi atom uranium) tak membutuhkan sirkulasi udara. Dengan demikian kapal selam tak perlu sering muncul ke permukaan. Bahkan, kapal selam nuklir mampu mengelilingi dunia dalam waktu dua bulan tanpa muncul ke permukaan.
Pelayaran kapal selam nuklir juga lebih efisien dalam hal bahan bakar. Dengan uranium, kapal selam nuklir milik AL AS dapat beroperasi hingga 25 tahun tanpa mengisi bahan bakar yang diganti biasanya hanya komponen baterai yang sudah rusak.
Beberapa negara maju mengoperasikan sedikitnya 9 alutsista kapal selam bertenaga nuklir. Berikut di antaranya:
Amerika Serikat
Amerika Serikat menempati posisi teratas dalam daftar negara dengan kapal selam bertenaga nuklir terbanyak di dunia. Mereka mengoperasikan 67 kapal selam.
Rusia
Rusia berada di peringkat kedua. Dengan 31 kapal selam bertenaga nuklir, Rusia telah menorehkan jejaknya sejak era Uni Soviet dengan peluncuran K-3 Leninsky Komsomol pada 1957.
Cina
Cina sejauh ini tercatat memiliki 12 kapal selam bertenaga nuklir. Proyek kapal selam nuklir Cina dimulai 1958. Negeri Tirai Bambu ini membuktikan kemampuannya dengan peluncuran Changzheng 1 tipe 091 pada 1974. Komponen kapal selam ini diklaim buatan dalam negeri.
Inggris
Inggris melayarkan 10 kapal selam bertenaga nuklir. HMS Vanguard, kapal utama dari kelas Vanguard, telah berdinas sejak 1993 dengan kemampuan membawa alutsista rudal balistik Trident.
Perancis
Perancis melengkapi alutsistanya dengan 9 kapal selam bertenaga nuklir. Kapal selam pertama mereka, Le Redoutable, berlayar pada 1967. Setelah 20 tahun bertugas, kapal ini berubah menjadi museum hidup.
Dalam situs Databoks Katadata berjudul “10 Negara dengan Cadangan Uranium Terbesar di Dunia”, dijelaskan uranium merupakan salah satu jenis bahan baku yang digunakan sebagai sumber energi, yaitu tenaga nuklir. Uranium telah menyediakan bahan bakar untuk pembangkit tenaga nuklir selama lebih dari 60 tahun. Hingga saat ini, tenaga nuklir telah menyediakan 10% dari kebutuhan energi global.
Berdasarkan laporan World Nuclear Association total cadangan Uranium dunia diketahui mencapai 6,14 juta ton dengan produksi sebesar 54,7 ribu ton pada 2019. Jumlah produksi tersebut mencukupi 81% permintaan global.
Australia tercatat sebagai negara yang memiliki cadangan Uranium terbesar di dunia, yakni 1,69 juta ton atau menguasai 28% dari total cadangan Uranium dunia pada 2019. Kazakhstan menyusul di urutan kedua sebesar 906,8 ribu ton atau 15% dari total cadangan dunia.
Kanada berada di urutan ketiga dengan cadangan Uranium sebesar 564,9 ribu ton atau 9% dari cadangan dunia. Selanjutnya adalah Rusia mempunyai cadangan Uranium sebesar 486 ribu ton atau 8% cadangan dunia dan Namibia mempunyai cadangan Uranium 448,4 ribu ton atau 7% cadangan dunia.
Dalam artikel berjudul “Cadangan Uranium Dunia Cukup Sampai 3.600 Tahun Mendatang” yang diterbitkan pada Rabu 5 Desember 2012 di website Universitas Gadjah Mada disebutkan, ketersediaan uranium dunia diprediksikan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia hingga 3.600 tahun mendatang.
Staf Ahli Menristek Bidang Energi dan Material Maju, Dr. Agus R. Hoetman, mengatakan itu di acara Seminar Diseminasi Penelitian dan Arah Kebijakan Penelitian Untuk Ketahanan Pangan dan Energi di Fakultas MIPA.
Kata Agus, Uranium dengan proses recycle atau reprocessing bisa bertahan hingga 3.600 tahun lagi. Dengan demikian, uranium sangat potensial digunakan sebagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan energi dunia.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim uranium tidak bisa diandalkan sebagai bahan bakar alternatif karena akan habis dalam waktu 80 tahun, keliru.
Wakil Direktur Politeknik Teknologi Nuklir bidang Akademik, Yogyakarta, Sutanto, mengatakan sulit untuk menggunakan Uranium menjadi bahan bakar alternatif pada kendaraan roda empat, seperti mobil, karena prinsip pembakaran Uranium adalah reaksi fisi dan itu butuh reaktor yang tidak mudah jika dibuat dalam skala kecil untuk diangkut kendaraan roda empat atau mobil. Namun pada kapal sudah bisa, seperti kapal selam militer Amerika Serikat sudah menggunakan Uranium.
Ketersediaan uranium dunia diprediksikan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia hingga 3.600 tahun mendatang, dan sangat potensial digunakan sebagai alternatif dalam pemenuhan kebutuhan energi dunia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id