Benar, Klaim Prabowo Bahwa Stroke dan Jantung Penyebab Kematian Utama Indonesia dan Jumlah Dokter Spesialis yang Belum Memadai
Minggu, 4 Februari 2024 20:51 WIB
Calon Presiden nomor urut 2 untuk Pilpres 2024, Prabowo Subianto, mengatakan bahwa terdapat dua penyebab utama angka kematian penduduk Indonesia, yakni penyakit stroke dan jantung.
Hal itu disebabkan di beberapa kabupaten tidak ada dokter spesialis jantung dan stroke, serta tidak ada fasilitas CT scan yang memadai.
“Jadi saya lebih ke arah solutif langsung dan cepat, masalah kesehatan di Indonesia adalah kurangnya dokter, kurang 140.000 dokter itu yang utama. Bayangkan kalau ada yang kena stroke atau jantung, dua sebab kematian di beberapa kabupaten tidak ada dokter spesialis jantung atau spesialis stroke. Dua, perlengkapan yang memadai CT scan, jarang ada di kabupaten. Ini harus kita atasi,” kata Prabowo dalam Debat Capres Pilpres yang digelar KPU, Minggu, 4 Februari 2024.
Namun, benarkah klaim yang mengatakan angka kematian penduduk Indonesia yang utama adalah stroke dan jantung?
PEMERIKSAAN KLAIM
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti dikutip dari Kata Data, terdapat 10 penyakit sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Urutan pertama adalah stroke dengan 131,8 kasus kematian per 100 ribu penduduk. Kedua, ada jantung iskemik atau penyebab serangan jantung dengan 95,68 kasus.
Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi FK-KMK Universitas Gadjah Mada (UGM) Anis Fuad, S.Ked, DEA, menyatakan benar bahwa penyakit stroke dan jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian penduduk Indonesia.
“Namun demikian ketersediaan dokter spesialis, sarana, prasarana dan alkes untuk diagnostik dan penanganan penyakit jantung yang tidak merata menjadi salah satu sebab penanganan yang tidak optimal,” kata Anis, Minggu, 4 Februari 2024.
Ia mengutip data yang dilaporkan Suara.com, yang mengatakan bahwa Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyatakan bahwa terdapat empat provinsi di Indonesia yang memiliki dokter spesialis jantung kurang dari lima orang.
Empat provinsi itu adalah Maluku Utara, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Bengkulu. Dengan demikian rasio antara jumlah dokter spesialis jantung dan jumlah penduduk yang dilayani tidak proporsional.
Rasio proporsional seharusnya 28 orang dokter spesialis jantung melayani 100 ribu penduduk. Namun dengan kondisi yang ada, berarti rasionya sekitar satu dokter spesialis jantung melayani 100 ribu penduduk.
"Masih banyak memang, di kabupaten sekitar 230 kabupaten memang belum memiliki dokter spesialis jantung. Jadi ini baru sampai ke kota ibu kota provinsi," kata Ketua PERKI, Dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), pada 4 Agustus 2022.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim Prabowo terkait penyakit jantung dan stroke menjadi salah satu penyebab kematian utama penduduk Indonesia dan jumlah dokter spesialisnya yang belum memadai terjadi di sejumlah kabupaten, adalah benar.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id
Artikel ini adalah hasil kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen, Asosiasi Media Siber Indonesia, Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia, Cekfakta.com bersama 16 media dan 7 panel ahli di Indonesia.