Keliru, Beras Sintetis Beracun 'Tani Jaya' dari Cina Beredar di Cirebon
Rabu, 25 Oktober 2023 19:06 WIB
Sebuah gambar beredar di WhatsApp dan di Facebook [arsip] berisi klaim tentang beras sintetis bermerk ‘Tani Jaya’ dari Cina mengandung racun yang telah beredar di Cirebon. Disebut juga saat mengkonsumsi beras tersebut bisa menyebabkan sakit perut, diare, dan lemas.
Di sebagian unggahan Facebook, disertakan juga video pria memasukkan lembaran plastik bening ke dalam sebuah mesin yang menghasilkan butir plastik, dan diklaim sebagai proses pembuat beras sintetis tersebut. Namun, benarkah beras dalam gambar tersebut beracun dan sudah beredar di Cirebon?
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil verifikasi Tempo terhadap sumber-sumber berita kredibel, klaim dalam konten tersebut tidak berdasarkan bukti-bukti yang akurat.
Dikutip dari Radar Cirebon edisi Kamis, 12 Oktober 2023, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (DKUKMPP) Kota Cirebon, Iing Daiman, menyatakan tidak ada temuan beras plastik beracun di wilayahnya.
Menurut dia, hasil dari proses pemantauan instansinya, produk beras yang beredar di Cirebon aman dikonsumsi. “Hingga saat ini kami tidak menemukan beras berbahan plastik di wilayah Cirebon. Kalaupun ada, pasti sudah kami temukan karena setiap hari kami melakukan pengecekan ke pasar-pasar,” kata Iing.
Kepolisian setempat juga telah mengecek di sejumlah pasar di antaranya di Pasar Sumber, Pasar Pasalaran Weru, Pasar Palimanan, Pasar Kramat Dukupuntang, dan sejumlah pasar lainnya, di Kabupaten Cirebon. Hasilnya belum ditemukan adanya beras plastik. "Setelah kami cek ke beberapa pasar yang ada di wilayah Kabupaten Cirebon, belum ditemukan beras yang terindikasi adanya plastik," kata Gede Aditya.
Faktanya, video yang memperlihatkan sebuah mesin beroperasi, sesungguhnya adalah proses pembuatan butiran plastik biasa, bukan dijadikan beras.
Kemudian pada bungkus putih yang tampak dalam gambar yang beredar, terdapat tulisan Ciranggon. Ciranggon merupakan nama salah satu desa penghasil beras di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sebagaimana diberitakan Media Indonesia.
Selain diklaim di Cirebon, Borneonews.com edisi Senin, 9 Oktober 2023, pernah memberitakan tentang konten yang sama, namun dengan klaim terjadi di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kabar tersebut telah dibantah Kepala Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Mikro Perindustrian (DPKUKMP) Kota Palangka Raya, Samsul Rizal.
Mengenai isu beras plastik, Wakil Ketua Halal Center Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanung Danar Dono menjelaskan bahwa butiran plastik yang dianggap beras plastik tidak akan menjadi nasi bila dipanaskan.
Butiran plastik itu akan tetap menjadi plastik dan tidak akan mengembang sebagaimana beras menjadi nasi, meskipun dikukus. Justru bila suhunya terlalu panas, butiran plastik itu akan menyusut atau mengkerut.
“Jika memang benar ada, maka saat dipanaskan ia hanya akan berubah menjadi beras plastik panas, bukan berubah menjadi nasi,” kata Nanung dalam publikasi daring UGM.
Verifikasi Video
Sebagian unggahan di Facebook yang menyebarkan narasi beras sintetis asal Cina tersebut, dilengkapi video seseorang yang sedang memasukkan plastik ke dalam mesin yang menghasilkan butiran plastik kecil.
Gambar yang sama ditemukan di situs pemeriksa fakta asal India, Factly.in. Mereka menjelaskan bahwa sesungguhnya mesin itu tidak menghasilkan beras plastik, atau beras sintetis, melainkan menghasilkan butiran plastik biasa, untuk berbagai keperluan industri.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi beras berjenama ‘Tani Jaya’ adalah beras sintetis berbahan plastik yang bisa membuat orang sakit perut, diare dan lemas, adalah keliru.
Tidak ditemukan adanya beras plastik di pasar-pasar Cirebon sebagaimana isu yang beredar. Selain itu, video yang digunakan dalam narasi yang beredar itu, menampilkan mesin pembuat butiran plastik biasa, bukan pembuatan beras sintetis.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id