Keliru, Klaim Tingkat Kematian Akibat Covid-19 di Komunitas Amish Rendah Karena Penduduknya Tolak Vaksinasi dan Abaikan Aturan WHO
Selasa, 11 Juli 2023 23:40 WIB
Sebuah gambar beredar di media sosial dengan narasi bahwa tingkat kematian akibat Covid-19 di Amish, sangat rendah karena penduduknya tidak melakukan vaksinasi dan mengabaikan aturan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tak hanya narasi, unggahan tersebut memuat gambar berupa tangkapan layar Steve Kirsch saat berbicara di depan senat Pennsylvania, Amerika Serikat.
Di Instagram, gambar tangkapan layar itu diunggah oleh akun ini pada 7 Juli 2023. Akun inipun menuliskan narasi: "Kali ini saya bongkar permainan jahat international tentang vaksin Covid 19 dulu di Indonesia. Saat AZ (AstraZeneca) mulai masuk dan disuntikkan, maka wabah pandemi Covid-19 meledak gila-gilaan di kita dan ribuan warga Indonesia meninggal akibat Covid-19 tiap harinya".
Apa benar tingkat kematian akibat Covid-19 komunitas Amish rendah karena penduduknya menolak vaksinasi dan mengabaikan aturan WHO?
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa klaim tingkat kematian saat pandemi Covid-19 di Komunitas Amish rendah, tidak berdasarkan fakta yang ada. Sebaliknya, saat Covid-19 merebak, pada November 2020, angka kematian di komunitas Amish melonjak hingga 125 persen dibandingkan pada 2015 hingga 2019.
Klaim tersebut awalnya menyebar dari sebuah video yang pernah diunggah ke Twitter oleh akun The Vigilant Fox pada 10 Juni 2023. Video lainnya dengan durasi yang lebih panjang pernah diunggah akun Twitter @NaturalAcces pada 19 Januari 2023.
Kedua video itu memperlihatkan Steve Kirsch, yang mengklaim dirinya sebagai wirausahawan Amerika dan ahli teknologi. Namun MIT Technology Review, media independen yang didirikan oleh Massachusetts Institute of Technology pada tahun 1899 dan Politifact, organisasi pemeriksa fakta di Amerika Serikat, mencatat bahwa Steve berulang kali mempromosikan anti-vaksin Covid-19.
Dalam dua video yang menyebar awal itu, Steve memberikan pernyataan di depan senat Pennsylvania. Salah satunya Steve mengklaim rendahnya angka kematian akibat Covid-19 pada komunitas Amish. Penyebabnya, kata Kirsch, karena mereka menolak vaksinasi dan mengabaikan aturan WHO.
Pernyataan Steve itulah yang kemudian menyebar ke belahan dunia lain, dikutip warganet Indonesia, seperti yang menyebar di Instagram tersebut.
Hasil Penelitian yang Membantah Klaim Steve Kirsch
Hasil penelitian sejumlah ahli sesungguhnya telah membantah klaim Kirsch tersebut. Penelitian baru dari sosiolog West Virginia University menunjukkan bahwa interaksi tatap muka, ditambah dengan ketidakpercayaan terhadap pengobatan pencegahan, menyebabkan "kematian berlebih" di antara populasi Amish pada tahun 2020.
Dilansir dari situs resmi West Virginia University, angka kematian pada tahun 2020 di komunitas Amish melonjak di atas rata-rata awal dari tahun 2015 hingga 2019, dengan lonjakan hingga 125 persen terjadi pada bulan November 2020.
Para peneliti, yang dipimpin oleh seorang profesor sosiologi, Rachel Stein, menganalisis informasi berita kematian yang dipublikasikan di surat kabar Amish/Mennonite. Hasil penelitian mereka diterbitkan dalam Journal of Religion and Health.
"Dengan mengambil data historis selama beberapa tahun, kami dapat membuat angka rata-rata kematian," kata salah satu penulis, Katie Corcoran, profesor sosiologi. "Untuk tahun 2020, ketika pandemi dimulai, kami mengidentifikasi berapa banyak kematian ekstra yang terjadi di atas rata-rata tersebut. Kami menyebutnya sebagai kematian yang berlebih."
Informasi diambil dari The Budget, surat kabar korespondensi mingguan yang diterbitkan di Ohio yang ditujukan untuk komunitas Amish dan Mennonite.
Stein, yang dibesarkan di negara Amish, memutuskan untuk mengeksplorasi dampak Covid-19 setelah mengamati banyaknya anggota masyarakat yang tidak mempraktikkan jarak sosial pada awal pandemi. Selain itu, suku Amish tidak menggunakan teknologi modern, seperti listrik, dan cenderung tidak mempercayai pengobatan untuk pencegahan, pilihan gaya hidup yang tertanam dalam budaya dan agama mereka.
"Ada banyak hal yang meminimalkan tingkat keparahan COVID," kata Stein. "Ada persepsi bahwa COVID seperti flu. Jika orang sakit, maka orang akan sakit dan pada akhirnya akan sembuh.”
"Saya tidak ingin menyampaikan bahwa semua orang Amish tidak menanggapi Covid-19 dengan serius. Itu tidak benar. Tentu saja ada kelompok Amish yang menganggap Covid-19 sebagai masalah nyata dan mereka memiliki orang-orang terkasih yang terkena dampak negatifnya."
Para peneliti, yang dipimpin oleh Rachel Stein, profesor sosiologi, menganalisis informasi berita kematian yang dipublikasikan di surat kabar Amish/Mennonite untuk memeriksa kelebihan kematian di antara segmen populasi ini pada tahun 2020. Hasil penelitian mereka diterbitkan dalam Journal of Religion and Health.
Otoritas kesehatan Di Amerika Serikat, CDC, menyebutkan bahwa wabah SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, pada awalnya dilaporkan terjadi di daerah perkotaan yang padat penduduknya.
Namun, wabah tersebut kemudian dilaporkan terjadi di masyarakat pedesaan. Penduduk pedesaan mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit terkait Covid-19 yang parah karena, rata-rata, mereka lebih tua, memiliki prevalensi kondisi medis yang lebih tinggi, dan memiliki akses yang lebih terbatas ke layanan perawatan kesehatan.
Pada bulan Mei, kasus Covid-19 teridentifikasi di sebuah komunitas Amish di Ohio, maka akses ke pengujian ditingkatkan. Di antara mereka terdapat 30 penduduk menerima hasil tes positif untuk SARS-CoV-2. Penularan SARS-CoV-2 yang cepat dan berkelanjutan dikaitkan dengan beberapa pertemuan sosial.
Komunitas Amish
Dikutip dari Voice of America, Komunitas Amish merupakan orang-orang keturunan migran Jerman yang pindah ke Amerika pada abad ke-17. Hingga kini mereka masih menolak menggunakan alat-alat modern seperti lampu listrik, mobil, televisi, radio ataupun komputer.
Penduduk Amish tersebar di 32 negara bagian Amerika Serikat, tapi yang terbanyak terdapat di negara bagian Pennsylvania, Ohio dan Indiana.
Komunitas Amish sejak lama menolak tren modernisasi dalam sistem sekolah dan pemerintah federal Amerika akhirnya membiarkan mereka untuk membatasi tingkat pendidikan formal bagi anak-anak mereka.
Komunitas Amish pada umumnya hidup dari bertani, dan bertukang, dan membuat berbagai perkakas sederhana dari kayu. Karena itu, para tetua suku beranggapan, pendidikan lebih tinggi dari kelas dua SMP itu tidak ada gunanya, dan hanya akan mendorong ide-ide yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Kristen yang mereka anut.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa tingkat kematian akibat Covid-19 komunitas Amish rendah karena penduduknya menolak vaksinasi dan mengabaikan aturan WHO adalah keliru.
Saat Covid-19 merebak, pada November 2020, angka kematian di komunitas Amish melonjak hingga 125 persen dibandingkan pada 2015 hingga 2019.
Penelitian dari West Virginia University menyebutkan bahwa interaksi tatap muka, ditambah dengan ketidakpercayaan terhadap pengobatan pencegahan, menyebabkan "kematian berlebih" di antara populasi Amish pada tahun 2020.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id