Keliru, Gelombang Panas Disebabkan Gelombang Elektromagnetik 4G

Senin, 15 Mei 2023 20:49 WIB

Keliru, Gelombang Panas Disebabkan Gelombang Elektromagnetik 4G

Sebuah akun di Instagram menggunggah dua foto dengan klaim bahwa gelombang panas saat ini disebabkan oleh pengaruh elektromagnetik.

Dalam narasinya, pengunggah menulis “...anda tahu tidak gelombang itu apa? Gelombang adalah getaran yg merambat, gelombang elektromagnetik dapat mengakibatkan medan area gelombang panas. Artinya hawa panas yg kita rasakan sekarang ini bukan panas alami melainkan adanya terbentuknya Medan area gelombang panas yg bersumber dari gelombang elektromagnetik.”

Benarkah gelombang panas yang terjadi di sejumlah negara akibat dari pengaruh elektromagnetik?

PEMERIKSAAN FAKTA

Advertising
Advertising

Tempo melakukan verifikasi terhadap narasi dan gambar tersebut dengan menggunakan Fake News Debunker by InVid, Google Search, jurnal ilmiah, dan pemberitaan media-media kredibel.

Klaim 1: Gelombang panas yang terjadi saat ini akibat gelombang elektromagnetik.

Fakta: Dilansir National Oceanic and Atmospheric Administration, sumber panas yang planet bumi adalah matahari. Energi panas dari matahari ditransfer melalui atmosfer ke permukaan bumi.

Laman NOAA menjelaskan bahwa gelombang panas merupakan periode cuaca panas yang berkepanjangan pada area tertentu dan kurun waktu tertentu dalam setahun dan disertai dengan kelembaban tinggi.

Sumber: https://scijinks.gov/heat/

Gelombang panas yang terjadi pada bagian tertentu di bumi terbentuk dari udara yang terperangkap di atmosfer. Tekanan tinggi yang terjadi di atmosfer memaksa udara panas turun dan menjebaknya ke tanah. Akibatnya hujan tidak dapat terbentuk, udara panas akan menjadi lebih panas.

Dilansir BMKG, gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan bumi bagian utara maupun di belahan bumi bagian selatan, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Dalam studi yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Inggris, salah satu penyebab gelombang panas adalah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Komponen penyebab lain adalah perubahan pola sirkulasi dan suhu laut.

Gelombang panas dengan intensitas yang sama diproyeksikan akan lebih sering terjadi secara teratur setiap tahun hingga tahun 2050-an. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa suhu permukaan bumi juga telah meningkat sebesar 1°C sejak periode pra-industri.

Dilansir laman Nature.com, ditemukan bahwa dari tahun 1925 hingga 2016, frekuensi dan durasi gelombang panas laut rata-rata global masing-masing meningkat sebesar 34% dan 17%, menghasilkan peningkatan 54% hari gelombang panas laut tahunan secara global. Tren ini ditunjukan dengan peningkatan suhu laut, karena pemanasan global yang berkelanjutan.

Klaim 2: Gelombang Panas yang Terjadi di Cina Dipicu penggunaan Frekuensi 4G

Fakta: Gelombang panas yang terjadi di daratan Cina, tidak dipicu oleh meluasnya penggunaan frekuensi 4G. Jurnal penelitian berjudul “Analisis Karakteristik dan Fitur Sinoptik Gelombang Panas Regional Berbasis Peristiwa di Cina” menyebutkan bahwa faktor penyebab gelombang panas adalah kondisi meteorologi lokal.

Dilansir American Meteorological Society, dalam penelitian gelombang panas di Australia menyebutkan bahwa gelombang panas di Australia disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk variabilitas iklim alami dan perubahan iklim akibat ulah manusia.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tim Cek Fakta Tempo, unggahan dengan klaim “Gelombang Panas Disebabkan Gelombang Elektromagnetik” adalah keliru.

Walaupun perpindahan panas dapat terjadi melalui radiasi gelombang elektromagnetik, radiasi elektromagnetik terbuat dari gelombang frekuensi yang berbeda dengan gelombang panas.

Berdasarkan hasil penelitian di Inggris, Cina, dan Australia, gelombang panas diakibatkan kombinasi berbagai faktor, termasuk variabilitas iklim alami dan perubahan iklim akibat ulah manusia.

TIM CEK FAKTA TEMPO

**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id