[Fakta atau Hoaks] Benarkah Kekayaan Indonesia Banyak yang Lari ke Luar Negeri Seperti yang Diungkap Prabowo Subianto?
Minggu, 14 April 2019 08:51 WIB
Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengungkit kekayaan Indonesia banyak yang lari keluar negeri. Pernyataan tersebut dilontarkan Prabowo dalam debat capres putaran ke-5 di Hotel Sultan, Sabtu 13 April 2019.
Pemeriksaan Fakta
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan US$ 250 milliar atau sekitar Rp 3.250 triliun kekayaan orang Indonesia disimpan di luar negeri. Sebanyak US$ 200 miliar atau sekitar Rp 2.600 triliun di antaranya berada di Singapura.
"Studi oleh satu konsultan international yang cukup kredibel menjelaskan bahwa dari US$ 250 milliar atau sekitar Rp 3.250 triliun kekayaan high net worth individual, yaitu orang-orang yang memiliki kekayaan sangat tinggi dari Indonesia yang ditempatkan di luar negeri terdapat sekitar US$ 200 miliar atau sekitar Rp 2.600 triliun yang disimpan di negara Singapura sendiri," kata Sri Mulyani di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Selasa (20/9/2016).
Sri Mulyani menjelaskan, dari total nominal yang ditempatkan di Singapura sekitar US$ 50 miliar atau sekitar Rp 650 triliun disimpan dalam bentuk non investable asset dalam bentuk real estate sedangkan yang US$ 150 miliar atau sekitar Rp 1.950 triliun diinvestasikan dan disimpan dalam bentuk investable asset seperti contohnya deposito atau surat berharga, serta saham. [Sumber:
Konsorsium jurnalis ICIJ pernah mengungkap perusahaan cangkang milik tokoh-tokoh besar dalam investigasi Panama Papers, yang memuat sekitar 1.000 nama orang Indonesia tahun lalu. Kemudian pada 2017, sebanyak 40 dari 215 nama orang Indonesia yang muncul dalam Paradise Papers adalah politikus dan pebisnis yang memiliki pengaruh besar di negeri ini.
Paradise Papers adalah pembocoran dokumen rahasia skala besar yang terutama berasal dari sebuah firma hukum lepas pantai, yang menggambarkan secara rinci aktivitas perpajakan orang-orang kaya dan terkenal. Ini adalah pembocoran raksasa terbaru dalam jenisnya.
Salah satu nama yang disebutkan adalah Prabowo Subianto. Ia tercatat sebagai direktur Nusantara Energy Resources yang didirikan di Bermuda—negara suaka pajak yang berada di bawah teritori Inggris—pada 2001. Perusahaan itu, menurut dokumen Appleby, ditutup pada 2004 dan tercatat sebagai “debitor buruk”.
Selain Prabowo, ada nama Sandiaga Uno. Sandiaga memiliki perusahaan offshore bernama N.T.I. Resources. Ia juga pernah tercatat memiliki beberapa perusahaan cangkang di British Virgin Islands dalam dokumen Panama Papers.
Dokumen Appleby dan Asiaciti mulanya diperoleh sebuah koran dari Jerman, Süddeutsche Zeitung. Koran itu lalu membagikan data tersebut kepada ratusan jurnalis dari 95 media di 67 negara di bawah kolaborasi ICIJ. Tempo merupakan satu-satunya media di Indonesia yang ikut menelisik 13,4 juta dokumen Paradise Papers.
Sandiaga Uno pada 2017 mengatakan N.T.I. Resources yang ia miliki dalam catatan Paradise Papers bukanlah perusahaan cangkang. “Itu sudah go public di bursa saham Kanada," kata dia. Dia memastikan sudah tidak lagi terkait dengan perusahaan eksplorasi migas itu.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, mengatakan Prabowo Subianto tidak lagi memiliki kaitan dengan Nusantara Resources Energy. “Setahu saya, sejak didirikan, tidak pernah ada aktivitas apa pun di perusahaan. Jadi, kalau ada nama seperti itu, karena ada listing saja,” ujarnya pada 2017.
Namun bila yang dimaksud Prabowo dalam pernyataannya semalam, "diakui oleh pemerintah yang sekarang", adalah pernyataan dari Komisi Pemberantasan Korupsi soal kebocoran negara mencapai Rp 2000 T, maka Tempo juga pernah membuat artikel pemeriksaan faktanya dalam tautan ini: https://cekfakta.tempo.co/fakta/199/fakta-atau-hoaks-benarkah-kpk-menyebutkan-pendapatan-negara-bocor-rp-2000-t.
Sumber: