Keliru, Gempa Turki Berasal dari Langit, Akibat HAARP
Jumat, 10 Maret 2023 21:30 WIB
Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah video singkat tentang gempa Turki dan mengklaim disebabkan gelombang elektromagnetik, HAARP (High-frequency Active Auroral Research Program). Unggahan tersebut juga menampilkan robohnya bangunan seperti ditekan oleh kekuatan besar dari atas langit dan benda-benda di atas meja tidak bergerak ke samping.
“Sangat berbeda bila gempa terjadi dari dalam bumi. La hawla wala quwwata illa billah. Dan ternyata memang agenda mereka di tahun 2023 akan menghapus 50% populasi penduduk dunia,” demikian narasi yang menyertai.
Benarkah klaim bahwa gempa Turki yang terjadi bulan Februari 2023 lalu berasal dari langit?
PEMERIKSAAN FAKTA
Dari berbagai penelitian geologi telah menunjukkan bahwa gempa di Turki bukan karena HAARP.
Menurut analisis Survei Geologi Amerika Serikat, USGS, gempa Turki 2023 disebabkan karena pergerakan relatif tiga lempeng tektonik utama yakni Lempeng Arab, Eurasia, dan Afrika serta satu blok tektonik yang lebih kecil yakni Sesar Anatolia.
Lempeng tektonik adalah lempengan batu besar di kerak bumi dengan ketebalan 10 mil hingga 160 mil yang selalu bergerak secara perlahan. Gempa bumi terjadi di sepanjang batas-batas lempeng ini.
Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDRR) merilis bahwa pada gempa Turki, zona Patahan Anatolia Timur, bergerak dengan jenis gerakan strike-slip lateral kiri. Patahan ini relatif lebih tenang dibandingkan dengan tetangganya di utara selama sekitar satu abad terakhir.
Menurut Ensiklopedia Britannica, strike-slip lateral adalah patahan pada batuan kerak bumi di mana massa batuan tergelincir satu sama lain sejajar dengan sesar, perpotongan permukaan batuan dengan permukaan atau bidang horizontal lainnya. Patahan ini disebabkan oleh kompresi horizontal, tetapi melepaskan energinya melalui pergeseran batuan pada arah horizontal yang hampir sejajar dengan gaya kompresi.
Tentang HAARP
Dalam artikel Cek Fakta Tempo sebelumnya, Robert McCoy, Direktur Lembaga Geofisika di Universitas Alaska Fairbanks, dikutip dari Climate Feedback, mengatakan bahwa High-frequency Active Auroral Research Program (HAARP) adalah pemancar frekuensi yang pada dasarnya adalah radio gelombang pendek. Alat ini digunakan untuk melakukan eksperimen pada petak 100 x 100 kilometer di atas ionosfer.
Transmisi dari HAARP hanya menyebabkan efek kecil di ionosfer yang berlangsung beberapa detik. Selain itu, fasilitas ini hanya dioperasikan beberapa jam setiap tahun. Jumlah energi frekuensi tinggi yang berasal dari operator radio amatir di seluruh dunia hampir pasti melebihi transmisi dari HAARP.
“HAARP tidak dapat mempengaruhi fenomena alam yang disebutkan dalam artikel, seperti gempa bumi dan badai salju, dan tidak mungkin dapat berinteraksi dengan manusia atau mempengaruhinya,” kata Robert.
AFP melansir, HAARP berfokus meneliti sifat dan perilaku ionosfer. Ionosfer, seperti dijelaskan NASA di sini, adalah lapisan atmosfer bumi teratas sebelum ruang angkasa. Jeffrey Hughes, profesor astronomi di Universitas Boston, menuturkan kepada AFP bahwa gelombang radio HAARP memanaskan ionosfer dalam wilayah terbatas, sekitar 100 km.
Toshi Nishimura, pakar geofisika dan lektor kepala riset dari Fakultas Teknik di Universitas Boston, berkata, "Saat ini tidak ada teknologi untuk meluncurkan gelombang radio dari tanah dan ditujukan ke kota di benua lain dengan tepat."
Verifikasi Foto
Foto ini pernah dimuat oleh situs berbahasa Turki, NTV.com pada 24 November 2022. Saat terjadi gempa di Düzce, terlihat berkas cahaya di langit. Wakil Direktur Observatorium Kandilli dan Lembaga Penelitian Gempa Prof. Dr. Ali P?nar mengatakan, bahwa cahaya yang terlihat pada saat gempa berhubungan dengan pergerakan patahan.
"90 persen dari energi seismik yang terakumulasi pada patahan keluar sepenuhnya dengan panas. Dengan gerakan itu, panas yang hebat dihasilkan. Hanya 10 persen sisanya yang dilepaskan dengan energi seismik," kata P?nar.
KESIMPULAN
Dari pemeriksaan fakta di atas, video dengan klaim bahwa gempa bumi di Turki berasal dari langit adalah keliru.
Menurut analisis Survei Geologi Amerika Serikat, USGS, gempa di Turki disebabkan karena pergerakan relatif tiga lempeng tektonik utama yakni Lempeng Arab, Eurasia, dan Afrika serta satu blok tektonik yang lebih kecil yakni Lempeng Anatolia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id