Keliru, HAARP Picu Badai, Tsunami, Gempa Bumi, dan Kendalikan Pikiran Manusia
Selasa, 28 Februari 2023 22:29 WIB
Sebuah unggahan di Facebook berisi klaim bahwa HAARP (High-frequency Active Auroral Research Program) Amerika Serikat memicu badai, tsunami dan gempa bumi. Unggahan itu memuat artikel panjang berisi argumentasi tentang HAARP yang dapat memicu tiga bencana alam tersebut. Selain itu terdapat empat video yang tiga di antaranya menampakkan penampakan awan yang dikaitkan dengan HAARP.
Dalam artikel tersebut memuat klaim bahwa HAARP menembakkan gelombang radio frekuensi dari tingkat yang amat rendah sampai ke tingkat yang sangat tinggi hingga batas Atmosfer bumi. Jika diubah dengan frekuensi lain, maka gelombang radio tersebut akan terpantul oleh Ionosfer dan kembali ke bumi yang dapat menciptakan gempa bumi, badai, tsunami, bahkan mempengaruhi pikiran manusia.
HAARP juga diklaim berfungsi mengubah keadaan Atmosfer, membuat efek iklim dan cuaca suatu wilayah menjadi kekeringan, gempa bumi, tsunami, hujan, salju, angin topan, dan tornado, bahkan HAARP dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku manusia di suatu daerah, wilayah, bangsa, ataupun negara. Mereka akan menjadi brutal, kasar, pembunuh, dan psycho.
Benarkah klaim-klaim tersebut?
PEMERIKSAAN FAKTA
Klaim dalam narasi tersebut tidak hanya beredar di Indonesia tapi juga di luar negeri. Cek Fakta Tempo menggunakan sejumlah artikel cek fakta maupun artikel dari media kredibel lainnya. Dikutip dari climatefeedback.org, situs yang berfokus pada verifikasi misinformasi mengenai iklim,
HAARP sebelumnya telah menjadi subyek teori konspirasi, tetapi klaim tentang kemampuan HAARP dapat menyebabkan bencana alam atau mengendalikan perilaku manusia adalah salah," kata Robert McCoy, Direktur Lembaga Geofisika di Universitas Alaska Fairbanks.
"HAARP adalah pemancar frekuensi tinggi (pada dasarnya adalah radio gelombang pendek)," katanya menjelaskan. "Alat ini digunakan untuk melakukan eksperimen pada petak 100 x 100 kilometer di atas ionosfer. Transmisi dari HAARP hanya menyebabkan efek kecil di ionosfer yang berlangsung beberapa detik. Selain itu, fasilitas ini hanya dioperasikan beberapa jam setiap tahun. Jumlah energi frekuensi tinggi yang berasal dari operator radio amatir di seluruh dunia hampir pasti melebihi transmisi dari HAARP. HAARP tidak dapat mempengaruhi fenomena alam yang disebutkan dalam artikel, seperti gempa bumi dan badai salju, dan tidak mungkin dapat berinteraksi dengan manusia atau mempengaruhinya."
HAARP hanya menghasilkan efek pemanasan kecil di ionosfer. Oleh karena itu, HAARP tidak dapat memengaruhi fenomena alam seperti angin topan atau badai, yang terjadi di troposfer dengan ketinggian yang jauh lebih rendah (7 kilometer) dan menghasilkan energi yang jauh lebih besar.
Dalam sebuah artikel U.S. News tahun 2018, McCoy mengatakan bahwa HAARP bukan senjata dan tidak mungkin menjadi senjata. Cara kerja radio frekuensi tinggi adalah bahwa atmosfer transparan terhadap sinyal-sinyal tersebut. “Jika kita membuat (fasilitas) ini 10 kali lebih besar dan mencobanya, itu tetap tidak bisa mempengaruhi cuaca. Sementara sinyal listrik berfrekuensi sangat rendah. Jadi tidak mungkin mereka bisa mengendalikan pikiran," katanya.
Mantan Kepala Ilmuwan HAARP, Chris Fallen, mengatakan dalam sebuah artikel berita tahun 2017 yang diterbitkan di situs web University of Alaska Fairbanks bahwa HAARP menarik lebih banyak perhatian daripada fasilitas penelitian ilmiah pada umumnya. Hal itu kemungkinan karena fokusnya pada area atmosfer yang tidak terlihat yang disebut ionosfer.
Hal itu menyebabkan kesalahpahaman tentang tujuan fasilitas HAARP. "HAARP tidak dapat mengendalikan cuaca, bertentangan dengan salah satu teori konspirasi. Kekuatannya terlalu kecil dan mempengaruhi bagian atmosfer yang berbeda. Ia juga tidak dapat memanipulasi otak kita, seperti yang dituduhkan oleh teori lain. Umumnya, fisikawan ruang angkasa fokus pada wilayah yang berjarak lebih dari 60 mil (hampir 97 kilometer) di atas kepala kita, di mana gelombang radio HAARP 100 kali lebih lemah daripada gelombang radio ponsel."
KESIMPULAN
Dari pernyataan para ahli tersebut, Tempo menyimpulkan bahwa HAARP (High-frequency Active Auroral Research Program) memicu badai, tsunami, gempa bumi dan mempengaruhi pikiran manusia, adalah keliru.
HAARP hanya menghasilkan efek pemanasan kecil di ionosfer. Oleh karena itu, HAARP tidak dapat memengaruhi fenomena alam seperti angin topan atau badai termasuk juga tidak bisa mengendalikan pikiran.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id