Belum Ada Bukti, Data FDA Soal Efek Samping Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech

Senin, 13 Februari 2023 18:58 WIB

Belum Ada Bukti, Data FDA Soal Efek Samping Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech

Melalui WhatsApp chatbot, pembaca Tempo membagikan sebuah pesan dengan klaim Pfizer kalah dalam kasus pengadilan dan diharuskan mengungkapkan semua efek samping yang serius. Pesan ini beredar di grup-grup WhatsApp serta menyatakan bahwa vaksin telah memberi dampak efek samping yang mengerikan.

Pesan tersebut juga mengklaim, dari 46.000 orang yang diuji menggunakan vaksin, 42.000 mengalami reaksi merugikan dan 1200 orang meninggal. Sehingga, orang yang memutuskan belum divaksin sudah bijak dan benar.

Di akhir pesan, terdapat tautan artikel berbahasa Mandarin yang diberi judul “Itu meledak! FDA kalah dalam kasus ini! Pfizer terpaksa mengungkapkan data vaksin! Ada 9 halaman efek samping! Seluruh jaringan tercengang”.

Selamat bagi yang belum divaksinasi ! Kegigihan Anda benar-benar bijaksana dan benar !

FDA kalah kasus! Pfizer terpaksa mengungkapkan data efek samping vaksin! 9 halaman efek samping! Seluruh dunia tercengang.

Advertising
Advertising

Jaringan Informasi US168 05-03-2022 02:1

kardiomiopati, gagal napas akut, vaskulitis tempat suntikan, kejang, alopesia areata, syok anafilaktik, Anafilaksis kehamilan, anemia aplastik, trombosis, Aritmia, radang sendi, Asma, bronkospasme, henti jantung, gagal jantung,Ketidaknyamanan dada, tersedak, glomerulonefritis autoimun kronis, lupus eritematosus kulit kronis, urtikaria spontan kronis, anemia hemolitik,

Apakah benar ada dokumen yang menyebutkan vaksin Covid-19 Pfizer Bio-NTech memberi dampak buruk? Berikut pemeriksaan faktanya.

PEMERIKSAAN FAKTA

Berdasarkan penelusuran Tempo, klaim bahwa Pfizer diwajibkan merilis 80.000 halaman dokumen terkait penelitian dan lisensi vaksin Covid-Pfizer telah beredar sejak bulan juni 2022 di Amerika Serikat. Data 80.000 halaman tersebut mengklaim bahwa vaksin Pfizer hanya memiliki tingkat kemanjuran 12% dan memiliki banyak efek samping.

Untuk memverifikasi narasi pada video di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri pemberitaan media-media dan institusi yang kredibel.

Fakta 1

Klaim tersebut diatas mencantumkan tautan artikel dari Weixin, sebuah laman berbahasa Mandarin. Laman tersebut menulis bahwa, pada tanggal 1 Maret, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat kalah dalam gugatan.

Sumber: mp.weixin.qq.com

Pengadilan mewajibkan FDA untuk mempercepat pengungkapan 329.000 halaman dokumen vaksin baru Pfizer sebelum musim panas ini. Sekarang, FDA telah merilis gelombang pertama dari dokumen.

Berdasarkan penelusuran Tempo, lama tersebut mengutip judul dari artikel yang ditulis Zachary Brennan, pada laman ENDPOINTS pada 2 Maret 2022. Ia menuliskan bahwa, dokumen apa yang akan dirilis belum dapat ditebak.

Sebelumnya pada tanggal 6 Januari, pengadilan Federal di Distrik Utara Texas, memerintahkan FDA merilis dokumen terkait vaksin Covid-19 Pfizer. Keputusan ini diambil setelah sebuah lembaga bernama Public Health and Medical Professionals for Transparency (PHMPT) memenangkan gugatan Freedom of Information Act (FOIA) atas FDA. Penggugat dikenal sebagai lembaga yang mendukung gerakan anti vaksin di Amerika Serikat.

Dilansir Bloomberg Law, pengacara penggugat Aaron Siri dari Siri&Grimstad mengatakan, sekelompok ilmuwan dan peneliti medis menggugat FDA di bawah FOIA untuk memaksa rilis ratusan ribu dokumen terkait lisensi vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech.

Dengan gugatan FOIA atas dokumen vaksin Pfizer, FDA harus merilis 55.000 halaman per bulan. Namun, pihak FDA mengajukan keberatan dan meminta izin kepada hakim federal agar publik harus menunggu hingga tahun 2096 untuk mengungkapkan semua data lisensi vaksin Covid-19 Pfizer.

Dilansir Euro Weekly News, FDA mengatakan perlu 75 tahun untuk sepenuhnya merilis data vaksin COVID-19 Pfizer kepada publik. Hal ini mengacu pada regulasi FOIA.

Dilansir USA Today, sampai saat ini belum ada dokumen yang dirilis secara resmi oleh FDA. Adapun data yang disadur oleh Sonia Elijah dalam artikel "Was Pfizer's 95% vaccine efficacy fraudulent all along?," bukan merupakan data yang diminta oleh PHMPT. Data tersebut bersumber dari dokumen briefing Vaccines and Related Biological Products Advisory Committee Meeting, pada tanggal 10 Desember 2020.

Fakta 2

Gugatan ini kembali jadi pembicaraan setelah adanya gerakan #Pfizer #pfizerdatadump di Twitter yang menyebutkan bahwa tingkat efektifitas vaksin Covid-19 Pfizer hanya 12%, jauh di bawah standar FDA minimum FDA sebesar 50%.

Namun berdasarkan penelusuran Tempo dalam jurnal yang dipublikasikan oleh The New England Journal of Medicine (NEJM), Vaksin BNT162b2 mRNA Covid-19 yang diproduksi Pfizer–BioNTech menunjukkan efektivitas sebesar 97% dalam kasus Covid-19 yang parah.

Sumber: The New England Journal of Medicine

Dalam laman resmi FDA, pada tanggal 11 Desember 2020, pihaknya memberikan otorisasi penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech untuk pencegahan sindrom pernapasan akut Covid-19 pada pasien dengan usia 16 tahun ke atas.

FDA juga menyebutkan, setelah divaksin, pasien akan mengalami kejadian pasca imunisasi seperti nyeri di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, dan demam selama beberapa hari setelah suntik dosis pertama

WHO dalam laman resminya juga menuliskan Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) WHO telah mengeluarkan rekomendasi sementara untuk penggunaan vaksin Pfizer BioNTech (BNT162b2) untuk Covid-19. Menurut SAGE, vaksin mRNA Pfizer-BioNTech COVID-19 aman dan efektif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa telah beredar dokumen dan data FDA yang menyebutkan Vaksin Pfizer hanya memiliki efektifitas 12 % adalah belum ada bukti.

Sampai saat ini, walaupun sudah diperintahkan oleh Pengadilan Federal Distrik Utara Texas, FDA keberatan dan meminta waktu 75 tahun untuk merilis dokumen terkait vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech.

TIM CEK FAKTA TEMPO

** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email cekfakta@tempo.co.id